Mohon tunggu...
Abdurrazzaq Zanky
Abdurrazzaq Zanky Mohon Tunggu... Petani - petani.

Senang membaca segala jenis buku, nulis diary, mengamati lingkungan alam dan sosial, menertawakan diri sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Orang-Orang dari Puncak Sunyi

2 Desember 2024   06:13 Diperbarui: 2 Desember 2024   06:15 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Orang-orang Dari Puncak Sunyi

I

akulah rahib yang telaten menyapih keharuan

mendoakan tulus air mata dan kebahagiaan

tasbihku biji mata sendu yang berjaga sepanjang malam

mengawasi pembangunan kota-kota suci

mengantar musim-musim kental berpulang ke muara

-kepergian berulang menebalkan rindu pada kenangan-

memoleskan sekilas kabut pada usia

agar manusia merasa tetap berhak bermanja,

akulah rahasia yang tersimpan rapat di akar-akar pohon

memangku kesejahteraan gunung-gunung

mengalirkan kesejukan ke kampung-kampung

menyanyikan adzan bersama burung-burung

kelak mimpi-mimpi kegelisahan akan berkumpul di kotaku

memasang bendera setengah tiang

menguburkan arak-arakan prosesi keduniaan

II

di Kaca

menggigil bayang kekekalan

ritus abadi di tiap persimpangan

III

seperti swara menyela antara derai hujan

riwayat demi riwayat timbul tenggelam

jalan sepi yang mengusut percakapan

memijarkan kegundahan-kegundahan,

tapi kita lahir dari mana saja

tidak mesti dari kegelisahan yang sama

seperti perindu, bisa diilhami apa saja

namun lagunya yang itu-itu juga,

sementara ibu bermunajat sepanjang malam

mencoba meretas kantuk ayunan

menyerbukkan fajar kesadaran

bagi bumi yang terendam air bah kealfaan

harum bebungapun menyebar berkah

bagai aroma padi baru selesai ditumbuk di tampah

IV

suatu hari

kuil masa lalu itu akan bangkit kembali

bicara pada telaga dan bulan

firman berkumandang sepenuh relif bumi

turun semarak ke kota dan desa-desa

menyiangi huma dan ladang palawija

memuja mesra dan kebersamaan

meniupkan ruh baru bagi alam

V

akulah bidadari yang turun ke halaman

ketika terang bulan

menari dan bertembang keindahan

menunggu kuncup-kuncup merekah

menampung kemurnian embun basah

menitip amanah pada perempuan yang sedang berbenah,

kuajar laki-laki menjaring kupu-kupu

merajut tenunan dan menyapih lembut kasih sayang

karena sungai-sungai sorga hanya mengalir ke dada

mereka yang mampu menyelami dalamnya air mata

VI

kabut jelita itu terpekik

tatkala menyentuh batu-batu kali

tak sanggup menyaksikan rasia

mandi telanjang pagi-pagi

bercanda dengan gemuruh pancuran

meluncur lamat-lamat dari daun talas

lalu menggoda perempuan-perempuan

yang sedang keramas kemurnian embun,

hei, apa kau tak khawatir

murai-murai nakal itu mencuri lalu membaginya

pada segenap penghuni ladang?

maka alangkah keramat tiap buah yang kau makan

batu-batu yang kau jadikan bangunan

pohon-pohon yang kau tatah jadi ukiran

persawahan yang menghamparkan kemakmuran

langit dan bumi yang setia menjalin keakraban,

kepada tanah kau mesti ziarah, humus dan cacing-cacing

kepada angin dan swara trenggiling,

betapa sakral hynme katak yang bersukaria sehabis hujan

lengking jangkrik yang merambati jagat kesunyian malam

kilasan angin yang menggetarkan putik-putik kembang,

betapa bijak musim memoles lembah dan hutan

mengabarkan wangian musim panen lewat angin selatan

melahirkan margasatwa pada tipa fase perubahan,

alangkah mulia dia yang setia menjaga jarak antar tanaman

supaya mesra tak berubah jadi perbudakan

yang begitu cermat mengawinkan ternak dan tetumbuhan

mengalirkan mata air abadi ke celah-celah hijau alam

memenuhi hati petani dengan senandung syukur madah kedamaian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun