"A" bermaksud tidak, dan "Gama" bermaksud kacau. Menurut KBBI, "Agama" adalah sistem yang mengatur tata keimanan atau kepercayaan, dan memiliki sebuah sistem dimana orang-orang beribadah kepada Tuhan yang Mahakuasa ataupun benda sesuai dengan kepercayaannya masing-masing agar tidak menjadi kekacauan dan menciptakan damai (KBBI). Agama telah menjadi sesuatu yang sangat penting untuk orang-orang di mana-mana, termasuk orang Indonesia. Agama telah menjadi sesuatu yang sangat penting untuk orang indonesia, sehingga agama menjadi sila pertama dalam pancasila.Â
Sila tersebut berbunyi, "Ketuhanan yang Maha Esa" yang bermaksud bahwa Indonesia adalah negara yang berdasar kepada ketuhanan. Inilah mengapa penduduk Indonesia harus memeluk sebuah agama, agar pengajaran-pengajaran kepercayaan di Indonesia tidak menghilang dan Indonesia memiliki landasan yang kuat yang mewujudkan rasa keimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa.Â
Indonesia juga adalah negara yang memiliki kebebasan untuk beragama menurut UUD pasal 28E ayat (1) yang berbunyi, "Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal diwilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali. ", ayat (2) yang berbunyi, "Setiap orang atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.", dan ayat (3) yang berbunyi, "Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat".Â
Ayat-ayat tersebut menjelaskan bahwa Indonesia adalah negara yang memberi kebebasan untuk memeluk agama masing-masing, beribadah sesuai dengan agamanya, memilih sebuah agama sesuai dengan hati nuraninya, dan mengeluarkan pendapat tentang agama (RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 140/PUU-VII/2009 Tentang).Â
Pasal 29 ayat (1) juga menyatakan bahwa Indonesia adalah "Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa", dan ayat (2) menyatakan bahwa Indonesia adalah "Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu". Ini berarti bahwa setiap penduduk di Indonesia memiliki kewajiban untuk memeluk kepercayaan masing-masing, dan segala peraturan atau kebijakan-kebijakan yang diputuskan oleh pemerintah harus mewujudkan rasa keimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa. Pemerintah juga berkewajiban untuk membuat peraturan yang melarang pelecehan terhadap ajaran agama apapun (PJK Tumbuhnya Aliran Paham Keagamaan). Â
Agama telah berkembang banyak di indonesia. Pada masa pra-aksara, agama dipisah menjadi hanya 2; animisme dan dinamisme. Animisme adalah kepercayaan dimana orang-orang mempercayai bahwa ada roh yang tidak terlihat atau jiwa pada benda-benda alam hingga jiwa atau roh tersebut juga tidak berpenampilan seperti manusia.Â
Sedangkan dinamisme adalah kepercayaan dimana orang-orang mempercayai ada kekuatan atau keajaiban pada benda itu sendiri (Kepercayaan Zaman Purba (Pengertian Dan Contoh) | Zenius Education). Sekarang, Indonesia memiliki banyak agama yang bervariasi yang terhasil dari kebebasan agama yang Indonesia miliki.Â
Namun, walaupun orang-orang memiliki kebebasan untuk beragama, ini bukan berarti bahwa semua agama yang diikuti adalah agama yang memiliki kebenaran yang tepat. Sehingga kepercayaan-kepercayaan tersebut, hanya akan menyesatkan kita lebih lagi daripada menyelamatkan kita dari maut.
Secara garis besar, agama muncul dari keyakinan atau hati orang masing-masing bahwa ada Tuhan atau roh yang akan selalu membantu mereka. Namun, pada awal-mula zaman paleolitikum, tidak banyak manusia purba memiliki sebuah kepercayaan.Â
Zaman paleolitikum biasanya juga disebut dengan zaman batu lama. Ini dikarenakan manusia purba pada zaman tersebut menggunakan batu untuk menciptakan alat-alat memburu mereka.Â
Contoh peninggalan dari zaman paleolitikum adalah kapak genggam, kapak perimbas, kapak penetak, pahat genggam, dan alat serpih. Alat-alat ini masih sederhana dan biasanya digunakan untuk berburu (Hasil-Hasil Kebudayaan Zaman Paleolitikum). Manusia purba pada zaman paleolitikum awal tidak memiliki kepercayaan.
