Mohon tunggu...
Abdulah Mazid
Abdulah Mazid Mohon Tunggu... Mahasiswa - Masyarakat

Hai! Saya Abdul; orang biasa yang terkadang suka membaca, menulis, memancing dan tidur.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kambing & Seonggok Kenang

19 Juni 2022   18:53 Diperbarui: 19 Juni 2022   18:57 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku mencoba menyuarakan keberadaanku dengan satu kalimat yang mungkin kurang tepat untuk situasi semacam ini, tapi hey? Kalimat macam apa yang pantas untuk situasi semacam ini? Ini pertama kalinya bagiku dikunjungi kambing malam-malam begini.  Setelah sedikit mengorek kosa kata yang ada di kepala, kuputuskan untuk memecah kebingungan itu dengan satu kalimat tanya "sedang apa malam-malam begini dikamar orang?" 

Entah kenapa setelah bibirku mengucapkannya, sepertinya pertanyaanku terdengar aneh. Sebetulnya aku hendak bertanya "siapa kau?" Tapi aku kuurungkan niatku menanyakannya, karena apa pentingnya mengetahui siapa dia? Bukankah yang lebih penting adalah apa yang ia lakukan? 

Lagi pula, memangnya seekor kambing paham bahas manusia? Sepertinya tidak, hal itu dibuktikan dengan kebergemingannya atas pertanyaanku. Tapi aneh, lalu bagaimana dia mampu membaca buku  itu? Aku menunggu beberapa saat, barangkali butuh waktu lebih lama bagi otak seekor kambing untuk memproses sebuah ujaran bahasa manusia. 

Setelah beberapa saat tak ada yang terjadi, matanya masih fokus menatap buku yang ada di atas meja itu. Lantas kuputuskan untuk mengambil langkah paling rasional yang bisa kulakukan saat itu, kudekati ia lalu kutepuk pundaknya. 

Dia sepertinya tak terkejut dengan apa yang kulakukan. Tak ada gerak-gerik panik dari responnya. Kemudian dia mengalihkan wajahnya menghadapku. saat itu aku yakin dia benar-benar seekor kambing, dan anehnya kuyakin ia tengah tersenyum padaku. 

Entah apa alasannya, tapi satu hal yang membuatku merasa lebih baik setelah melihat wajahnya, ia pribadi yang baik, sungguh, terlihat dari caranya membentuk senyumnya itu. Aku bukan ahli penerjemah senyuman, tapi dari banyak senyuman yang pernah kulihat, senyumannya itu adalah salah satu yang tak terlihat sedikitpun kepalsuan menyertainya. Dia tulus melakukannya.

Setelah dia menyodorkan sepotong senyum itu padaku, dan tentang apa yang terjadi setelahnya, sulit bagiku untuk menjelaskannya dengan benar, karena akupun tak benar-benar paham apa yang sebenarnya terjadi. Tiba-tiba kambing itu menguap dari bentuknya dan membaur dengan atmosfer kamarku. 

Anehnya, ia tak meninggalkan residu sedikitpun, tak ada bau, tak ada warna yang tertinggal. Yang tersisa dari situasi membingungkan itu hanyalah kehampaan yang sunyi diiringi nyanyian jantungku yang perlahan kembali menemukan ritmenya yang tenang, dan buku Ibu yang masih terbuka tepat di halaman yang dulu belum sempat kubaca:

....

K E K E L U A R G A A N

Di suatu malam yang cukup larut,
Tuan kehilangan dirinya lagi
Tuan memaki, Puan hanya diam
Tuan memukul, Puan tetap diam
Tuan menendang, Puan tetap diam.
Puan menangis, tuan hancur

....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun