Mohon tunggu...
Abdulah Mazid
Abdulah Mazid Mohon Tunggu... Mahasiswa - Masyarakat

Hai! Saya Abdul; orang biasa yang terkadang suka membaca, menulis, memancing dan tidur.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kambing & Seonggok Kenang

19 Juni 2022   18:53 Diperbarui: 19 Juni 2022   18:57 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah membacanya, lahir banyak pertanyaan di kepalaku: orang lapar macam apa yang menuang tulisan ini? Namun sebelum aku sempat menikmati isi pikiran ku terkait tulisan itu lebih lama lagi, terdengar suara gaduh di ruang keluarga rumahku. Aku tak terlalu menghiraukan hal itu, karena memang hal semacam itu sering terjadi di rumah ini apalagi ketika orang itu pulang. 

Dia tak bisa pulang dengan tenang, selalu ada masalah yang dibawanya dari dunia luar sana. Aku tak habis pikir dengan ibu, kenapa ia bisa menikah dengan orang semacam itu. Dulu aku sering menanyakan alasan ibu mau dinikahi oleh orang itu, tapi ibu tak pernah banyak berkata, ia hanya menjawabnya dengan selekuk senyum dan kalimat “karena ibu mencintainya.

Setelah suara kegaduhan di ruang tamu berhenti, akhirnya otak kecilku kembali menemukan fungsinya. Ia berhasil menyusun beberapa skenario percakapan yang mungkin terjadi untuk menghadapi penolakan ibu dan setelah memupuk beberapa  keberanian dalam diri, kuputuskan untuk beranjak dari kamar untuk segera menemui ibu. 

Baru setengah langkah aku menginjakan kaki di ruang tamu, atmosfer ruangan itu terasa sangat berbanding terbalik dengan kamarku. Jantungku langsung merespon perubahan yang amat drastis itu. 

Ia melompat-lompat seolah ingin segera keluar dari dadaku dan menerjang orang itu. Ya! Orang itu.. orang itu pasti pelakunya! Jantungku semakin menjadi dengan detakannya, tapi bukan lagi darah yang mengalir di tubuhku, melainkan rasa marah, sedih, kecewa, putus asa, semuanya seolah membanjiri pembuluh darahku saat itu. 

Harapanku pupus, dan benar-benar mampus sore itu. Senja tak lagi jingga yang merona, ia menjelma hitam yang kosong, kelam. 

Senin, 11 November 2030 diperingati sebagai hari pahlawan Nasional oleh bangsa Indonesia, dan menjadi hari paling kelam yang pernah terjadi dalam hidupku. 

Aku selalu berharap entah bagaimana caranya dan siapapun oranganya, tolong hapus satu hari itu saja dalam kenyataan yang pernah terjadi di muka bumi. Kejadian itu memang sudah berlalu, sudah delapan tahun lamanya, tapi masih terpampang jelas di kepalaku.

.....

Di rumah yang sama, di malam yang sama, di tempat ternyamanku, kambing itu masih bergeming dengan buku yang tengah dibacanya. Sepertinya ia tak menyadari kedatanganku. Apa itu yang orang-orang sebut sebagai menghayati? Atau barangkali dia tau, tak ada gunanya juga menghiraukan keberadaan payah sepertiku. 

Tapi aneh, apa gunanya untuk seekor kambing membaca buku? Agar lulus ujian seleksi masuk perguruan tinggi favorit? Lagi pula, sejak kapan kambing jadi makhluk nokturnal? Malam sudah larut sejak tadi, sudah hampir berganti hari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun