Mohon tunggu...
Achmad Fahad
Achmad Fahad Mohon Tunggu... Penulis - Seorang penulis lepas

menyukai dunia tulis-menulis dan membaca berbagai buku, terutama buku politik, psikologi, serta novel berbagai genre. Dan saat ini mulai aktif dalam menghasilkan karya tulis berupa opini artikel, beberapa cerpen yang telah dibukukan dalam bentuk antologi. Ke depan akan berusaha menghasilkan karya-kerya terbaik untuk menambah khasanah literasi di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Istriku adalah Anugerah Terindah

27 Mei 2024   15:04 Diperbarui: 27 Mei 2024   16:26 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam ini suasana terasa begitu sunyi dan sepi di sebuah jalan kampung. Tidak nampak orang yang berlalu-lalang seperti pada malam-malam sebelumnya. Ditambah lagi dengan cuaca akhir-akhir ini yang kurang bersahabat seperti yang terlihat pada malam ini. Di langit gugusan awan hitam pekat terlihat menakutkan, dengan sesekali kilatan petir yang menyambar keluar dari balik awan, ditambah dengan hembusan angin yang begitu kuat hingga membuat dahan-dahan pohon bergoyang tak tentu arah. Kombinasi dari dua anomali cuaca yang terjadi malam ini menandakan akan turun hujan dengan intensitas tinggi atau yang lebih buruk akan terjadi hujan badai.

   Malam ini Fahad tengah duduk bersantai di sebuah kursi yang berada di depan kamar kosnya sambil menikmati suasana malam yang kelabu. Dalam kesendirian dan kesunyian, perasaan rindu dan sayang di dalam hati Fahad sudah tak mampu ditahan lagi manakala membayangkan wajah cantik istrinya yang sudah lebih dari satu tahun ini tidak pernah bersua, itu dikarenakan Fahad harus bekerja di luar pulau demi mencukupi kebutuhan keluarga. Tidak cukup sampai di situ, rasa sayang dan rindu yang begitu membuncah juga Fahad rasakan manakala teringat dengan dua wajah gadis kembar yang sangat cantik hasil dari buah cinta pernikahannya dengan Fahna. Fahad sudah tidak sabar untuk bisa segera memeluk serta mengajak bermain kedua buah hatinya yang bernama Faiza dan Farhana di sebuah taman bermain saat ia pulang ke rumah nanti.

   Tetes-tetes air hujan pertama mulai turun dari langit dan tidak menunggu waktu lama segera berubah menjadi hujan deras yang disertai dengan angin kencang, serta sesekali terdengar suara guntur yang menggelegar dengan suara keras. Fahad segera bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu. Fahad segera mematikan lampu kamar, kemudian berbaring di atas kasur sambil mendengarkan suara hujan yang sedang mengamuk di luar. Di dalam kesendirian serta gelapnya kamar tidur, pikiran Fahad kembali terbayang wajah cantik Fahna yang begitu ia cintai. Tiba-tiba dari lubuk hati yang terdalam terbersit sebuah ide untuk memberi kejutan yang sangat spesial kepada Fahna. Di dalam hati, Fahad merasa kasihan melihat Fahna yang ia tinggal seorang diri di rumah, ditambah lagi ia harus merawat kedua buah hatinya tanpa ada seorang pembantu. Tetapi Fahad mengetahui, bahwa Fahna begitu menyukai serta menikmati peran barunya sebagai seorang ibu, dan belum pernah sekalipun Fahad mendengar keluhan dari istrinya mengenai urusan dalam rumah tangga. Fahad merasa beruntung juga bersyukur memiliki seorang istri seperti Fahna, dan Fahad telah berjanji di dalam hati untuk tidak pernah sekalipun mengkhianati cinta serta kepercayaan yang telah Fahna berikan.

   Tidak terasa malam semakin larut dan hujan seakan tidak ingin berhenti menumpahkan air dari langit dalam waktu dekat, hingga tanpa sadar akhirnya Fahad jatuh tertidur dengan seulas senyum bahagia menghiasi wajahnya. Begitulah malam itu berlalu, di mana hujan deras yang disertai dengan angin kencang seakan mengamuk di luar, sedangkan di dalam kamar tidur yang gelap ada seorang suami yang begitu merindukan istrinya nan jauh di sana.

***

Tak terasa pagi yang berselimut awan kelabu akhirnya tiba, yang ditandai dengan suara burung yang saling bersahut-sahutan dari atas pohon. Fahad baru saja membuka mata setelah melalui malam yang dingin seorang diri dengan potongan-potongan kecil mimpi indah, dan pagi ini Fahad merasakan luapan perasaan bahagia menyambut datangnya hari baru. Fahad segera duduk di pinggir tempat tidur, lalu tanpa sengaja pandangannya menatap ke bingkai foto yang berada di atas meja kecil di samping tempat tidurnya. Ada dua buah bingkai foto, yang satu memperlihatkan seorang wanita cantik tengah berdiri di sebuah pantai berpasir putih dengan berlatar laut biru sejauh mata memandang, dengan senyum menawan merekah di wajahnya seakan dunia beserta seluruh isinya adalah miliknya, dan wanita cantik di foto itu adalah Fahna. Sedangkan bingkai foto yang satunya, memperlihatkan dua wajah gadis cantik yang identik dengan rambut ikal terurai sedang belajar berenang di sebuah kolam renang, pancaran kebahagiaan terlihat jelas di wajah mereka berdua. Foto itu adalah foto Faiza dan Farhana.

   Fahad mengambil salah satu bingkai foto yang ada di atas meja, lalu memandanginya dengan seksama serta penuh perhatian seolah foto itu adalah barang berharga yang dimilikinya. Setelah puas memandangi foto kedua buah hatinya yang tengah belajar berenang, Fahad meletakkan kembali bingkai foto ke atas meja dan tanpa ia sadari senyum bahagia tersungging di wajahnya. Hari ini ada banyak hal yang harus Fahad kerjakan terlebih dahulu, sebelum esok hari ia akan melakukan perjalanan panjang pulang ke rumah untuk berjumpa dengan keluarga kecil yang begitu ia cintai dan rindukan. Sebelum berangkat pulang, Fahad berencana membelikan sebuah hadiah yang begitu spesial untuk Fahna, sebagai ungkapan rasa cinta dan sayangnya, serta ungkapan rasa terima kasih karena telah menjadi istri juga ibu yang baik bagi kedua buah hatinya.

   Pada pukul sembilan pagi, Fahad pergi meninggalkan rumah kos dengan mengendarai sepeda motor menuju ke sebuah toko perhiasan yang berada di sentra kawasan bisnis. Ketika telah sampai, Fahad segera memarkir motor di pinggir jalan, lalu berjalan masuk ke dalam toko perhiasaan yang mulai ramai dengan para pembeli. Ketika Fahad telah berada di dalam toko perhiasan, seorang pelayan wanita yang masih muda datang menghampiri dengan senyum ramah dan berkata:

   "Ada yang bisa saya bantu bapak?"

   "Saya sedang mencari sebuah perhiasan sebagai hadiah yang akan saya berikan kepada wanita yang begitu spesial dalam perjalanan hidupku. Hadiah ini bisa berupa gelang, kalung atau cincin," kata Fahad menjelaskan keinginannya kepada pelayan muda tadi dengan penuh semangat.

   "Saya bisa menunjukkan sebuah kalung yang sangat indah, dan saya yakin pasti cocok ketika dipakai oleh istri bapak," ujar pelayan muda tadi dengan senyum ramah. Lalu menunjukkan kalung yang ia maksud.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun