Mohon tunggu...
Abdulah Mazid
Abdulah Mazid Mohon Tunggu... Mahasiswa - Masyarakat

Hai! Saya Abdul; orang biasa yang terkadang suka membaca, menulis, memancing dan tidur.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kambing & Seonggok Kenang

19 Juni 2022   18:53 Diperbarui: 19 Juni 2022   18:57 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari mulai Topeng Panji yang menggambarkan kesucian bayi yang baru lahir. Motif topengnya polos dan berwarna putih bersih, hanya terdiri dari mata, hidung, dan mulut tanpa guratan apa pun seolah menggambarkan betapa manusia dilahirkan ke dunia dalam keadaan bersih dan suci. 

Hingga Topeng Kelana sebagai penggambaran fase terakhir kehidupan manusia. Topeng Kelana didominasi warna merah dengan kumis tebal serta tatapan mata yang tajam. Kata Kakek, sebagian orang memaknai topeng ini sebagai simbol angkara murka dan kerakusan manusia. 

Namun, ada pula yang menginterpretasikannya sebagai bentuk aktualisasi diri yang sempurna. Sepertinya Ibu sengaja mencoba membawa secuil-kecil Cirebon ke rumah ini. 

Tapi walau bagaimanapun Jakarta tetaplah Jakarta, lain daripada Cirebonku. Kususun sedemikian rupa ketiga topeng yang kubawa dari loteng itu untuk menutupi bagian tembok kamarku yang terkelupas. Sebetulnya aku juga menjupai dua topeng yang lainnya, samba dan tumenggung, hanya saja kondisinya sudah tidak layak untuk dijadikan hiasan dinding, sebagian besar catnya sudah terkelupas.

Sekarang di sinilah aku berada, di kamarku dan masih dengan rasa penasaran yang sama menggebunya untuk membaca buku catatan ibu yang sebelum kutingggalkan tadi, kutaruh di atas meja di samping jendela. 

Untuk meredam rasa kesalku setelah mendengarkan ocehan ikan-ikan sialan tadi, kuputuskan untuk melihat sedikit lebih dalam isi buku catatan milik ibu, dan ketika  ku buka buku itu tepat terbuka di halaman yang tertuang semacam curhatan seseorang penikmat nasi lengko.

...

Kau Nasi Lengko?

Kecap kehilangan pekatnya saat kunikmati ia di sampingmu
Potongan timun menjelma potongan keju
Bawang goreng, toge, tahu, tempe
Hilang rasa
Hilang rupa

Di jalan perjuangan, di tempat biasa
Dengan nasi lengko yang biasa, dan segelas teh hangat biasa
Satu-satunya yang tak biasa hanya yang tengah duduk di sampingku,
Menu kesukaanku
 
Lentik matanya, lekuk bibirnya, hitam rambutnya
Manis tuturnya, renyah tawanya, baik hatinya
Aah.. Benar benar cita rasa yang sempurna
 
Kalau kau nasi lengko
akanku pesan untuk setiap pagi,
Setiap awal hari.

Cirebon, November 2021

...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun