Kondisi perpustakaan Indonesia pada umumnya
Di negara maju perpustakaan menjadi sebuah kebutuhan seperti halnya kebutuhan untuk konsumsi pangan yang di Indonesia disebut sembako (sembilan bahan pokok).
Alasannya adalah jika sembako merupakan kebutuhan untuk makanan fisik, maka bacaan yang ada di perpustakaan merupakan makanan kejiwaan. Mungkin seseorang bisa memenuhi kebutuhan bacaan dengan cara membeli.
Tapi itu sekedar bahan bacaan saja. Kita masih perlu menyelami apa sebetulnya yang tersedia di dalam perpustakaan dan dibutuhkan oleh masyarakat.
Di Indonesia kebutuhan terhadap perpustakaan tersebut masih belum seperti di negara maju. Beberapa kelompok masyarakat memang sudah sangat membutuhkan keberadaan perpustakaan. Ada perkiraan bahwa masyarakat yang merasakan perpustakaan itu penting bagi kehidupannya hanya berjumlah 7% (Perpusnas, 2006).
Namun demikian kebutuhan tersebut masih terbatas kepada bahan bacaan atau literatur. Misalnya, mahasiswa membutuhkan literatur untuk menyelesaikan tugas akhirnya.Â
Jika perpustakaan tersebut diibaratkan sebuah kapal, maka kapal yang sangat besar tersebut hanya memuat sebagian kecil saja penumpang. Atau dengan kata lain sebuah perpustakaan yang besar hanya melayani sebagian kecil saja pemustaka. Padahal populasi yang mestinya dilayani tersebut jumlahnya sangat besar.
Kapal besar tersebut diawaki oleh awak kapal yang kurang kompeten sehingga awak kapal tersebut tidak dapat memaksimalkan potensi yang ada pada kapal besar tersebut.
Begitu juga halnya di perpustakaan. Pustakawan yang ditugaskan sebagian besar kurang kompeten, sehingga banyak fasilitas di perpustakaan besar tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal.Â
Ketiga, Kapal tersebut dipimpin oleh kapten kapal yang kurang kompeten sehingga arah dan jalannya kapal tersebut tidak selalu ke arah yang benar. Begitu juga perpustakaan besar yang dipimpin oleh seorang kepala perpustakaan yang tidak kompeten dan tidak kredibel. Tidak punya kemampuan kepemimpinan yang baik. Tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan manajemen di bidang perpustakaan.
Dengan kepala yang demikian tentu saja perpustakaan tersebut sulit diharapkan dapat membawa perpustakaannya ke arah tujuan perpustakaan yang benar. Dengan demikian perpustakaan yang besar dan dilengkapi fasilitas yang modern tersebut tidak dapat memberikan layanan yang sesuai dengan kebutuhan pemustakanya.