Mohon tunggu...
Cak Bangau
Cak Bangau Mohon Tunggu... Guru - Pencinta

lelaki yang datang dari masa lalu. Melamun dan menulis adalah kemauannya. Bisa mengunjungi blog nya di : http://cakbangau.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kunang-kunang yang Tidak Lagi Bercahaya

4 September 2023   12:53 Diperbarui: 7 September 2023   12:58 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Pukul sebelas malam, mereka beranjak pergi dari tempat itu beriringan dengan kunang-kunang yang mulai padam satu persatu. Beberapa orang yang juga ada ditempat itu mulai pulang satu persatu. Walau kini Sukar berjalan tidak sendirian. Namun, beberapa pasang mata masih saja menatap Sukar dan Kekasihnya dengan tatapan yang berbeda. Tatapan yang seperti berkata. Lihat, sampah ini dan pasangannya sedang menikmati malam minggu. Tempat makan di pinggiran daerah itu menjadi pilihan paling utama bagi Sukar dan Kekasihnya. 

Sukar sudah Berjanji untuk mentraktir kekasihnya malam itu. Mereka menyusuri jalanan yang begitu ramai, pedagang-pedagang kaki lima yang meraup untung di malam minggu masih ramai dan tidak bisa dikalahkan oleh rasa kantuk. Juga para pengamen jalanan yang silih berganti menuju satu kios ke kios lainnya ikut serta membisingkan telinga. Walau suara mereka alakadarnya, namun tidak pernah lelah untuk sama mengais rezeki dari orang-orang yang ada di tempat itu.

"Yakin uangmu cukup untuk mentraktirku malam ini?" Kekasih Sukar bertanya sembari menggandeng tangan Sukar.

"Yakin." Sukar mengangguk.

"Kenapa gak sambil nyopet aja? Malam ini banyak orang datang ke tempat ini. Lumayan kan buat tambah-tambah."

"Aku gak mau menjadi pencopet saat bersamamu. Sepertihalnya kamu yang tidak pernah menjadi pelacur saat bersamaku." Ucap Sukar dengan pandangan yang lurus menuju tempat yang mereka tuju.

"Dua nasi dengan porsi istimewa." Ucap Sukar kepada Koh Lim Yong. Seorang Tionghoa yang sudah akrab betul dengan Sukar.

"Siap." Ucap Koh Lim sambil berlalu menuju piring dan Nasi hangat.

"Jangan khawatir Koh. Malam ini Gue yang bayar." Ucap Sukar setelah duduk di bangku barisan paling pojok.

"Pantesan kau banyak duit hah... hari ini orang-orang jarang datang ke warung Gue. Mungkin karena kau orang copet duit-duitnya hah..." Koh Lim berkata sambil mengambil beberapa lauk paling istimewa dari etalase.

Sukar terkekeh. Segera setelah makanan sampai. Dia langsung lahap makan. Tapi tidak terlalu lahap bagi kekasihnya. "Tenang Koh. Nanti Gue kasih tip deh."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun