Kalau diperhatikan, anehnya lagi, wajib hukumnya bagi mereka menggunakan dua kamar jamban yang saling berdempetan. Tidak pernah diantara mereka menyisakan kamar di tengah. Karena kamar jamban berjejer tiga, salah satu di antara Paria atau Dalit pasti mengisi jamban yang tengah. Untuk sisanya, terserah.Â
Mereka bisa menghabiskan waktu yang tidak wajar di dalam sana, sekitar 20-40 menit. Buang air kecil ditambah buang air besar yang normal saja, paling selama-lamanya ya 10 menit. Â
Dengan segala kanehan tersebut, Pak Sudra sempat dibikin penasaran sejadi-jadinya.Â
Sampai pada satu puncak kegusaran, dia memutuskan menarik kata-katanya, untuk tidak 'bodo amat' lagi dan segera mencari tahu apa yang sebetulnya mereka kerjakan selama ini. Dia bahkan tidak takut lagi dipanggil dengan definisinya sendiri sebagai 'orang gila'.Â
Harinya tiba. Kunjungan ini tepat menjadi yang ke-7 atau yang terakhir dari kedua bocah itu. Dilengkapi dengan ributnya klakson motor dan mesin kendaraan umum yang berlalu-lalang melintas, suara hempasan pintu terdengar dari kedua bocah itu, yang diketahui sudah berlari dari kejauhan. Seperti biasa, mereka datang dengan raut muka yang riang.
"Dddarrrrrrr," hempas keras dari kedua bocah tersebut menutup pintu jamban.
Pak Sudra sudah berada pada posisinya sedari tadi, tetap berlagak santai, dan mencoba menyapa mereka sewajarnya yang dia lakukan sehari-hari.
Pak Sudra basa-basi, menyapa mereka yang sudah di dalam jamban, "Hey kalian, ini yang terakhir ya?"
"Iya Pak," Dalit menyahut dengan suara yang jelas.
Paria pun teriak bertanya dari dalam jamban, "Emang kenapa Pak?"
"Nggak ada, nanya-nanya doang, kayak biasanya," jawab Pak Sudra berpura-pura.