Hore hijau royo-royo, Semua yang investasi dana jadi cuan dan sebaik-baik investasi untuk akhirat adalah sedekah
Sebelum investor menyukai hijau Nahdlatul Ulama, kita lebih menyukai investasi dana segar agar menjadi cuan. Investor akan mengalami perasaan baik ketika perkembangan hijau dibandingkan merah yang menandakan  Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah.
Betul sekali titik temu Investor dan Nahdlatul Ulama karena titik tempat sebuah warna hijau pertanda pertanda perasaan baik bertemu. Senada dengan pendapat KH Maruf Amin bahwa semua orang menginginkan apa yang terasa baik bagi hidupnya dan perekonomiannya.
Dan jika investor menginginkan simfoni perhatian dari sekelompok orang yang peduli dan harmoni suara bahagia selama hidup mereka, ulama tidak boleh bertindak seperti kuda hitam, menyimpan emosi kita, tetapi melimpah kepada semua orang penting lainnya.
Justru, Investor yang mendekatkan diri kepada penguasa dan ulama yakni KH Maruf Amin mendekatkan titik temu dalam konsep investasi syariah. Hijau bukan sekadar hijau tapi hijau investor ala Nahdlatul Ulama.
Saudagar Kaya NU Suka Investasi Syariah
Banyak berpikir dari kalangan investor, Nahdlatul Ulama perlu didukung untuk investasi bidang bisnis atau pergerakan kaum saudagar (Nahdlatut Tujjar). KH Maruf Amin memandang bahwa kelompok ini muncul dari kelas-kelas orang kaya di perkotaan pada masa pra-penjajahan dan awal masyarakat kemerdekaan.
Awalnya saya sebagai investor mengetahui Nahdlatul Ulama lebih banyak terdominasi oleh aktivitas sosial dan dakwahnya. Namun kegiatan Nahdlatul Ulama tanpa basis ekonomi yang kuat, aspek pendidikan keagamaan sebagai aktivitas sosial dan dakwahnya pun menjadi relatif tertinggal.
Oleh karena itu, Hadratussyaikh KH Hasyim Asyari langsung bergerak membentuk koperasi sebagai badan usaha yang menggerakkan ekonomi rakyat. Saudagar kaya dari NU Suka investasi syariah bergerak membentuk koperasi sebagai badan usaha yang menggerakkan perekonomian syariah.
Perhatikan titik temu Investor dan NU: