"Ma, begini, ya," Kinanti angkat suara ketika selesai membaca. "Tulisan kamu ini paling kacau dibanding tulisan Awan sama Bagus. Sebenarnya, kamu niat bikin karangan nggak, sih?" tanyanya sambil mengangkat muka, menatap Darmadi.
Tahu apa respon Darmadi? Nggak ada. Cowok itu nggak benar-benar perhatiin. Malahan, arah matanya sama sekali nggak tertuju ke Kinanti.
"Ma?"
Ntar dulu, ah. Suara hatinya Darmadi
"Darma?"
Ntar dulu.
"Darmadi?"
Ntar.
"Woi, Darmadi?!" Kinanti kelepasan menoyor kepala Darmadi membuatnya meringis. "Liatin ap.... Oo... Pantes," cewek itu langsung memandang maklum ketika ngehDarmadi lagi perhatiin seorang cewek yang baru aja membuka pagar lalu merangsek ke dalam rumah.
Melihat reaksi Darmadi yang udah kayak orang lagi kena hipnotis, Kinanti jadi ingat alasan teman-teman geng-nya itu memilih rumah kosnya dijadikan basecampketika ada PR atau tugas.
"Kalo ada tugas kelompok atau tugas apa gitu, kenapa nggak kerjainnya di kos Kinanti? Kan lebih enak. Deket dari sekolah. Jalannya nggak ribet. Terus, ada gazebonya, lagi," kata Bagus sebulan yang lalu ketika mereka kebingungan tentuin tempat untuk ngerjain tugas kelompok ekonomi.