"Prancis sangat munafik menyatakan diri sebagai negara kebebasan dan kesetaraan, negara penegak hak asasi manusia, tetapi pada saat yang sama mereka melarang umat Muslim menunjukkan identitas jilbabnya saat berolahraga," keluh Konate.
Salimata Sylla sudah tiga tahun bermain basket sembari berhijab. Atas prestasi dan kepribadiannya, pada Januari 2023 ia didaulat menjadi kapten tim Aubervilliers. Sesaat sebelum masuk ke lapangan sebagai kapten, pelatih membisikkan sesuatu.
Sylla dilarang wasit masuk ke lapangan, kecuali ia melepas hijabnya. "Melepaskan jilbab bukanlah pilihan. Ini identitas saya selaku seorang Muslim. Negara mempermalukan saya di hadapan umum," papar Sylla.
Ternyata semboyan kebebasan, kesetaraan, dan kebersaudaraan di Prancis tidak lebih dari tong kosong yang nyaring bunyinya. Aksioma belaka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H