Mohon tunggu...
Abubakar Difinubun
Abubakar Difinubun Mohon Tunggu... Relawan - Anggota MAFINDO

Nama saya : Abuakar Difinubun, Hobi Menulis dan Treveling, Suka tantangan baru dan siap berklaborasi dnegan siapa saja

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Putri, Jejak dan Patah Hati

7 November 2022   10:28 Diperbarui: 7 November 2022   10:57 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tetang Jejak & Patah Hati

Penulis puisi : Abubakar Difinubun

Tentang jejak dan patah hati

Suatu waktu, setalah di pojek waktu

Cinta berirama seumpa doa telah sampai pada altar terakhir

Tak ada senyum yang paling bahagia saat itu.

Tentang jejak dan patah hati

Suatu ruang, setalah di pojok jalan yang sepih

Tawa paling meria hadir serupah tembok langit telah dilukis abunawas

Lalu, igin memeluknya dan terdiam selamanya.

Tentang jejak dan patah hati

Suatu waktu, lorong tepat di sudut kota.

Senyum saat itu seumpama Cilu Bintang di tanah Banda

Seumpama Manhiya di Hatuhaha, Seumpama peluk Ina di tanah Seram.

Tentang jejak dan patah hati

Suatu waktu, di pojok tahun

Cinta masi tumbuh subur seumpama Parigi di Tanah banda

Matanya masih ceria, pipi lesungnya masi tertatah rapih.

Tentang jejak dan patah hati

Suatu waktu tepat di sudut Januari

Tawa masi terlihat dari lesung pipi yang manis

Tepat di sudut tempat duduk miliknya, masi ada sepotong buku milik kekasihnya

Itu adalah teman setelah pergi.

Tentang jejak dan patah hati

Suatu waktu di pojok Februari

Senyum sempat terlihat pada bola mata cinta yang sedikit pura-pura

Ia sedikit senyum dengan terpaksa atas luka yang perlahan-lahan membara

Tentang jejak dan patah hati

Suatu waktu, di sepanjang jalan Maret

Disuatu waktu, cinta panik di pojok kota, hatinya tak tenang menatap halaman yang sepih

Cinta barangkali tak sempat disiram saat pertemuan di pojok tahun

Ia pergi dan pulang dengan sepotong buku ditangan kirinya.

Tentang jejak dan patah hati

Suatu waktu, tepat di penghujun April yang dingin

Cinta mendapatkan sepotong catatan kecil

Tepat di halaman belakang buku yang ia pegang

Cinta tak sempat meliriknya: ia telah jatuh hati.

Tentang jejak dan patah hati

Suatu waktu dipelantaran Mei yang basah

Di pojok kota, sepatu miliknya basa

Pikirya ia telah tergores embun disuatu pagi diperlantaran Mei

Lalu cepat-cepat menghapusnya.

Tentang jejak dan patah hati

Suatu waktu, di ruang tamu milik Juni

Cinta terbaring memandang langit rumah tanpa tertawa yang meria

Sesekali menatap pojok ruang dengan tempat duduk yang masi tertata rapi.

Tentang jejak dan patah hati

Suatu waktu, di halaman rumah, Juli terliha dari sudut pagar miliknya.

Ia telah tibah dengan kenangan yang sempat menyita waktu

Ia masuk ke dalam rumah, dan sempat memberikan senyum yang sedikit meria

Tentang jejak dan patah hati

Suatu pagi, anak-anak bermain benderah dengan meria

Mereka telah merayakan kedatangan Agustus yang merdeka

Dari atas lantai dua, tepat dipojok, cinta menatap kemerdekan tanpah sedikit semangat dari lesung pipi serupah Mahinya di Hatuhaha

Ia terdiam sembari menatap jalan yang ramai, dengan hatinya yang tak ramai

Tentang jejak dan patah hati

Suatu waktu, tepat di jalan-jalan kota

September menyapanya dengan seluru senyum di bola mata dan pipinya

Cinta hanya terdiam dan menatapnya dalam-dalam.

Sambil menunduk dan berjalan

Di taman, cinta sempat menatap tempat duduk waktu itu

Tentang jejak dan patah hati

Di ruang kota. Pemuda-pemuda berbicara dengan cinta

Mengajak cinta untuk mengucapkan sumpah pada dirinya

Bahwa ia cinta yang bahagia, bukan cinta yang lesu

Bahwa cinta harus merdeka atas dirinya sendiri

Tapi cinta memilih hanya terdiam di sudut gedung

Sambil menatap halaman belakang.

Tentang jejak dan patah hati

Suatu pagi disuatu waktu, tepat depan teras rumah

Cinta menatap geleri yang penuh dengan pahlawan waktu itu

Waktu itu, tertawa, tersenyum, bahagia seumpama doa telah sampai pada altar yang paling tinggi setalah mimbar tuhan.

Cinta menatap pahlawan dalam-dalam.

Cuuuuuuuu, Ahhhhhhhhhhh

Terikakan cinta sebesar-besarnya serupa pahlawan adalah orang yang jahat padanya

Seumpama pahlawan adalah jejak yang jahat padanya.

Cinta seakan tak butuh pahlawan untuk melindunginya

Tentang jejak dan patah hati

Suatu pagi dari dalam rumah

Cinta berterik atas kehadiran jejak desember yang kelam

Matanya seakana menatap Iblis dari dalam neraka

Aaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhh

Kelopak matanya hingga hitam

Bola matanya merah

Cinta, rambutnya tak beraturan di kepala

Semua yang ada dirinya seakan ingin ia lepaskan.

Tentang jejak dan patah hati

Suatu sore, semua yang di depan cinta seakan memiliki sayap

Semuan berterbangan di atas langit-langit rumah.

Darah berserahakan di lantai rumah

Cermin miliknya terpantul wajah pojok desember yang kelam

Setalah berusaha membaca catatan terkahir milik kekasihnya

Tepat di sudut kamar, cinta terdiam dan memeluk catatannya eret-erat

Cinta memilih tidur dalam keabadian.

Puisi : Tentang Jejak Dan Patah Hati

Penulis : Abubakar Difinubun

Puisi Tentang Jejak Dan Patah Hati  : adalah puisi kisah cinta Putri sebelum tidur dalam keabadian. Saya telah berjanjiakan menuliskannya, akan membaca puisinya, dan membakar puisi ini, tepat di atas tempat tidurnya tepat di hari ulang tahunya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun