Mohon tunggu...
abdur hakim
abdur hakim Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa S1 Reguler K3 2020

Seorang mahasiswa UI dengan jurusan S1 Reguler K3 2020. Menempuh pendidikan dari tahun 2020. Aktif di berbagai kegiatan kampus

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Hubungan Pencahayaan dengan Keluhan Computer Vision Syndrome (CVS) pada Pekerja serta Pengendaliannya

21 Juni 2022   13:36 Diperbarui: 21 Juni 2022   13:43 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hubungan Pencahayaan Dengan Keluhan Computer Vision Syndrome (CVS) Pada Pekerja Serta Pengendaliannya

Disusun oleh: Achmad Abdillah Pasha, Andrizqa, Haikal M. Ariq  Andrianto, M. Abdurrahman Al Hakim, dan M. Raihan Anugrah Pekerti

PENDAHULUAN 

Penggunaan teknologi untuk kehidupan sehari-hari sudah menjadi sebuah kebutuhan dasar bagi pekerja untuk dapat memudahkan aktivitas kerjanya. Peralatan teknologi yang sering digunakan adalah komputer, laptop, smartphone, dan berbagai jenis alat elektronik lainnya yang dapat memancarkan cahaya pada mata. Namun, kemudahan yang diberikan oleh teknologi tersebut tidak menutup kemungkinan dari dampak buruk yang mungkin terjadi dari timbulnya keluhan kesehatan pada mata seperti kelelahan mata akibat pencahayaan tersebut. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2014 angka kejadian astenopia (kelelahan mata) berkisar 40% sampai 90% (Irma et al. 2019). Berdasarkan survei terhadap orang dewasa di Amerika oleh Vision Council pada tahun 2018, dilaporkan lebih dari 80% menggunakan perangkat digital selama lebih dari 2 jam/hari, tercatat gejala CVS dengan adanya penggunaan perangkat digital tersebut yaitu nyeri leher/bahu (35%), sakit kepala (27,7%), ketegangan mata (32,4%), penglihatan kabur (27,9%), dan mata kering (27,2%) (Alexandria, 2019). Secara global, hampir 60 juta orang mengalami CVS dan angka ini diperkirakan akan bertambah jutaan kasus tiap tahunnya (Ranasinghe et al., 2016).

Berdasarkan data BPS tahun 2019 mengenai Statistik Telekomunikasi Indonesia, perkembangan kepemilikan komputer mengalami peningkatan sekitar 0,56 % per tahun (BPS, 2019). Lokasi penggunaan komputer oleh masyarakat Indonesia yaitu di rumah (61,92%), kantor (42,08%), dan sekolah (12,12%). Meningkatnya penggunaan komputer akibat perkembangan zaman digitalisasi, maka semakin tinggi juga jumlah penderita dengan keluhan mata dan penglihatan kompleks yang yang didefinisikan oleh Occupational Safety and Health Administration (OSHA) sebagai computer vision sydrome (CVS). Gejala CVS dikelompokkan menjadi empat kelompok mayor, yaitu Astenopi (mata tegang, lelah, dan perih), berhubungan dengan permukaan bola mata (mata kering, berair, iritasi, masalah penggunaan kontak lens), penglihatan (penglihatan kabur, lambat dalam perubahan fokus, penglihatan ganda, presbiopi), dan ekstraokular (nyeri leher, nyeri punggung, dan nyeri bahu). Gejala tersebut merupakan kombinasi dari masalah penglihatan, buruknya kondisi kerja, dan kebiasaan yang salah. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kelelahan mata adalah perangkat kerja (ukuran objek, posisi dan tampilan layar), lingkungan kerja (pencahayaan ruangan), desain kerja (jarak monitor, durasi kerja), karakteristik individu (kelainan mata atau refraksi), ataupun kombinasi dari seluruh faktor.

Keluhan mata adalah kejadian paling umum di antara pengguna komputer yang bekerja selama lebih dari 6 jam sehari dari hasil penelitian yang terdapat pada "Evaluation of the Factors which Contribute to the Ocular Complaints in Computer Users". Beberapa penelitian di Indonesia mengenai CVS, seperti dari penelitian Azkadina, menyatakan prevalensi penderita CVS sebesar 66,8% pada responden Bank Jateng, RSI Sultan Agung dan RSUP dr. Kariadi. Anggraini, menyatakan 88,5% responden mengalami keluhan CVS pada operator komputer PT. Bank Kalbar yang terbanyak dialami adalah astenopia, nyeri pada leher/bahu dan punggung serta mata kering sebesar 23,2%. Penelitian yang dilakukan Kusumawaty, et al, di PT. Bank Negara Indonesia - Makassar, menyatakan bahwa astenopia menjadi lebih berat dengan semakin banyaknya keluhan subjektif yang dialami seperti penurunan visus, dan terjadi peningkatan risiko mata kering. Untuk menghindari dari ketegangan dan kelelahan mata yang berpotensi menyebabkan CVS maka dapat diantisipasi dengan menjaga jarak ideal dari layar, memperhatikan durasi dalam menatap layar, melakukan istirahat rutin secara berkala, menggunakan layar anti silau dan menyesuaikan tingkat kecerahan sesuai dengan tempat kerja, dan berbagai rekomendasi lain mengenai tingkat pencahayaan dalam mengurangi keluhan ini di tingkat yang signifikan.

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan bahwa gangguan kelelahan mata sering terjadi pada pekerja yang menggunakan komputer dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. Penggunaan komputer dalam waktu lama akan berisiko mengakibatkan terjadinya CVS. National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH) melaporkan bahwa 88% orang yang berinteraksi dengan komputer lebih dari 3 jam perhari akan mengalami gangguan kelelahan mata yang dapat berisiko terhadap terjadinya CVS. Berdasarkan teori dan data yang didapat mengenai CVS maka karya tulis ini ditujukan untuk dapat membantu dalam mengetahui dan mengantisipasi mengenai hubungan antara pencahayaan dengan kejadian CVS.

KONSEP PENCAHAYAAN

Menurut Illuminating Engineering Society of North America (2018), cahaya merupakan energi pancaran yang mampu memberi rangsangan pada retina manusia dan menciptakan sensasi visual. Sebagai kuantitas fisik, cahaya didefinisikan sebagai bagian dari spektrum elektromagnetik yang dirasakan oleh mata dengan rentang panjang gelombang antara 380 -- 780 nm (Zumtobel Lighting, 2018). Mata normal manusia dapat menerima spektrum cahaya dengan panjang gelombang antara 400 -- 700 nm. Spektrum tersebut mencakup beberapa warna, yaitu:

  1. Ungu (380 -- 450 nm)
  2. Biru (450 -- 495 nm)
  3. Hijau (495 -- 570 nm)
  4. Kuning (570 -- 590 nm)
  5. Jingga (590 -- 620 nm)
  6. Merah (620 -- 750 nm)

Terdapat 4 karakteristik dari cahaya saat sampai atau melewati suatu media, yaitu:

  1. Refleksi Cahaya akan dipantulkan saat cahaya yang merambat menyentuh suatu permukaan. Refleksi cahaya terdiri dari beberapa tipe, diantaranya specular, spread, diffuse, dan mixed.
  2. Refraksi Cahaya akan berbelok jika melewati atau menembus medium yang mempunyai kerapatan yang berbeda.
  3. Transmisi Cahaya dapat menembus beberapa jenis benda, seperti kaca dan plastik.
  4. Absorbsi Cahaya dapat menjadi tidak terlihat karena cahaya dapat diserap oleh beberapa material.

Pencahayaan merupakan media interaksi antara manusia dengan lingkungan yang membantu proses melihat keadaan lingkungan sekitar sehingga hal ini merupakan aspek yang harus diperhatikan oleh desainer pencahayaan. Cahaya sendiri dapat diukur menggunakan suatu alat yang dinamakan lux meter. Terdapat 4 parameter dasar yang digunakan dalam pencahayaan, yaitu:

  1. Luminous Flux, menggambarkan jumlah cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya.
  2. Luminous Intensity, menggambarkan jumlah cahaya yang dipancarkan ke arah tertentu serta diukur dalam satu.
  3. Illuminance, menggambarkan jumlah atau kuantitas yang jatuh pada sebuah permukaan.
  4. Luminance, menggambarkan intensitas cahaya dari setiap permukaan dalam arah tertentu.

SUMBER PENCAHAYAAN

Jenis sumber pencahayaan di tempat kerja dibagi menjadi 2, yaitu:

  1. Matahari

Merupakan sumber cahaya alami di tempat kerja, khususnya pekerjaan yang dilakukan pada siang hari dan di area yang terbuka.

  1. Luminaires

Merupakan sumber cahaya buatan di tempat kerja, khususnya pekerjaan yang dilakukan pada malam hari atau di area yang tidak terkena oleh cahaya matahari. Luminaires dibedakan menjadi 2, yaitu:

General Luminaires

Merupakan sumber cahaya yang menghasilkan pencahayaan merata di semua titik pada area kerja. General luminaires dibagi menjadi 5, yaitu:

  •  Indirect Lighting

Intensitas cahaya yang keluar dari sumber berkisar antara 90-100% dengan mengarah ke langit-langit pada sudut di atas garis horizontal.

  • Semi Indirect Lighting

Intensitas cahaya yang keluar dari sumber berkisar antara 60-90% dengan mengarah ke langit-langit pada sudut di atas garis horizontal dan bagian lainnya mengarah ke bawah.

  • Direct-Indirect Lighting

Intensitas cahaya yang keluar dari sumber berkisar antara 40-60% mengarah ke bawah pada sudut di bawah garis horizontal.

  • Semi Direct Lighting

Intensitas cahaya yang keluar dari sumber berkisar antara 60%---90% cahaya yang keluar dari sumber mengarah ke bawah pada sudut di bawah garis horizontal.

  •  Direct Lighting

Intensitas cahaya yang keluar dari sumber 100% mengarah ke bawah pada sudut di bawah garis horizontal.

  • Supplemental Luminaires

Merupakan sumber cahaya yang digunakan dengan tujuan untuk mendapatkan tingkat pencahayaan yang lebih tinggi pada area atau pekerjaan yang diinginkan.

 

DESAIN PENCAHAYAAN

Jenis desain pencahayaan yang digunakan di tempat kerja dibagi menjadi 3, yaitu:

  1.  General Lighting

Merupakan desain yang menempatkan cahaya secara seragam di seluruh area kerja.

  1. Localized General Lighting

Merupakan desain yang menempatkan cahaya dengan mengacu pada area kerja tertentu.

  1. Task/Supplementary Lighting

Merupakan desain pencahayaan tambahan berupa penyediaan intensitas cahaya yang relatif tinggi pada titik kerja tertentu.

 

STANDAR DAN REGULASI PENCAHAYAAN

  1. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja

No

Keterangan 

Intensitas (Lux)

1

Penerangan darurat

5

2

Halaman dan jalan

20

3

Pekerjaan membedakan barang kasar, seperti:

  1. Mengerjakan bahan-bahan yang kasar
  2. Mengerjakan arang atau abu
  3. Menyisihkan barang-barang yang besar
  4. Mengerjakan bahan tanah atau batu
  5. Gang-gang, tangga di dalam gedung yang selalu dipakai
  6. Gudang-gudang untuk menyimpan barang-barang besar dan kasar

50

4

Pekerjaan yang membedakan barang-barang kecil secara sepintas lalu seperti:

  1. Mengerjakan barang-barang besi dan baja yang setengah selesai (semi-finished)
  2. Pemasangan yang kasar
  3. Penggilingan padi
  4. Pengupasan/pengambilan dan penyisihan bahan kapas
  5. Pengerjaan bahan-bahan pertanian lain yang kira-kira setingkat dengan d
  6. Kamar mesin dan uap
  7. Alat pengangkut orang dan barang
  8. Ruang-ruang penerimaan dan pengiriman dengan kapal
  9. Tempat menyimpan barang-barang sedang dan kecil
  10. Toilet dan tempat mandi

100

5

Pekerjaan membeda-bedakan barang kecil yang agak teliti seperti:

  1. Pemasangan alat-alat yang sedang (tidak besar)
  2. Pekerjaan mesin dan bubut yang kasar
  3. Pemeriksaan atau percobaan kasar terhadap barang-barang
  4. Menjahit tekstil atau kulit yang berwarna muda
  5. Pemasukkan dan pengawetan bahan-bahan makanan dalam kaleng
  6. Pembungkusan daging
  7. Mengerjakan kayu
  8. Melapis perabot

200

6

Pekerjaan pembedaan yang teliti daripada barang-barang kecil dan halus seperti:

  1. Pekerjaan mesin yang teliti
  2. Pemeriksaan yang teliti
  3. Percobaan-percobaan yang teliti dan halus
  4. Pembuatan tepung
  5. Penyelesaian kulit dan penenunan bahan-bahan katun atau wol berwarna muda
  6. Pekerjaan kantor yang berganti-ganti menulis dan membaca, pekerjaan arsip dan seleksi surat-surat

300

7

Pekerjaan membeda-bedakan barang-barang halus dengan kontras yang sedang dan dalam waktu yang lama seperti:

  1. Pemasangan yang halus
  2. Pekerjaan-pekerjaan mesin yang halus
  3. Pemeriksaan yang halus
  4. Penyemiran yang halus dan pemotongan gelas kaca
  5. Pekerjaan kayu yang halus (ukir-ukiran)
  6. Menjahit bahan-bahan wol yang berwarna tua
  7. Akuntan, pemegang buku, pekerjaan steno, mengetik atau pekerjaan kantor yang lama

500-1000

8

Pekerjaan membeda-bedakan barang-barang yang halus dengan kontras yang sangat kurang untuk waktu yang sangat lama seperti:

  1. Pemasangan yang ekstra halus (Arloji, dll.)
  2. Pemeriksaan yang ekstra halus (Ampul obat)
  3. Percobaan alat-alat yang ekstra halus
  4. Tukang emas dan intan
  5. Penilaian dan penyisihan hasil tembakau
  6. Penyusunan huruf dan pemeriksaan copy dalam pencetakan
  7. Pemeriksaan dan penjahitan bahan pakaian berwarna tua

1000

  1. Peraturan Menteri Kesehatan No 70 Tahun 2016 tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri

No

Jenis Area, Pekerjaan/Aktivitas

Lux

Keterangan

1

Lorong tidak ada pekerja

20

Tingkat pencahayaan pada permukaan lantai

2

  1. Pintu masuk
  2. Ruang istirahat

100

3

Area sirkulasi dan koridor

100

Jika terdapat kendaraan pada area ini maka tingkat pencahayaan minimal 150 lux

4

Elevator, lift

100

Tingkat pencahayaan depan lift minimal 200 lux

5

Ruang penyimpanan

100

Jika ruangan digunakan bekerja terus menerus maka pencahayaan minimal 200 lux

6

Area bongkar muat

150

7

Tangga, eskalator, travolator

150

Diperlukan kontras pada anak tangga

8

Lorong ada pekerja

150

Tingkat pencahayaan pada permukaan lantai

9

  1. Rak penyimpanan
  2. Ruang tunggu
  3. Ruang kerja umum, Ruang switch gear
  4. Kantin
  5. Pantry

200

10

Ruang ganti, kamar mandi, toilet

200

Ketentuan ini berlaku pada masing-masing toilet dalam kondisi tertutup

11

  1. Ruangan aktivitas fisik (Olahraga)
  2. Area penanganan pengiriman kemasan

300

12

  1. Ruang P3K
  2. Ruangan untuk memberikan perawatan medis
  3. Ruang switchboard

500

  1. Peraturan Menteri Kesehatan No. 48 Tahun 2016 tentang Standar Keselamatan Kerja Perkantoran

No

Peruntukkan Ruang 

Minimal Pencahayaan (Lux)

No

1

Ruang Kerja

300

1

2

Ruang Gambar

750

2

3

Resepsionis

300

3

4

Ruang Arsip

150

4

5

Ruang Rapat

300

5

6

Ruang Makan

250

6

7

Koridor/Lobi

100

7

 

COMPUTER VISION SYNDROME (CVS) 

DEFINISI

Menurut American Optometric Association,  Computer Vision Syndrome atau yang biasa disingkat CVS adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kumpulan gejala visual, okular, dan muskuloskeletal (nyeri leher dan bahu) yang dihasilkan dari penggunaan komputer yang lama. Sedangkan menurut Blehm et al. (2005), Computer Vision Syndrome (CVS) merupakan kondisi seseorang yang mengalami satu atau lebih keluhan mata akibat mengoperasikan komputer dan melihat monitor komputer. Beberapa keluhan mata yang biasanya dialami oleh pengguna komputer antara lain mata lelah, mata lelah, rasa panas, iritasi, mata merah, penglihatan kabur, dan mata kering.

 

GEJALA

            Gejala dari Computer Vision Syndrome secara luas diklasifikasikan menjadi okular, visual, dan muskuloskeletal. Menurut Gowrisankaran dan Sheedy (2015), tingkat keparahan dan jenis gejala spesifik yang juga dipengaruhi dengan durasi paparan, sifat tugas visual yang menuntut, faktor lingkungan di tempat kerja, dan kemampuan visual individu. Berikut tabel yang menggambarkan gejala serta klasifikasinya.

Gejala Okular

Gejala Visual

Gejala Muskuloskeletal

Internal:

Ketegangan

Sakit mata

Mata tegang

Kelelahan mata

Rasa sakit disekitar mata

Penglihatan kabur (saat melihat dari dari dekat)

Penglihatan kabur (saat melihat dari dekat hingga jauh)

Penglihatan ganda

Rasa sakit pada leher

Rasa sakit pada bahu

Eksternal:

Mata terasa terbakar

Iritasi mata

Mata kering

Mata merah

Gejala Okular

Rasa tidak nyaman pada mata yang meliputi kelelahan, nyeri di dalam dan sekitar mata, mata lelah dan mata kering dikategorikan sebagai gejala okular. Gejala okular kemudian diberi label 'eksternal' dan 'internal' yang diidentifikasi berdasarkan jenis sensasi, lokasi yang dirasakan dan kondisi pemicu CVS. Gejala internal yang paling mungkin terkait dengan fungsi visual seperti akomodasi dan keterlibatan ketegangan otot mata lainnya, sedangkan gejala eksternal terkait dengan mata kering.

Gejala Visual

Gejala visual yang paling umum dilaporkan oleh pengguna komputer adalah penglihatan kabur pada jarak dekat, jauh dan menengah. Faktor yang berkontribusi terhadap pandangan kabur dalam kondisi membaca normal cenderung rumit dan tidak dipahami dengan baik. Namun, laporan tentang penglihatan kabur yang terkait dengan penggunaan komputer sering menunjukkan gangguan penglihatan pada pengguna.

Gejala Muskuloskeletal

Gejala muskuloskeletal yang biasanya dialami oleh pengguna komputer antara lain nyeri leher, nyeri punggung, nyeri bahu, nyeri pergelangan tangan dan jari. Postural demands dari pekerjaan komputer adalah faktor utama yang terkait dengan gejala muskuloskeletal. Namun, visual demands juga telah terlibat sebagai faktor penyebab nyeri bahu yang terkait dengan penggunaan komputer.

 

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Faktor utama yang terkait dengan CVS dapat secara luas diklasifikasikan ke dalam beberapa hal yaitu, kemampuan visual individu, faktor lingkungan, dan faktor lain. Kemampuan visual pengguna secara signifikan berkontribusi terhadap CVS termasuk kesalahan refraksi yang tidak dikoreksi, anomali penglihatan binokular, gangguan akomodatif, dan kelainan permukaan okular atau film air mata. Faktor lingkungan yang terkait dengan CVS adalah kondisi pencahayaan di tempat kerja, posisi tampilan, karakteristik tampilan dan kualitas gambar. Kemudian terdapat pula faktor lain yang biasanya tidak terlalu diperhatikan tetapi memiliki pengaruh terhadap CVS. Berikut tabel yang berisi faktor yang mempengaruhi serta contoh dan akibatnya.

Faktor 

Contoh

Akibat

Kemampuan Visual

kesalahan refraksi yang tidak dikoreksi

Gejala okular internal dan gejala visual

Vergence disorders

Gejala okular internal dan gejala visual

gangguan akomodatif

Gejala okular internal dan gejala visual

kelainan permukaan okular atau film air mata.

Gejala okular eksternal

Presbyopia

Gejala okular internal

Lingkungan

Cahaya yang silau

Gejala okular internal, gejala okular eksternal, dan gejala visual

Refleksi cahaya

Gejala okular internal, gejala okular eksternal, dan gejala visual

Posisi tampilan yang tidak optimal

Gejala okular eksternal dan gejala muskuloskeletal

Jarak penglihatan yang sempit

Gejala okular internal

Lainnya

Kualitas gambar yang buruk

Gejala okular eksternal

Resolusi tampilan yang buruk

Gejala okular eksternal

Ukuran font tulisan yang kecil

Gejala okular eksternal

  1. Faktor Kemampuan Visual

Faktor utama yang berkontribusi terhadap CVS adalah kemampuan visual individu yang terkait dengan tuntutan tugas visual. Jika kemampuan visual yang tidak memadai adalah penyebab utama CVS, maka pengobatan merupakan langkah yang tepat untuk meningkatkan kemampuan visual akan meringankan gejala. Penting untuk mendiagnosis dan mengobati kondisi visual ini secara akurat untuk meminimalkan terjadinya CVS di tempat kerja.

  1. Faktor Lingkungan

            Faktor lingkungan juga memiliki peran yang tinggi terhadap CVS. Cahaya yang silau, refleksi cahaya, jarak penglihatan yang sempit turut memperburuk keadaan. Terlebih, kornea sangat sensitif terhadap pengeringan dan ketidakseimbangan kimiawi dari faktor lingkungan. Kantor termasuk bahaya seperti udara kering, kipas ventilasi, penumpukan statis, debu kertas di udara, laser dan toner fotokopi, dan kontaminan bangunan.

  1. Faktor Lainnya

            Terakhir, faktor lain yang juga merupakan penyebab dari CVS. Terdapat faktor lain yang tidak diklasifikasikan terhadap faktor kemampuan visual dan faktor lingkungan. Beberapa hal diantaranya adalah kualitas gambar atau resolusi, ukuran tulisan maupun gambar, kosmetik, pengobatan, dan masih banyak hal lainnya.

 

 

HUBUNGAN PENCAHAYAAN DENGAN COMPUTER VISION SYNDROME (CVS)

            Computer Vision Syndrome (CVS) umumnya disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah faktor lingkungan, fisiologis, dan psikologis, dimana faktor lingkungan berperan besar dalam kejadian CVS. Faktor-faktor lingkungan meliputi pencahayaan yang tidak baik dan tidak maksimal, posisi monitor yang tidak sesuai, dan visibilitas antara pengguna dengan layar. Faktor lain dari CVS juga berupa kemampuan visual atau penglihatan pengguna sebagai kesalahan refraksi yang tidak benar, gangguan okulomotor, dan abnormalitas pada mata (Gowrinsankaran dan Sheedy, 2014 dalam Anggrainy, P et al., 2017).

Pratiwi et al (2020) dalam Nadhiva, R dan Mulyono (2020) menjelaskan bahwa cara manusia melihat sebuah gambar pada layar komputer berbeda dengan melihat gambar yang tercetak di kertas dikarenakan layar komputer tersusun atas banyak titik-titik kecil yang disebut piksel. Setiap piksel memancarkan sebuah cahaya terang di bagian tengah namun cenderung redup di bagian pinggir. Hal ini mengakibatkan mata tidak dapat fokus dalam melihat gambar tersebut, namun alih-alih berfokus pada titik di belakang layar yang dikenal sebagai resting point of accommodation (RPA) atau titik istirahat akomodasi.

Pencahayaan pada komputer atau laptop menjadi salah satu faktor yang berperan besar sebagai penyebab CVS. Intensitas pencahayaan pun berpengaruh terhadap kejadian CVS, dimana penelitian oleh Nadhiva, R dan Mulyono pada pekerja di PT PAL Surabaya tahun 2020 menunjukkan bahwa hanya 6,3% pekerja menderita CVS yang bekerja menggunakan pencahayaan umum dengan intensitas 300 lux, dimana 93,8% pekerja yang menderita CVS melaporkan bahwa mereka bekerja menggunakan pencahayaan umum dengan intensitas kurang dari 300 lux. Hal ini menunjukkan intensitas pencahayaan umum yang lebih rendah lebih berisiko tinggi terhadap kejadian computer vision syndrome atau CVS (Nadhiva, R dan Mulyono, 2020).

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Ranasinghe, P et al., (2016) pada pekerja perkantoran di 9 provinsi Srilanka menunjukkan bahwa seseorang yang tidak meng-adjust atau tidak mengatur tingkat pencahayaan pada komputernya memiliki prevalensi terjangkit CVS sebesar 72,1%, dimana prevalensi ini lebih tinggi dibanding dengan seseorang yang mengatur tingkat pencahayaan pada komputernya, yakni sebesar 63,9%. Selain pengaturan tingkatan cahaya, jenis cahaya yang dipancarkan oleh monitor pun dapat berpengaruh terhadap kejadian CVS, dimana seseorang yang menatap layar monitor dengan cahaya yang tidak difilter memiliki prevalensi sebesar 69,6% menderita CVS. Prevalensi ini lebih tinggi dibanding monitor dengan cahaya yang memiliki filter yakni sebesar 63% pekerja menderita CVS (Ranasinghe, P et al., 2016).

            Seiring dengan meningkatnya penggunaan komputer, jumlah penderita dari masalah penglihatan/masalah visual kemudian dikelompokkan ke dalam Computer Vision Syndrome (CVS) juga cenderung meningkat, seperti tekanan dan kelelahan pada mata, sensasi mata terbakar, iritasi, mata kemerahan, penglihatan yang mengabur, mata kering, dan lain-lain. Gejala CVS kemudian dikelompokkan ke dalam empat kelompok utama, yakni astenopia yang terdiri atas mata tegang, lelah, dan perih, gangguan pada permukaan bola mata seperti mata kering, mata berair, iritasi, dan masalah dengan lensa kontak, masalah penglihatan seperti penglihatan yang mengabur, lambat dalam perubahan fokus, penglihatan ganda, dan presbiopi, dan masalah ekstraokular seperti nyeri bahu, artritis, nyeri otot, leher miring, dan saraf terjepit (Nadhiva, R dan Mulyono, 2016).

PENCEGAHAN COMPUTER VISION SYNDROME (CVS)

 

            Meningkatnya penggunaan teknologi komputer di berbagai aspek tak jarang berdampak pada munculnya keluhan computer vision syndrome (CVS). Maka dari itu, terdapat beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan dalam mengatasi hal ini, baik oleh pihak pekerja maupun perusahaan diantaranya adalah:

  1. Menggunakan kacamata sewajarnya, dimana penggunaan kacamata dapat membantu mengurangi kelelahan pada mata akibat terus menerus menatap layar komputer. Selain itu, penting untuk melakukan pengecekan mata rutin setiap tahun untuk seluruh pekerja yang mengoperasikan komputer
  2. Menggunakan kacamata yang sesuai digunakan tergantung jenis pekerjaan. Penggunaan kacamata untuk melihat objek jauh atau kacamata membaca tidak dapat memberikan penglihatan yang efisien saat menatap layar komputer yang jaraknya hanya 20-30 inci dari mata. Maka dari itu, diperlukan kacamata yang cocok digunakan dalam jarak dekat dan mendesain lensa kacamata khusus untuk pekerjaan dengan komputer
  3. Minimalisasi ketidaknyamanan dari blue light dan glare, dimana blue light dari pencahayaan LED dan berpendar seperti monitor, tablet, dan ponsel genggam dapat berdampak negatif pada penglihatan dalam jangka waktu yang panjang. Warna dan pelapis lensa khusus dapat mengurangi dampak berbahaya dari blue light. Untuk meminimalisir glare, kita dapat menggunakan filter yang dapat mengurangi glare pada layar komputer, mereposisi layar menggunakan gorden atau tirai, serta menjaga agar layar komputer tetap bersih dan menghilangkan sidik jari yang menempel untuk meningkatkan kejelasan pada layar
  4. Mengatur pencahayaan komputer dengan memposisikan layar komputer agar cahayanya tidak mendominasi pencahayaan ruang kerja. Dapat pula menggunakan lampu meja kerja dengan watt yang lebih rendah.
  5. Posisi tempat duduk yang nyaman dan sesuai dengan bentuk tubuh. Tinggi kursi juga harus dapat diatur sedemikian rupa sehingga kaki dapat menapak dan bersandar pada lantai untuk memberi dukungan ketika bekerja dan pergelangan tangan sebaiknya tidak istirahat di keyboard ketika mengetik.
  6. Menyesuaikan area kerja dan komputer untuk kenyamanan. Pada umumnya, orang yang menggunakan komputer cenderung memilih ketinggian sekitar 26 inci dengan meja setinggi 29 inci. Komputer pun dapat diletakkan 16-30 inci dari mata dengan bagian atas layar harus berada di bawah titik horizontal mata. Bagian atas layar juga dapat dimiringkan sekitar 10-20 derajat.
  7. Mengedip untuk meminimalisir kemungkinan parahnya mata yang kering ketika menggunakan komputer sesering mungkin, dimana mengedip bertujuan untuk menjaga agar bagian permukaan mata tetap terjaga.
  8. Menggunakan copyholder yang dapat disesuaikan, dimana kita dapat meletakkan materi referensi pada jarak yang sama dengan layar komputer dan sedekat mungkin dengan layar. Penempatan ini tidak akan merubah fokus ketika melihat satu dengan yang lainnya.
  9. Melakukan istirahat dari menatap layar sepanjang bekerja dalam satu hari, seperti melakukan fotokopi, berkonsultasi dengan kolega, atau menelpon. Setelah bekerja menggunakan komputer dalam waktu yang panjang, kita dapat melakukan apapun yang membuat mata kita tidak harus fokus pada sesuatu dengan jarak yang dekat.

PENGENDALIAN COMPUTER VISION SYNDROME (CVS)

            Jika seseorang, khususnya pekerja telah mengalami keluhan computer vision syndrome atau CVS, maka langkah pengendalian yang dapat dilakukan diantaranya adalah:

  1. Kacamata atau lensa kontak untuk penggunaan secara umum seringkali tidak cukup untuk mengatasi masalah penglihatan akibat pekerjaan dengan komputer, maka dari itu lensa yang telah diresepkan oleh dokter mata dan ahli optometri yang telah sesuai dengan kebutuhan visual masing-masing pengguna dapat digunakan. Desain lensa, kekuatan lensa, kemiringan, dan lapisan lensa yang khusus dapat membantu untuk memaksimalkan kemampuan penglihatan dan kenyamanan.
  2. Jika pekerja yang telah menggunakan lensa khusus masih mengalami kesulitan atau tidak membantu mengurangi CVS, dapat dilakukan program terapi penglihatan, dimana terapi ini merupakan program aktivitas visual khusus untuk meningkatkan kemampuan penglihatan. Program ini dapat melatih mata dan otak untuk bekerja bersama secara efektif. Latihan mata seperti ini juga membantu untuk meremediasi kekurangan pada pergerakan mata, pemfokusan mata, dan memperkuat hubungan antara mata dan otak. Program ini meliputi pelatihan di tempat kerja dan prosedur pelatihan di rumah masing-masing.

KESIMPULAN

Penggunaan alat elektronik seperti gadjet meningkat dari tahun ke tahun. Namun, risiko dan bahayanya sering diabaikan. Peralatan teknologi seperti komputer, laptop, smartphone, dan berbagai jenis alat elektronik lainnya dapat memancarkan cahaya pada mata yang mempertinggi risiko terjadinya bahaya akibat pencahayaan. Salah satu risiko tersebut adalah Computer Visual Syndrome atau (CVS). CVS sendiri merupakan kumpulan gejala visual, okular dan muskuloskeletal (nyeri leher dan bahu) yang dihasilkan dari penggunaan komputer yang lama. Sedangkan menurut Blehm et al (2005), Computer Vision Syndrome (CVS) merupakan kondisi seseorang yang mengalami satu atau lebih keluhan mata akibat mengoperasikan komputer dan melihat monitor komputer.