Mereka hanya fokus dengan mengambil kesediaan alam yang ada dan bertahan hidup di dalam lingkungan mereka, walaupun mereka sering-sering berpindah-pindah daerah (Rosfenti, 2020). Namun pada akhir-akhir zaman paleolitikum, manusia purba mulai memiliki kepercayaan animisme dan dinamisme.Â
Manusia purba pada zaman paleolitikum akhiran juga memiliki kepercayaan bahwa semua yang buruk terjadi karena amarahnya nenek moyang. Jika gunung meletus, menurut mereka itu karena penunggu gunung marah. Jika terjadi gempa bumi, menurut mereka berarti bahwa penunggu tanah marah (Mutsani, 2019).Â
Konsep kepercayaan dinamisme dan animisme pada zaman paleolitikum sangat sederhana. Kepercayaan dinamisme adalah kepercayaan dalam benda-benda yang memiliki kekuatannya sendiri, sedangkan animisme adalah kepercayaan dalam roh nenek moyang. Kepercayaan animisme dan dinamisme kemudian terus berkembang sampai zaman mesolitikum.Â
Zaman mesolitikum juga disebut dengan zaman batu madya. Zaman mesolitikum tidak jauh berbeda dari zaman paleolitikum. Tetapi, pada zaman mesolitikum, manusia purba mulai menetap di suatu tempat daripada berpindah-pindah ke daerah-daerah lain.Â
Karena hal ini, manusia purba pada zaman mesolitikum juga menciptakan hasil-hasil karya yang berbeda dari zaman paleolitikum seperti Kjokkenmoddinger dan Abris sous Roche. Kjokkenmoddinger memiliki arti sampah dapur, yang sebenarnya adalah tumpukan kulit kerang dan siput yang mencapai ketinggian kurang-lebih 7 meter, dan sudah membatu dan menjadi fosil.Â
Peneliti-peneliti juga menemukan kapak genggam pebble dari tumpukan sampah ini. Di dalam tumpukan sampah Kjokkenmoddinger juga ditemukan batu penggiling dan landasannya yang diduga digunakan untuk menghalus cat merah. Cat merah itu diperkirakan digunakan untuk keagamaan atau ilmu sihir. Sedangkan Abris sous Roche adalah gua-gua dimana manusia purba bertempat. Ini secara lebih dalam membuktikan bahwa manusia purba pada zaman mesolitikum mulai bertempat di daerahnya masing-masing (Rosfenti, 2020).Â
Kepercayaan dinamisme dan animisme juga tidak berubah pada zaman mesolitikum. Hanya pada zaman mesolitikum, manusia purba mulai melakukan ritual-ritual dan upacara-upacara penguburan untuk nenek moyang (Redaksi, 2020). Manusia purba juga mulai percaya bahwa ada roh-roh jahat. Jadi mereka mulai melakukan ritual-ritual atau kegiatan-kegiatan untuk mencegah atau melindungi diri dari roh-roh jahat (Rosfenti, 2020).
Waktu berjalan terus dan munculah zaman neolitikum. Zaman neolitikum dianggap atau juga disebut sebagai zaman bercocok tanam awal. Pada zaman neolitikum terdapat hasil-hasil karya seperti kapak persegi, kapak batu chalcedon, dan kapak lonjong. Kapak persegi dan lonjong memiliki fungsi yang sama, yaitu untuk mencangkul, memahat dan memburu (Kresnoadi, 2017). Sedangkan kapak batu chalcedon digunakan sebagai alat upacara keagamaan, ajimat, dan juga tanda kebesaran.Â
Pada zaman neolitikum, manusia purba masih memiliki kepercayaan animisme dan dinamisme. Kepercayaan pada zaman neolitikum tidak terlalu berbeda dari zaman paleolitikum dan mesolitikum. Hanya manusia purba sekarang lebih mementingkan untuk bercocok tanam daripada memburu, dan mereka sekarang memiliki pengertian tentang kehidupan setelah kematian. Karena hal ini, mereka percaya bahwa nenek moyang selalu mengawasi mereka di kehidupan setelah kematian ini. Manusia purba kemudian mulai menyembah nenek moyang untuk meminta perlindungan yang mereka butuhkan untuk melawan musuh-musuh mereka atau roh-roh jahat, dan perlindungan dari kebahayaan (Kompas Cyber Media, 2020).Â
Konsep ini juga tidak berubah pada zaman megalitikum. Manusia purba pada zaman megalitikum tetap mempercayai hal ini. Pada zaman megalitikum, manusia purba mulai menciptakan bangunan dengan batu besar yang biasanya diperuntukkan sebagai tempat beribadah kepada arwah nenek moyang dalam sistem animisme dan dinamisme (Rosfenti, 2020).Â
Namun, kepercayaan dinamisme bergeser dan menjadi lebih seperti animisme. Pada zaman megalitikum, kepercayaan dinamisme sekarang memiliki arti bahwa di dalam suatu benda memiliki sebuah arwah atau roh nenek moyang (Ruangguru Tech Team). Â Kepercayaan animisme dan dinamisme menjadi lebih besar lagi sehingga manusia purba pada zaman tersebut menghasilkan hasil-hasil karya seperti menhir, dolmen, punden berundak-undak, kubur peti batu, waruga, sarkofagus, dan arca.Â
Semua hasil bangunan ini digunakan sebagai upacara pengubaran atau acara keagamaan yang lainnya. Ini membuktikan bahwa pada zaman megalitikum, manusia purba mulai mementingkan kepercayaan juga dan meminta lebih lagi untuk perlindungan dari nenek moyang (Rosfenti, 2020). Kepercayaan animisme dan dinamisme ini berkembang secara pesat dan meluas sampai pada zaman logam.Â
Pada zaman logam, upacara-upacara penguburan menjadi lebih mewah dan dan lebih rumit. Benda yang digunakan juga menjadi lebih indah daripada pada zaman megalitikum. Zaman logam dipisah menjadi dua; zaman perunggu dan zaman besi. Pada zaman perunggu, sebagian besar benda terbuat dari perunggu, sedangkan pada zaman besi sebagian besar benda terbuat dari besi. Hasil-hasil karya pada zaman logam dianggap lebih efektif dan maju daripada hasil-hasil karya dari zaman-zaman sebelumnya.Â
Contoh peninggalan dari zaman logam yang digunakan untuk upacara keagamaan dan kegiatan sehari-hari adalah seperti nekara perunggu, kapak corong/kapak sepatu, dan bejana logam. Konsep kepercayaan dinamisme dan animisme pada zaman logam tetap sama dengan zaman megalitikum. Namun pada zaman logam, kepercayaan animisme lebih dipercayai orang-orang daripada kepercayaan dinamisme. Karena pada masa megalitikum, terbangun lebih banyak tempat pemujaan dan penghormatan terhadap nenek moyang daripada patung-patung dinamisme (Rosfenti, 2020). Kepercayaan animisme ini berlanjut dan berkembang sampai pada zaman sekarang.Â
Di zaman sekarang, kepercayaan dan agama sekarang memiliki banyak jenisnya. Kepercayaan sekarang tidak bercabang menjadi dua saja, dan kepercayaan dinamisme tidak seluas seperti dulu.
Dari zaman ke zaman, ada banyak agama atau kepercayaan yang berkembang. Salah satunya adalah agama Kristen, yang mengikuti pengajaran Kristus. Kekristenan bukan kepercayaan dinamisme atau animisme, melainkan kepercayaan monoteisme. Monoteisme adalah kepercayaan dimana seseorang hanya mempercayai bahwa ada satu tuhan yang memiliki kuasa penuh atas segala sesuatu (Kompas Cyber Media, 2022).
Karena kepercayaan dalam satu tuhan ini, menyembah hal-hal yang lain selain Tuhan dianggap sebagai sebuah dosa. Memiliki kepercayaan dinamisme atau animisme dianggap sebagai dosa hawa nafsu karena kepercayaan-kepercayaan tersebut hanya mengikuti apa yang manusia ingin atau hanya mengandalkan pengetahuan manusia sendiri.Â
Penyembahan berhala terjadi karena manusia yakin bahwa kepercayaan ini akan membantu mereka dan menyelamatkan mereka dari maut menurut pengetahuan mereka sendiri. Ini termasuk dengan dosa yang pertama yaitu dosa kesombongan. Orang-orang yang mengikuti kepercayaan-kepercayaan tersebut menjadi sombong dengan kebenarannya sendiri dan menyakiti hati Tuhan yang telah mengorbankan segala sesuatu agar manusia tetap bisa diselamatkan.Â
Pada Mazmur 115 ayat 4 sampai 8 berbunyi, "115:4 Berhala-berhala mereka adalah perak dan emas, u  buatan tangan manusia, v  115:5 mempunyai mulut, tetapi tidak dapat berkata-kata, w  mempunyai mata, tetapi tidak dapat melihat, 115:6 mempunyai telinga, tetapi tidak dapat mendengar, mempunyai hidung, tetapi tidak dapat mencium, 115:7 mempunyai tangan, tetapi tidak dapat meraba-raba, mempunyai kaki, tetapi tidak dapat berjalan, dan tidak dapat memberi suara dengan kerongkongannya. 115:8 Seperti itulah jadinya orang-orang yang membuatnya, dan semua orang yang percaya kepadanya." (Kej 1:4 (TB) - Tampilan Daftar Ayat - Alkitab SABDA). Ini berarti bahwa orang-orang menyembah berhala tidak dapat melihat atau mendengar firman yang Tuhan ingin menyampaikan.Â
Orang-orang berhala sombong dengan keyakinannya dan pengetahuannya sendiri daripada mencari tahu tentang kebenaran yang sebenarnya akan menyelamatkan mereka. Menyembah berhala juga melarang 10 perintah Allah yang pertama yang berbunyi, "Jangan ada padamu Allah lain di hadapan-Ku". Sebab hanya Tuhan yang berkuasa atas kita dan dapat kita percayai dalam situasi apapun.Â
Sebagai orang kristen dan pengikut Kristus, kita harus menjauhi dan menjaga diri dari dosa-dosa seperti ini agar pertumbuhan kita dalam kerohanian tidak tersimpang, dan membiarkan Roh Kudus untuk mengarahkan kita ke jalan yang benar dan jujur.
Walaupun agama berarti tidak kacau, ini bukan berarti semua agama adalah kebenaran yang sejati. Ada beberapa agama yang memiliki keminatan yang jahat, ada juga beberapa agama yang hanya menyesatkan atau memberi pengajaran yang tidak terlalu tepat. Dari zaman ke zaman, manusia selalu berusaha untuk mencari kebenaran yang akan menyelamatkan mereka dari maut. Karena ini, mereka mulai memiliki kepercayaan seperti animisme dan dinamisme yang menurut mereka akan melindungi mereka dari roh-roh jahat dan membawa mereka ke surga setelah kematian.Â
Kepercayaan dalam hal ini membuat manusia bergantung kepada benda-benda mati, atau roh-roh yang tidak memiliki kuasa dan tidak dapat melindungi kita dari kejahatan. Hanya Tuhanlah yang memiliki kuasa untuk melindungi kita dari kejahatan yang fisik, maupun kejahatan secara spiritual. Walaupun ada orang-orang yang menyembah berhala dan menyatakan bahwa kepercayaan tersebut adalah kebenaran yang sejati, kita harus tetap kuat dalam iman kita kepada Tuhan Yesus. Sebagai pengikut Kristus, kita harus menjauhi penyembahan berhala dan berusaha untuk menjadi serupa dengan karakteristik Tuhan Yesus.Â
Pada Galatia pasal 5 ayat 7 sampai 10 menjelaskan bahwa kita seharusnya tidak mengikuti apa yang salah kalau kita sudah mengikuti yang benar sebelumnya. Dalam pertumbuhan rohani, kita harus menjaga iman kita dengan Tuhan Yesus dan berpegang teguh kepada-Nya.Â
Orang-orang yang menyembah berhala tidak memiliki pendirian yang teguh melainkan hasil tangan dari manusia sendiri. Maka, mereka tidak bisa merasakan kasih Allah seperti orang-orang yang mempercayai-Nya. Kehidupan akan terasa sangat berbeda saat kita hidup di dalam kasih dan pengudusan Tuhan. Saat kita mengikuti Tuhan, kita akan merasa bahwa semuanya dapat diatasi dan merasakan kebebasan dari dosa dalam kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H