Mereka hanya fokus dengan mengambil kesediaan alam yang ada dan bertahan hidup di dalam lingkungan mereka, walaupun mereka sering-sering berpindah-pindah daerah (Rosfenti, 2020). Namun pada akhir-akhir zaman paleolitikum, manusia purba mulai memiliki kepercayaan animisme dan dinamisme.Â
Manusia purba pada zaman paleolitikum akhiran juga memiliki kepercayaan bahwa semua yang buruk terjadi karena amarahnya nenek moyang. Jika gunung meletus, menurut mereka itu karena penunggu gunung marah. Jika terjadi gempa bumi, menurut mereka berarti bahwa penunggu tanah marah (Mutsani, 2019).Â
Konsep kepercayaan dinamisme dan animisme pada zaman paleolitikum sangat sederhana. Kepercayaan dinamisme adalah kepercayaan dalam benda-benda yang memiliki kekuatannya sendiri, sedangkan animisme adalah kepercayaan dalam roh nenek moyang. Kepercayaan animisme dan dinamisme kemudian terus berkembang sampai zaman mesolitikum.Â
Zaman mesolitikum juga disebut dengan zaman batu madya. Zaman mesolitikum tidak jauh berbeda dari zaman paleolitikum. Tetapi, pada zaman mesolitikum, manusia purba mulai menetap di suatu tempat daripada berpindah-pindah ke daerah-daerah lain.Â
Karena hal ini, manusia purba pada zaman mesolitikum juga menciptakan hasil-hasil karya yang berbeda dari zaman paleolitikum seperti Kjokkenmoddinger dan Abris sous Roche. Kjokkenmoddinger memiliki arti sampah dapur, yang sebenarnya adalah tumpukan kulit kerang dan siput yang mencapai ketinggian kurang-lebih 7 meter, dan sudah membatu dan menjadi fosil.Â
Peneliti-peneliti juga menemukan kapak genggam pebble dari tumpukan sampah ini. Di dalam tumpukan sampah Kjokkenmoddinger juga ditemukan batu penggiling dan landasannya yang diduga digunakan untuk menghalus cat merah. Cat merah itu diperkirakan digunakan untuk keagamaan atau ilmu sihir. Sedangkan Abris sous Roche adalah gua-gua dimana manusia purba bertempat. Ini secara lebih dalam membuktikan bahwa manusia purba pada zaman mesolitikum mulai bertempat di daerahnya masing-masing (Rosfenti, 2020).Â
Kepercayaan dinamisme dan animisme juga tidak berubah pada zaman mesolitikum. Hanya pada zaman mesolitikum, manusia purba mulai melakukan ritual-ritual dan upacara-upacara penguburan untuk nenek moyang (Redaksi, 2020). Manusia purba juga mulai percaya bahwa ada roh-roh jahat. Jadi mereka mulai melakukan ritual-ritual atau kegiatan-kegiatan untuk mencegah atau melindungi diri dari roh-roh jahat (Rosfenti, 2020).
Waktu berjalan terus dan munculah zaman neolitikum. Zaman neolitikum dianggap atau juga disebut sebagai zaman bercocok tanam awal. Pada zaman neolitikum terdapat hasil-hasil karya seperti kapak persegi, kapak batu chalcedon, dan kapak lonjong. Kapak persegi dan lonjong memiliki fungsi yang sama, yaitu untuk mencangkul, memahat dan memburu (Kresnoadi, 2017). Sedangkan kapak batu chalcedon digunakan sebagai alat upacara keagamaan, ajimat, dan juga tanda kebesaran.Â
Pada zaman neolitikum, manusia purba masih memiliki kepercayaan animisme dan dinamisme. Kepercayaan pada zaman neolitikum tidak terlalu berbeda dari zaman paleolitikum dan mesolitikum. Hanya manusia purba sekarang lebih mementingkan untuk bercocok tanam daripada memburu, dan mereka sekarang memiliki pengertian tentang kehidupan setelah kematian. Karena hal ini, mereka percaya bahwa nenek moyang selalu mengawasi mereka di kehidupan setelah kematian ini. Manusia purba kemudian mulai menyembah nenek moyang untuk meminta perlindungan yang mereka butuhkan untuk melawan musuh-musuh mereka atau roh-roh jahat, dan perlindungan dari kebahayaan (Kompas Cyber Media, 2020).Â
Konsep ini juga tidak berubah pada zaman megalitikum. Manusia purba pada zaman megalitikum tetap mempercayai hal ini. Pada zaman megalitikum, manusia purba mulai menciptakan bangunan dengan batu besar yang biasanya diperuntukkan sebagai tempat beribadah kepada arwah nenek moyang dalam sistem animisme dan dinamisme (Rosfenti, 2020).Â
Namun, kepercayaan dinamisme bergeser dan menjadi lebih seperti animisme. Pada zaman megalitikum, kepercayaan dinamisme sekarang memiliki arti bahwa di dalam suatu benda memiliki sebuah arwah atau roh nenek moyang (Ruangguru Tech Team). Â Kepercayaan animisme dan dinamisme menjadi lebih besar lagi sehingga manusia purba pada zaman tersebut menghasilkan hasil-hasil karya seperti menhir, dolmen, punden berundak-undak, kubur peti batu, waruga, sarkofagus, dan arca.Â