Sutri memandang tamu itu. Seorang pria gagah berambut cepak berdiri menunduk di hadapannya. Pandangan Sutri berkunang-kunang. Ia merasa tubuhnya tiba-tiba tak bertenaga. Ia jatuh terlentang di atas lantai keramik. Pingsan. Sesaat hening. Kemudian, seisi rumah heboh. Semua terbangun. Tetapi, si Tamu masih terdiam terpaku memandanginya.
“Indar? Kenapa, nak?” Tanya Pak Yanto. Kebingungan.
Sita, anak Sutri, keluar dari kamar.
“Bu…,” bocah itu menangis, memanggil-manggil ibunya....***
Pekanbaru, September 2006
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!