Menurut (Geertz, 1961) menyebut priyai istilah dalam kebudayaan Jawa untuk kelas sosial dalam golongan bangsawan menanamkan modal, baik langsung maupun tidak, dengan harapan pada waktu nanti pemilik modal mendapatkan sejumlah keuntungan dari hasil penanaman modal tersebut.
Peleburan kebudayaan antara santri dan priyai secara umum adalah adalah asal usul sebutan bagi seseorang borjuisme Islam yang mengikuti pendidikan agama Islam di pesantren, biasanya menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai dari golongan bangsawan Jawa.
Banyak bangsawan Jawa masa lampu tertarik dengan Islam sehingga relevansinya tidak jauh beda dengan seorang investor yang mengabdi di pesantren pada abad 21 ini.
Itulah mengapa budaya bangsa Indonesia sebagai bangsa investor bisa kerja lebih santai tapi lebih makmur dan melakukan pelayanan di pesantren tanpa pamrih. Itu karena aset yang bisa bekerja untuk mereka di saat orangnya sudah tak mampu bekerja.
Aset bekerja untuk kita sehingga waktu luang bisa digunakan dalam kegiatan sosial di organisasi Nahdlatul Ulama dan mengabdi untuk Indonesia tanpa pamrih.
Organisasi Nahdlatul Ulama awalnya berkembang bekerja lebih keras sebagai konsekuensinya tidak bisa memberikan tunjangan kepada santri tersebut dan ilmu. Dengan ilmu investasi syariah para santri mudah kumpulkan harta halal untuk meningkatkan kehidupan meski sudah bekerja lebih sedikit.Â
Abdurrofi mendukung seratus persen kenyamanan aset bekerja untuk investor, saatnya hidup dikejar uang dan bukan dikejar-kejar penagih utang. Dalam kasus Indonesia harus melakukan pembangunan berbasis investasi dibandingkan utang. Proyek pemerintah yang berkaitan dengan dana kapital untuk investasi dari pergerakan kaum saudagar dalam negeri.
Biarkan uang yang bekerja keras dan kita bisa hidup lebih santai nantinya.
Untuk mencapai tujuan, sasaran dan harapan-harapan penting dengan menggunakan anggaran dan sumber daya yang tersedia terutama sumber daya modal dari saudagar Indonesia dibandingkan utang luar negeri dari International Monetary Fund (IMF). Gotong royong nasional para saudagar di Indonesia  menunjukkan bahwa potensi Indonesia  memegang posisi investasi langsung masuk terbesar dengan $ 4,5 triliun pada tahun 2021.