terduduk disebuah cafee
aku sendiri..
menikmati segelas kopi cocholate panas,
kusesapi wanginya..
begitu menggairahkan,
saat meneguk kopi, aku mulai bermain dengan otakku sendiri,
menyaksikkan diriku sendiri,
bagai wanita kesepian diserial tv kebanyakan,
dengan fisik cantik,
cantik yang benar benar cantik dimata relativ
tapi seperti cantik kebanyakan,
cantik tak akan membuatmu banyak teman..
gadis cantik yang kesepian
hem.. senyumku terkembang membayangkannya,
gadis cantik dengan hidup sempurna sudah tak ada lagi dalam cerita
hari ini matahari sedang terik,
cocok sekali untuk berimajinasi
***
aku lihat, tubuhku duduk dipojokan ruangan cafee, menikmati alunan classical piano
dengan penuh hikmat aku menikmati aroma kopi, tak lama kemudian seseorang datang,
laki laki, bak pangeran
disebut pangeran karena dia tampan, sesuai denganku yang cantik,
"hey cantik" kudengar dia menyapaku, aku tahu kecantikkanku tak kan terelakkan, dan agar aku tetap terlihat cantik, aku hanya membalasnya hanya dengan senyuman
"sendirian?"
"boleh aku duduk disini?" dia bertanya sembari menggeser kursi dimejaku, oh ya.. itu adalah pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban dari wanita cantik, aku harus waspada, dan sekali lagi demi tetap terlihat cantik, aku hanya tersenyum dan sedikit mengangguk, tanda mempersilahkannya duduk
"kamu sudah pesan?"
"mau makan?"
seperti laki laki kebanyakan, banyak pertanyaan hanya demi sebuah basa basi
lagi, aku hanya mengayunkan gelasku dengan senyuman sipit diujung bibirku
"hanya kopi?, baiklah biar aku yang pesan"
aku seperti digelitik, dia mungkin mengerti bahwa dimuka bumi ini semua gadis cantik, harus selalu menjaga bentuk tubuh, agar tetap langsing dan cantik tentunya
*
"hari ini kou tampak baik baik saja" katamu tiba tiba
mataku yang bulat menatapmu penuh selidik, beraninya kou bertanya demikian,
"aku tahu, aku tampak baik,
baik - baik saja" timpalku
"apa yang sudah kulewatkan?, cutek hitam, turtle neck hitam, kou terlihat lebih ceria dari warna hitam hari ini", katamu sambil mengunyah rips yang baru saja datang dibawa oleh pelayan,
aku hanya mengembangkan senyumku
"setelah selesai makan, kou mau nonton denganku?"
aku menggeleng ringan dan tetap tersenyum
"atau, kita lanjutkan mengobrol disebuah cafee mungkin?"
"hem, apa kou lupa?" selaku tiba tiba
"apa?" kou bertanya padaku tanpa mendongak kearahku, dasar laki laki, sibuk mengunyah tapi masih saja banyak bicara
"kita sedang mengobrol,
dan sedang duduk disebuah cafee" ungkapku serius
kou mendongak padaku
"oh ya?!" kou tak kalah serius bertanya padaku
"kou sebut tempat ini 'cafee'?!" tambahmu lagi menegaskan
"hem.." jawabku santai
"hanya ada satu meja disudut ruangan, dua kursi dan satu radio usang sebagai pelengkap, kenapa kou sebut ruang makan ini cafee?"
aku terkekeh mendengar petanyaanmu,
aku tahu, tak semua pria tampan itu pintar,
tapi dia tipeku, tampan dan tidak pintar
"karena setiap hari, yang aku seduh hanya kopi.."
"oh?! bagaimana mungkin?!"
"mungkin saja, ini kan imajinasi"
keningmu makin berkerut "oh ya?! lalu aku? aku begitu nyata dihadapanmu" pekikmu tertahan
"ya, kamu juga, salah satunya.."
jawabku tanpa menatapmu
"aku imajinasimu?!" kou melotot tak percaya
HAHAHAHAHAHAHAHAHA...
tawaku meledak memenuhi ruang makan rumahku saat melihat matamu hampir saja lompat dari tempatnya,
kou memuai keudara,
seperti kepulan uap kopi yang terhisap hidungku,
bye tampan,
gadis cantik berhak menolak, sekalipun kou tampan..
aku masih cantik,
bahkan menjadi yang tercantik
karena hanya ada aku,
diruang makan rumahku
***
kuteguk lagi kopiku untuk terakhir kali,
siang ini,
matahari berada tepat diatas kepalaku
aku berhalusinasi..
ah, senangnya berimajinasi tentang halusinasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H