Masa muda adalah masa yang singkat. Masa muda tak lama. Masa muda hanya beberapa tahun saja. Maka dari itu masa muda harus digunakan sebaik mungkin.
Isilah masa muda dengan kegiatan positif. Isi masa muda dengan kegiatan yang dapat memberi manfaat kepada diri sendiri maupun kepada orang lain.
Hindari aktivitas yang tak bernilai. Hindari aktivitas yang justeru membuat anda menanggung kerugian. Hindari masa muda untuk membuang-buang waktu. Terlebih hindari masa muda untuk melakukan hal negatif.
Masa muda tak akan dapat kembali lagi. Jika masa tua telah dipelupuk maka tak mungkin bisa kembali belia. Tak ada lagi kesempatan untuk mengulang sejarah untuk memperbaiki diri. Karenanya, tak ada kata lain selain gunakan masa muda semaksimal mungkin.
Setiap detik dimasa muda harus dimanfaatkan. Inilah menjadi prinsip generasi muda Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII). Anak muda LDII menggunakan masa muda untuk mencari ilmu Quran dan Hadis. Tak terkecuali dihari libur sekalipun.
Pada umumnya, kebanyakan anak muda menggunakan hari minggunya untuk bersantai ria. Datang ke tempat wisata semisal pantai atau pegunungan.
Kebiasaan anak muda di hari minggu ini ialah pacaran, bermain musik, berfacebook ria. Santai sambil ngorol ngalor ngidul tanpa ujung pangkal. Intinya kebanyakan anak muda hanya ingin bersenang-senang.
Prinsipnya anak muda pada umumnya ialah masa muda adalah masa untuk bersenang-senang. Bahkan, masa muda untuk berbuat maksiat. Tak ada waktu untuk ibadah. Ibadah hanya milik orang yang tua renta.
Nantilah saat usia tak muda lagi baru mau insaf. Nantilah saat usia senja datang ilmu agama dicari, rajin ke masjid dan hindari maksiat.
Pertanyaannya ialah bagaimana jika saat muda tiba-tiba kematian datang menjemput? Bagaimana nasib anak muda yang saat masih mudanya Allah mengambil nyawanya. Berarti tak ada kesempatan untuk bertaubat.
Tapi, beda dengan kebiasaan pemuda LDII. Mereka justeru diajak menghabiskan masa mudanya untuk belajar agama, memperbaik akhlak dan belajar kemandirian.
Generasi muda binaan LDII diajak untuk mengaji quran, hadis dan mendengarkan pencerahan agama. Suatu kebiasaan yang tak umum. Suatu kebiasaan yang jarang dilakuan oleh anak muda dizaman ini.
Pemuda dan pemudi LDII dinasehati untuk menjaga pergaulan. Jangankan berpacaran, berpengangan tangan saja mereka hindari. Mereka telah diwanti-wanti untuk tidak berdua-duaan, pacaran apalagi bergaul bebas. Inilah penyebab mengapa generasi muda LDII betul-betul terjaga dari pergaulan bebas tanpa batas.
Jika kita melihat realita saat ini maka timbul rasa prihatin. Bayangkan saja, remaja yang barusia SMP saja malu jika tak punya gebetan. Mereka tak malu dan tak merasa berdosa berpegangan tangan hingga lebih dari itu.
Mereka melakukan perbuatan hina itu bahkan dipinggir jalan. Mereka berbuat semaunya. Tak ada lagi norma agama dan kesusilaan yang diindahkan. Ini semua karena kurangnya pembinaan kepada generasi kita.
Beda halnya dengan pemuda LDII yang betul-betul diarahkan untuk menjaga diri. Wanita LDII berpakaian yang menutupi aurat. Mereka berjilbab rapi sesuai syariat. Mereka tak berpakian yang ketat. Wanita menggunakan rok yang longgar. Mereka menjaga dari pergaulan bebas antara laki dan perempuan.
Ditambah lagi, pemuda LDII selalu disibukkan oleh pengajian remaja. Buktinya pada hari Minggu pagi (6/10/2013) anak muda LDII berdatangan ke Masjid Al-Furqon, Jl. Hertasning, Kec. Panakkukang, Makassar.
Masjid Al-Furqon terleletak bersebelahan dengan menara sutet milik PLN. Mereka berkumpul di masjid yang letaknya tak jauh dari Kantor PLN Wilayah Sulselbatara itu untuk mencari ilmu agama.
Di Masjid Al-Furqon pemuda LDII mendapat ‘suntikan tegangan tinggi’ ilmu Quran dan Hadis. Mereka tampak antusias dalam pengajian kali itu.
Peserta yang menghadiri forum pengajian tak hanya berasal dari Kota Makassar. Bahkan, dari Gowa dan Takalar juga hadir. Jarak yang jauh tak menghalangi mereka untuk membentengi diri dari pengaruh negatif yang semakin menjadi-jadi.
Peserta pengajian pun berlatar belakang usia yang beragam. Mulai dari usia SMP, SMA, Perguruan Tinggi hingga pemuda yang sudah bekerja. Mereka duduk lesehan di lantai masjid. Tak ada rasa canggung. Tak ada rasa malu.
Di dalam forum pengajian yang dibina oleh LDII, materi yang dipelajari ialah Quran dan Hadis. Peserta pengajian diajak untuk membuka quran dan hadis secara langsung.
Saat guru menyampaikan ayat peserta pengajian mendengarkan bacaan dan tafsir quran dan hadis yang dijelaskan oleh ustadz. Metode yang dipakai ialah metode mangqul, musnad dan mutassil.
Pengajian dimulai pukul 09.30 pagi. Dalam pengajian kali ini, yang pertama kali membawa materi ialah Ust. Asrul Sani. Ia menjelaskan kandungan Surah Annisa (4) ayat 15.
Ayat Alquran tersebut menjelaskan tentang persaksian bagi wanita yang berzina. Seseorang yang berzina yang telah mendapat persaksian dari 4 orang maka hukum cambuk atau ranjam telah berlaku baginya.
Pemateri kedua ialah Ust. Ilmaddin. Ia menyampaikan materi tentang penjagaan diri dari pelanggaran zina. Perlu ada upaya penjagaan diri dari perzinaan.
Ilmaddin menyampaikan bahwa orang yang berzina itu tak serta merta bertemu lalu berzina. Tetapi, diawali oleh dosa-dosa yang sepele semisal ber-sms, telepon, facebook, twitter dan sebangsanya antara laki dan perempuan yang bukan mahrom.
Didahului dari ajang perkenalan, pertemuaan, pacaran hingga terjadilan persetubuhan yang harom. Hal ini sungguh berbahaya. Maka Ilmaddin menyampaikan agar generasi muda menghindari dosa-dosa tersebut.
Ilmaddin mengingatkan hukuman bagi orang yang berzina. Di dalam Surah Annur (24) ayat 2, Allah telah menjelaskan hukuman bagi orang yang berzina. Jika ada pria dan wanita yang masih bujang kemudian berzina maka kedua pasangan itu harus dicambuk hingga 100 kali.
Jika ada pasangan yang telah menikah sebelumnya maka harus ditanam setengah badan lalu dilempari batu hingga meninggal dunia. Ini adalah hukuman asli pezina
Tetapi, pada kenyataannya hukuman itu tak bisa dilaksanakan di Indonesia. Sebab, Indonesia bukanlah negara islam. Inilah bahayanya. Lalu, apakah dosa pezina akan diampuni jika tak menjalani hukuman itu?
Yang terjadi ditengah masyarakat ialah banyak anak muda yang berzina. Tak terkecuali orang tua yang berselingkuh. Mirisnya malah banyak pasangan mesum yang dinikahkan. Ini kan jelas perbuatan dosa besar.
Jika pasangan zina dinikahkan secara sah maka selama mereka melakukan hubungan suami isteri sama halnya mereka berzina. Inilah hukum yang perlu disampaikan kepada masyarakat Indonesia.
Pemateri ketiga yang menjadi pembicara ialah Muh. Furqon Nur, S.Kep. Ia menyampaikan arahan dan bimbingan teknik kepada generasi muda LDII.
Pemateri terakhir ialah Abd. Rochim, SE selaku pembina LDII Makassar. Beliau mengarahkan anak muda untuk bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah Allah berikan. Beliau juga mengajak generasi muda untuk menjauhi dosa.
Ada beberapa hal unik yang terjadi disaat pengajian kali ini. Pertama, wanita-wanita yang sedang menstruasi pun tak mau ketinggalan. Mereka bersemangat untuk mendatangi pengajian. Mereka duduk di luar masjid sambil mendengarkan materi.
Secara dalil bahwa wanita yang sedang menstruasi tak boleh membaca Quran dan masuk ke dalam masjid. Ini adalah bukti kesemangatan pemuda LDII dalam berbuat baik. Halangan tak menjadi alasan tak berbuat baik.
Kedua, banyak anak muda yang sebenarnya memiliki tugas sekolah dan kampus. Tetapi, mereka rela meluangkan waktu untuk datang ke masjid. Mereka yakin akan pertolongan dan kemudahan yang Allah akan berikan jika mereka mendahulukan urusan agama. Prinsip mereka sama seperti orang yang membeli sapi. Jika membeli sapi maka pasti talinya akan didapat.
Tetapi, jika membeli tali maka mustahil sapi akan didapat. Begitupula gambaran orang yang mendahulukan urusan ibadah maka dunianya pasti akan ikut. Sebaliknya, orang yang hanya mengejar uang atau materi maka belum tentu ia akan mendapat apa yang ia cita-citakan itu.
Ketiga, pengajian LDII free. Tanpa biaya. Tak dipungut uang satu rupiah pun. LDII betul-betul menjaga urusan agama. Urusan agama tak boleh dipolitisasi untuk mendapatkan materi. Tak boleh ada tendensi untuk mengeruk keuntungan dari ayat yang disampaikan.
Keempat, peserta pengajian diajak untuk menjadi orang yang dermawan. Ada peristiwa yang unik tejadi saat pengajian berlangsung. Saat itu Muh. Furqon, S.Kep selaku pemateri bertanya kepada peserta pengajian.
“Di dalam masjid ini siapa yang sudah bekerja?”
Beberapa orang tampak mengangkat tanggannya.
“Saya minta anda yang sudah bekerja silahkan buka dompat lalu infakkan uang anda sebanyak Rp.30.000”.
Furqon lalu memberi instruksi selanjutnya.
“Di sini siapa yang masih sekolah atau kuliah?”
Tampak yang mengangkat tangan jumlahnya lebih banyak dari pada yang sudah bekerja.
“Saya minta anda mengeluarkan uang infak yang tengah-tengah. Misalnya anda punya uang pecahan Rp.10 ribu, 5 ribu dan 2 ribu maka saya minta anda infak sebesar Rp.5 ribu.”
Wal hasil jumlah infak yang terkumpul saat itu ialah 1,7 juta rupiah lebih. Angka yang fantastis. Dengan jumlah peserta pengajian sebanyak 230 orang lebih. Jadi, jika dirata-ratakan maka setiap orang memberi infak sebanyak Rp.7 ribu rupiah.
Motivasi yang seperti ini perlu terus dikembangkan. Sebab ditengah masyarakat masih banyak orang yang pelit untuk mengeluarkan uangnya dalam urusan agama. Banyak orang yang sebenarnya punya harta namun enggan diminta uangnya untuk pembangunan sarana ibadah.
Akhirnya, saat ada pembangunan masjid maka kebanyakan panitia pembangunan meminta sumbangan dengan cara berdiri di tengah jalan. Ini tentu berbahaya bagi keselamatan. Alih-alin ingin membangun masjd tetapi justeru nyawa jadi taruhan.
Nah, dengan ajakan seperti ini semoga generasi muda menjadi orang yang dermawan. Sejak muda mereka dibina untuk menjadi orang yang suka memberi bantuan. Tidak pelit untuk mengeluarkan uang dalam pembangunan masjid dan sarana ibadah. Kebiasaan ini patut ditiru.
Pengajian berakhir pada pukul 11.45. Setelah mengaji mereka menunggu adzan dzuhur dikumandangkan. Setelah itu qomat, mereka sholat dzuhur berjamaah. Setelah sholat dzuhur barulah mereka meninggalkan Masjid Al-Furqon.
Usai sholat dzuhur, beberapa pemuda dan pemudi tampak masih duduk di dalam masjid. Mereka adalah pengurus harian pemuda. Mereka berkumpul untuk mengadakan musyawarah. Mereka membahas ketertiban pengajian, absensi, masalah teknis lain yang perlu dibahas.
Inilah secuil gambaran kesibukan pemuda LDII. Di samping mengikuti pengajian generasi muda tingkat Dewan Pimpinan Daerah (DPD), anak muda LDII masih memiliki segudang kesibukan lain.
Mereka mengikuti pengajian pemuda tingkat Pimpinan Anak Cabang (PAC) yang frekuensinya 2 kali seminggu. Pengajian pemuda tingkat Pimpinan Cabang (PC) yang dilaksanakan 2 kali sebulan.
Ditambah lagi pemuda LDII juga berkewajiban mengikuti pengajian umum yang dilaksanakan seminggu 2x ditingkat PAC. Pengajian umum tingkat PC yang dilaksanakan 1x sebulan. Dan pengajian umum tingkat DPD kabupaten kota 1x sebulan.
Tak hanya tingkat regional Makassar, diseluruh Indonesia dan bahkan dunia LDII giat membina anak muda. Agar mereka tak terjerumus kedalam jurang dosa dan foya-foya.
LDII memegang kuat prinsip:
Kecil dibina, muda berkarya, tua bersahaja dan mati masuk surga.
LDII menolak:
Kecil dimanja, muda foya-foya, tua kaya raya dan mati masuk surga.
Bersediakah pembaca membantu LDII dalam pembinaan generasi muda? Penulis yakin, setelah membaca tulisan ini kompasianer ingin tahu bagaimana keadaan pengajian LDII.
Silakan Anda datang ke tempat pengajian LDII terdekat dari tempat Anda. Lalu, hubungi pengurus LDII. Sampaikan keinginan Anda untuk ikut pengajian.
Makassar, Minggu 06/10/2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H