Mohon tunggu...
Abby Crisma
Abby Crisma Mohon Tunggu... Lainnya - Hamba Allah Biasa | Anak'e Ibu | Citizens

Simply, writing for relaxing.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Merayakan Buang Air

17 Januari 2023   14:15 Diperbarui: 12 Februari 2023   14:27 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia membiarkan kedua bocah untuk beberapa saat, sebelum melancarkan aksinya. Pak Sudra berencana akan 'menguping' ke arah jamban mereka berdua demi membuktikan, sebetulnya apa yang membuat mereka betah dan berlama di lokasi kotor semacam itu.

Momen yang tepat tiba, dan aksinya pun dimulai. Pak Sudra maju perlahan, meminimalisir hentakan, dan mulai menguping secara diam-diam. Ternyata itu belum terdengar.

Bising lalu-lintas yang padat merayap mengganggu fokus pendengaran Pak Sudra. Alhasil, dia agak menunduk dan memaksa salah satu telinganya untuk menempel pada tembok penyekat yang memisahkan kedua jamban mereka. 

Sekarang, itu cukup terdengar. Namun sayang, dia tidak mendapati suara air kencing yang memancur. Suara orang mengejan atau cemplungan tahi ke air di closet pun juga tidak terdengar. 

Namun ada sedikit yang Pak Sudra ketahui. Kedua bocah tersebut berdiskusi tentang topik-topik yang tak lazim. Sedangkan, yang berhasil Pak Sudra tangkap dari dialog mereka cuma kata yang terpisah-pisah, bukan kalimat padu dan jelas. Itu pun bahkan terdengar samar-samar. 

Hingar-bingar perkotaan benar-benar mengganggu telinga dia yang satunya.

"Jual.... Bagaimana.... Distribusi.... Mending.... Rugi nanti... Ayolaahh.. Kalau seperti ini... Teorinya kayak apa.... Kalimatnya disusun..... beasiswa...... deadline kapan.... jangan sampe.... hahahaha...... lucu juga........ Aku punya ide," beberapa kata yang berhasil ditangkap dan dimengerti Pak Sudra.

Dari hasil investigasi tersebut, Pak Sudra pun menyimpulkan. Selama ini, mereka berdua membayar jamban umum hanya untuk bercakap saja. Tapi apa asumsi aneh tersebut sudah benar. Belum ada yang bisa dipahami olehnya sejauh ini. Makin kesini, yang ada malah semakin aneh.

Belum hilang rasa penasaran, Pak Sudra pun menghentikan aksi menguping dan menunggu mereka kelar. Dia memiliki rencana lanjutan, untuk membuntuti lalu memergoki mereka. Akan menuju kemana mereka usai dari jamban.

Setelah cukup lama, pintu jamban terbuka lagi. Kedua bocah membayar dulu seperti biasanya, dan pergi meninggalkan. Pak Sudra mulai mengikuti mereka diam-diam. Ia belum bisa membayangkan, entah seperti apa jawaban dibalik ketidak logisan ini semua.

Tiba lah di kawasan pinggiran kota yang tampak semakin padat, namun tidak terlalu ramai dan bising. Area tersebut didominasi pemukiman kumuh dan liar, serta beberapa rusun tua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun