Mengukur daya tarik pasar untuk pasar yang bersifat permanen (buka setiap hari), dapat didasarkan atas luas pasar (m2) ataupun jumlah pedagang yang berjualan di pasar. Akan tetapi, ada juga pasar berupa pasar yang hanya buka seminggu sekali atau lebih sering tetapi tidak setiap hari. Dari sudut hari operasi, bobot untuk pekan harus dibagi tujuh. Akan tetapi, karena kegiatan pedagang dipekan cukup intensif maka bisa saja bobotnya ditetapkan misalnya 30% dari pasar permanen. Misalnya, apabila jumlah pedagang dipekan ada 100 pedagang  maka diasumsikan sama dengan 30 pedagang untuk pasar permanen. Sama seperti jumlah penduduk maka banyaknya pedagang dimasing-masing kota diurutkan dari yang terbanyak hingga yang terkecil dan dibagi dalam kelas. Jumlah kelas sama seperti dalam analisis penduduk.
2. Pertokoan
Sama seperti pasar maka daya tarik pertokoan dapat didasarkan dapat didasarkan atas luas pertokoan ataupun jumlah toko. Sama seperti jumlah penduduk maka banyakya penduduk dimasing-masing kota diurutkan dari yang terbanyak hingga yang terkecil dan dibagi kedalam kelas. Jumlah kelas sama seperti dalam analisis penduduk.
3. Fasilitas Pendidikan
Fasilitas pendidikan sangat beragam. Dari sudut jenjang pengajaran maka ada taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD), sekolah lanjut tingkat pertama (SLTP), sekolah lanjut tingkat atas (SLTA), program diploma atau politeknik, dan universitas atau institute dimana ada program S1, S2, S3. Demikian pula, ada sekolah yang berbasis agama dan ada yang berbasis pendidikan umum tetapi penjenjangannya sama sehingga pembobotannya dianggap sama. Diluar itu, ada pendidikan non-formal berupa kursus keterampilan dan pengetahuan khusus (bahasa asing). Mengukur tingkat fasilitas yang tersedia tidak bisa ddasarkan atas unit sekolah atau perguruan tinggi, karena kapasitas atau daya tamping masing-masing unit sekolah atau perguruan tinggi tidak sama dan perbedaannya bisa cukup besar. Dalam hal ini, yang lebih tepat digunakan adalah jumlah bangku sekolah ataupun jumlah murid atau mahasiswa sekolah. Agar jumlah murid dari berbagai jenjang pendidikan dapat dijadikan satu kesatuan ukuran, terpaksa diciptakan satuan alat pengukur, misalnya satuan murid SMA. Setelah itu dilakukan pembobotan atau penilaian misalnya sebagai berikut. 1 murid SMA diberi nilai 1, 1 murid SMP diberi 0,5, 1 murid SD diberi nilai 0,25, 1 murid TK diberi nilai 0,2, 1 murid kursus keterampilan dberi nilai 0,5, 1 murid program diploma D1 diberi nilai 1,5, 1 mahasiswa program D3 diberi nilai 2,5, 1 mahasiswa program S1 diberi nilai 5, 1 mahasiswa program S2 diberi nilai 10, dan 1 mahasiswa program mahasiswa diberi nilai 25. Pembobotan atau pemberian nilai diatas hanyalah sebagai contoh, pembobotan yang sebenarnya dapat dilakukan berdasarkan kondisi wilayah masing-masing. Sama seperti dalam metode jumlah penduduk maka kota diurutkan berdasarkan banyaknya satuan murid dimasing-masing kota mulai dari yang terbanyak hingga terkecil dan dibagi kedalam kelas. Jumlah kelas sama seperti dalam analisis jumlah penduduk.
4. Fasilitas Kesehatan
Sama seperti fasilitas pendidikan maka fasilitas kesehatan juga cukup beragam. Ada praktik mantri kesehatan atau bidan, praktik dokter umum, dokter spesialis, puskesmas pembantu, puskesmas tanpa rawat inap, puskesmas dengan rawat inap, rumah sakit tipe C, tipe B, tipe A. selain itu ada rumah sakit khusus misalnya kebidanan, paru, mata dan lain-lain. Kapasitas masing-masing unit fasilitas itu juga berbeda. Namun demikian, agar dapat diperbandingkan maka dibutuhkan satuan alat pengukur. Contoh satuan alat pengukur yang dapat dipergunakan adalah satuan pasien atau satuan tempat tidur. Pembobotan nilai dapat berbeda ditiap wilayah sesuai dengan daya tarik masing-masing fasilitas kesehatan.
2.3 Hierarki Perkotaan
Hierarki perkotaan terkait dengan hierarki fasilitas kepentingan umum yang ada di masing-masing kota. Adanya hierarki tersebut membantu untuk menentukan fasilitas apa yang harus ada atau perlu dibangun di masing-masing kota. Jenis-jenis fasilitas tersebut mungkin harus ada mulai dari kota kecil hingga kota besar, akan tetapi memiliki perbedaan pada kapasitas pelayanan dan kualitasnya. Semakin besar suatu kota, maka semakin beragam fasilitas yang disediakan sehingga wilayah pengaruhnya semakin luas.
Kota/wilayah yang besar memiliki daerah-daerah pinggiran yang banyak tergantung dari kota intinya. Misalnya: dalam memenuhi segala macam kebutuhannya, penduduk yang ada di daerah pinggiran tersebut membeli dan menjual hasil produksinya ke kota besar/kota inti. Demikian juga banyak penduduk dari daerah pinggiran yang mencari tempat pendidikan di kota inti. Hal ini dapat membedakan kota mana yang lebih tergantung terhadap kota lain sehingga mudah untuk diranking.ditentukan orde kotanya. Kota/wilayah yang memiliki pengaruh besar diberikan ranking satu atau orde satu, dan seterusnya.
Orde perkotaan berfungsi untuk memperkirakan besaran luas wilayah pengaruh dari kota/wilayah tersebut. Pada umumnya, orde perkotaan didasarkan dari jumlah penduduk, jumlah fasilitas kepentingan umum, dan tingkat aksesibilitas kota tersebut terhadap kota lain yang ordenya lebih tinggi dan berdekatan. Adanya orde perkotaan tersebut berguna dalam perencanaan penyediaan fasilitas pelayanan kota yang tepat dan efisien. Selain itu, orde perkotaan digunakan sebagai bahan penyusunan program, yaitu menentukan jenis dan besarnya fasilitas yang akan dibangun dalam kota/wilayah tersebut. Secara garis besar orde perkotaan ini membantu memonitoring suatu wilayah/kota apakah ke depannya wilayah/kota tersebut akan mengalami perubahan bentuk dari suatu wilayah/kota, mengalami pertumbuhan lambat atau cepat.