“Dan kalian harus membuat Ical dan juga Rimba bersitegang.Kita obrak abrik mereka dari dalam” Tito dengan senyum mengerikannya.
Dengan berpakaian ala pengusaha besar.Jas berdasi dan sepatu yang disemir serta topi vedora made in Italia yang terkenal mahal kini Mahesa dengan 20 anak buahnya mendatangi markas Rimba.Disebuah gedung yang jauh dari perkotaan terletak ditengah-tengah hutan mereka sepakat mengadakan pertemuan.
Mahesa dengan segala perlengkapan tempurnya sudah siap.Pistol dan pisau belati yang disimpan di koas kaki.Dua geng besar itupun bertemu…
Tampaknya negosiasi akan berjalan mulus.Pikir Rimba.
“Berapa biji yang kalian akan beli? Kami punya stok banyak.” Kata Rimba.Biji bisa diartikan pistol.Sebuah istilah dalam jualbeli penyamaran nama.
“Haha..kami akan beli semua perlengkapan senjata kalian.Untukitu dengan sangat terpaksa kalian akan aku musnahkan” Balas Mahesa
Rimba kaget mendengar ucapan itu,negosiasi tak berjalan mulus.Pertarunganpun sudah tak bisa dielakan.Rimba cs bertarung melawan Mahesa cs.
Bunuh membunuh dan saling serang mewarnai tempat itu,Rimba yang membawa sedikit orang tak bisa menahan gempuran dari Mahesa.Beberapa kali ia mencoba mengelak tembakan pistol.Kondisi itupun dimenangkan Mahesa cs.Rimba ditangkap dan sesuai strategi ia meninggalkan secarik kertas yang berisi bahwa ladang senjata telah dikuasai Ical.
“Salam untuk Bram.Hari ini kita resmi menjadi musuh.Ladang senjata telah aku kuasai dan sebentar lagi kamu akan aku hancurkan.Salam darah dari Ical.” Tulisan dari darah ini ditaruh diatas mobilnya Rimba yang mereka tinggalkan disana.
Di Bali…
Bram sedang asyik berpesta dengan gadis-gadis bali bersama Don Marko dan tito.Ditengah pesta itu Tito berbincang-bincang dengan mereka tentang upaya membelotnya Ical.