Â
Nasib sial Darmadi berlanjut ketika....
"Kinan," seru Awan bikin Kinanti injek-injek bumi lagi. "Malah ngelamun."
Kinanti tengsin sendiri mengingat kejadian ketika pertama kali Darmadi masuk ke kelasnya. Kinanti lantas menyambar kertas "setengah jadi" milik Darmadi.
Awan dan Bagus memilih undur diri sebentar ke warung ketika prosesi tes kompabilitas oleh Kinanti baru aja dimulai dengan Darmadi yang jadi pesertanya. Dan, Kinanti langsung membaca hasil tulisan cowok itu yang, ya, kayaknya nggak sampai lima menit lah. Orang isinya lima kalimat yang dirangkai jadi satu paragraf.
Baca-baca. Mengernyit.
Baca-baca. Mengernyit lagi.
Baca-baca. Makin mengernyit.
Baca-baca. Lebih mengernyit.
Baca-baca. Tambah mengernyit lagi.
Huft. Untung cuma lima kalimat. Coba kalau ada puluhan, muka Kinanti langsung berubah jadi nenek-nenek tuh kayaknya karena kebanyakan mengernyit sampai keriput. Hem. Tapi nggak ada untungnya juga, sih. Malah Kinanti jadi gondok sendiri karena Darmadi bikin tulisan yang terkesan asal-asalan. Nggak ada tuh unsur seninya. Mirip balita yang baru pertama kali pegang pensil warna.