Penyakit CVS sangat berkaitan dengan faktor pencahayaan. Penerangan sebuah ruangan akan memepengaruhi produktivitas dan kesehatan pekerja yang berada di dalamnya. Pengaturan tentang pencahayaan lingkungan sudah di atur dalam peraturan yang dibuat oleh pemerintah sebagai standar lingkungan bekerja. Peraturan tersebut adalah Peraturan Menteri Kesehatan No. 48 Tahun 2016 tentang Standar Keselamatan Kerja Perkantoran, Peraturan Menteri Kesehatan No 70 Tahun 2016 tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri, dan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.

Pencegahan yang dapat dilakukan dengan menggunakan kacamata, minimalisasi blue light dan glare, mengatur pencahayaan komputer, menyesuaikan area kerja dan komputer, Menggunakan copyholder yang dapat disesuaikan, dan melakukan istirahat pada jangka waktu yang ditentukan. Selain pencegahan terdapat pengendalian jika memang tidak dapat dihindari. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah kacamata atau lensa kontak untuk penggunaan secara umum dan dapat dilakukan program terapi penglihatan, dimana terapi ini merupakan program aktivitas visual khusus untuk meningkatkan kemampuan penglihatan

DAFTAR PUSTAKA

Anggrainy, P., Ashar, T., & Rahmawaty Lubis, R. (n.d.). Difference in Computer Vision. https://doi.org/10.26911/theijmed.2018.03.02.01

Blehm, C., Vishnu, S., Khattak, A., Mitra, S. and Yee, R., 2005. Computer Vision Syndrome: A Review. Survey of Ophthalmology, 50(3), pp.253-262.

Computer vision syndrome | AOA. (n.d.). Retrieved June 20, 2022, from https://www.aoa.org/healthy-eyes/eye-and-vision-conditions/computer-vision-syndrome?sso=y

Darmawan, D. and Wahyuningsih, A., 2021. Keluhan Subjektif Computer Vision Syndrome Pada Pegawai Pengguna Komputer Dinas Komunikasi dan Informasi. Indonesian Journal of Public Health and Nutrition, 1(2).

Gowrisankaran, S. and Sheedy, J., 2015. Computer vision syndrome: A review. Work, 52(2), pp.303-314.

Hendra., 2022. Lighting Basic Concept.

Insani, Y. and Wunaini, N., 2018. Hubungan Jarak Mata dan Intensitas Pencahayaan terhadap Computer Vision Syndrome. [online] Jurnal.stikes-yrsds.ac.id. Available at: [Accessed 18 June 2022].

Illuminating Engineering Society of North America., 2000. Lighting Handbook. 9th ed.

Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum., 2016. Peraturan Menteri Kesehatan No. 48 Tahun 2016 tentang Standar Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Perkantoran [JDIH BPK RI]. [online] Peraturan.bpk.go.id. Available at: [Accessed 18 June 2022].

Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum., 2016. Peraturan Menteri Kesehatan No. 70 Tahun 2016 tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri [JDIH BPK RI]. [online] Peraturan.bpk.go.id. Available at: [Accessed 18 June 2022].

Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum., 2018. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja. [online] Jdih.kemnaker.go.id. Available at: [Accessed 18 June 2022].

Nadhiva, R, Mulyono. 2020. The Relation between Symptoms of Computer Vision Syndrome and Visual Display Terminal Utilization [online] Available at: < https://e-journal.unair.ac.id/IJOSH/article/download/20077/pdf#:~:text=According%20to%20Lurati%20(2018)%2C,often%20referred%20to%20as%20asthenopia.> [Accessed 19 June 2022].

Pratiwi, Y., Leonita, E. and Tresnanengsih, E., 2019. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Computer Vision Syndrome pada Karyawan Bank. JURNAL MKMI, 15(12).

Ranasinghe, P., Wathurapatha, W. S., Perera, Y. S., Lamabadusuriya, D. A., Kulatunga, S., Jayawardana, N., & Katulanda, P. (2016). Computer vision syndrome among computer office workers in a developing country: an evaluation of prevalence and risk factors. BMC Research Notes, 9(1). https://doi.org/10.1186/S13104-016-1962-1

Salote, A., Jusuf, H. and Amalia, L., 2020. HUBUNGAN LAMA PAPARAN DAN JARAK MONITOR DENGAN GANGGUAN KELELAHAN MATA PADA PENGGUNA KOMPUTER. Journal health and Science ; Gorontalo journal health & Science Community, 4(2).

Zumtobel Lighting GmbH., 2018. The Lighting Handbook. 6th ed. Dornbirn.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun