Undang-undang itu mengizinkan penangkapan siapa pun yang "melalui perilaku, kontak, kata-kata atau tulisan mereka menunjukkan diri sebagai pendukung tirani, atau federalisme, atau musuh kebebasan".
Dengan undang-undang itulah Robespierre menyingkirkan calon kontra-revolusioner dan pengkhianat. Robespierre, dalam Selected Writings and Speeches of Maximilien Robespierre (terj. Mitch Abidor, hlm. 21), mengatakan bahwa "teror tanpa kebajikan adalah fatal, sementara kebajikan tanpa teror tidak berdaya."
Jalan yang ditempuh Jakobin untuk menegakkan demokrasi di Prancis berupa "teror radikal" atas nama negara. Teror radikal itu dilakukan terhadap rakyatnya sendiri. Paris, yang disangka "kota romantik", tiada lain adalah kota yang berlumur darah.
Begitulah sejarah mencatat bagaimana kesetaraan, keadilan, dan kebebasan yang gaung dan gelegarnya amat kencang saat Revolusi Prancis ternyata sebatas aksioma. Beda pendapat bisa membuat nyawa melayang.
/4/
Prancis menyerukan peninggian martabat manusia dengan kebebasan, kesetaraan, dan kebersaudaraan. Bule Inggris menyebutnya liberty, equality, fraternity, sedangkan bulai Prancis menyebutnya liberte, egalite, fraternite.Â
Pada waktu yang sama, Prancis melakukan segresi terang-terangan, rasialisme sadis, dan diskriminasi terhadap warganya sendiri. Tidak ada alasan lagi Olimpiade Paris 2024 dipandang sebagai pesta olahraga yang terbuka, adil, dan demokratis.
Diaba Konate mesti mengubur mimpinya untuk meraih medali emas bola basket 3x3, sebab larangan berjilbab berlaku pula bagi atlet bola basket. Pada Olimpiade Buenos Aires 2018, Konate meraih medali perak untuk kontingan Prancis.
"Prancis sangat munafik menyatakan diri sebagai negara kebebasan dan kesetaraan, negara penegak hak asasi manusia, tetapi pada saat yang sama mereka melarang umat Muslim menunjukkan identitas jilbabnya saat berolahraga," keluh Konate.
Salimata Sylla sudah tiga tahun bermain basket sembari berhijab. Atas prestasi dan kepribadiannya, pada Januari 2023 ia didaulat menjadi kapten tim Aubervilliers. Sesaat sebelum masuk ke lapangan sebagai kapten, pelatih membisikkan sesuatu.
Sylla dilarang wasit masuk ke lapangan, kecuali ia melepas hijabnya. "Melepaskan jilbab bukanlah pilihan. Ini identitas saya selaku seorang Muslim. Negara mempermalukan saya di hadapan umum," papar Sylla.
Ternyata semboyan kebebasan, kesetaraan, dan kebersaudaraan di Prancis tidak lebih dari tong kosong yang nyaring bunyinya. Aksioma belaka.