"Sudah sudah. Sebenarnya kalian ngapain sih, cepet beri tahu Bapak?", tanya Pak Sudra tidak sabar.
"Yaa Bapak sudah bener tadi, kami buang air Pak. Kencing sama berak," jawab Paria usil.
"Sampai 40 menit-an gitu di dalem jamban? Aneh ya kalian," jawab Pak Sudra  Â
Paria dan Dalit pun memutuskan untuk menjelaskan semuanya, tetap dengan karakter mereka yang ceria dan ekspresif, namun sedikit usil.
"Jadi Pak, kita itu buang air sungguhan. Bapak bisa lihat sendiri tempat berteduh ini, cuma ada dapur sama ruang utama ini. Makanya kita sewa punya Bapak," jelas Paria.
Paria segera melanjutkan, "Yang wajar-wajar saja Pak, kita buang air besar 2-3 kali sehari, buang air kecil 4-7 kali sehari. Selagi buang air dan beberapa waktu setelahnya, kita pake ngobrol bareng deh."
"Ngobrol?", tanya pria pemilik jamban itu lagi.
"Kita ngobrol apapun Pak. Tapi akhir-akhir ini sih, lebih sering bahas ide buat buka usaha kecil-kecilan. Sama lagi ngebantu nih Si Dalit, buat daftar beasiswanya . Kita capek hidup serba tidak kecukupan kayak gini, Pak. Pekerjaanku yang sekarang saja masih belum cukup," jelas Paria lebih detail.
Tanda-tanya di dalam pikiran Pak Sudra masih belum tuntas. Ada beberapa hal ganjal yang mendekam dan perlu diperjelas lagi oleh mereka.
Pak Sudra pun meneruskan, "Tunggu. Kenapa harus di jamban? Nggak ada tempat lain apa yang lebih nyaman buat membahas masalah-masalah kalian? Maksud Bapak, jadi selepas kalian buang air ya langsung keluar. Kuat kalian mencium aroma busuk di dalam sana?"
"Entah Pak, pikiran-pikiran kita rasanya lebih mengalir gitu pas di sana, apalagi saat buang air. Inspirasi dan ide yang tak terduga tiba-tiba keluar begitu saja tanpa harus dipikir keras. Kita juga bawa catatan kecil kok, buat nulis ide-idenya. Yah, supaya nggak lupa aja," ujar Dalit sambil bercanda menjelaskan pengalamannya selama ini.