bibir-bibir alam. Melintasi pucuk-pucuk kelapa lalu menggema
syahdu di seantero padang persawahan. Berbaur dengan suara
burung-burung yang mulai kembali ke masing-masing sarang.
Sementara matahari makin meredup. Cahayanya berubah jadi
kemerah-merahan. Membias lembut di atas air, barisan daun
teratai di danau, pada dinding-dinding rumah warga di perkampungan.
Ada sebuah pesawat terbang sendirian dari arah barat yang sedang
membuat putaran kecil untuk mendarat di Bandara. Seperti
seorang kesepian yang terpisah dari rombongan. Terasa hati
merindukan sesuatu yang tak terpermai.
Inikah yang dialami Amir Hamzah ketika menuliskan sajak