Mohon tunggu...
Andreas RizkyAbimanyu
Andreas RizkyAbimanyu Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kesempatan Kedua

5 April 2022   10:07 Diperbarui: 5 April 2022   11:03 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Lebih baik aku berjalan lagi,” gumamnya sembari melangkahkan kaki entah kemana tujuannya.

Tak banyak yang bisa ia lakukan di sana. Memang ia telah kembali, memang ia mengenal dengan baik kota itu. Namun, tak ada seorang pun yang mengenalnya, seakan kota itu telah melupakannya. 

Ia sampai di depan SMA Stanislaus, tempat belajarnya, tempat ia mendapat teman, sekaligus tempat yang jadi mimpi buruknya. Sosok Dico yang terlintas di pikirannya, sosok yang ia anggap monster. Tubuhnya yang jauh lebih besar membuat Dico dengan leluasa melakukan bullying kepada dirinya. Namun, isi otak Dico lebih kecil daripada biji rambutan. Hanya berkelahi dan berkelahi yang ia tahu.

“Seandainya kau tahu inilah aku, apakah kau masih berani dan ingin menggangguku?” batinnya sedih. 

Tubuh Eri yang sekarang lebih besar dari tubuh Dico, maka ia berpikir demikian. Cukup lama ia memandangi sekolah itu. Ketika satpam sekolah itu muncul, segera Dico beranjak dari sana. Ia tak ingin dicurigai karena hal yang dilakukannya tadi dan terlebih karena tampangnya. 

Angin menuntunnya melangkah ke pedesaan, ke sebuah rumah sederhana di sana. Ya, itulah rumahnya. Ia berhenti agak jauh dan memandangi rumahnya. Tapi, ia tak lama di situ, dan ia beranjak pergi.

Ia berhenti di sebuah warung di dekat rumahnya dan ia memesan segelas teh hangat di sana. Ia menyeruput teh hangatnya sambil makan gorengan yang tersedia di depannya.

“Gimana tadi malam?” tanya seorang pria.

Eri tidak peduli dengan pria di belakangnya.

“Sial, hampir menang kemarin. Lima ratus ribuku hilang. Sial memang!” ucap pria jangkung dengan kesal.

“Masih belum berhenti juga dia,” gumamnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun