Komite Keamanan Publik menyelenggarakan keamanan dan ketertiban negara dengan sifat kuasi-diktator. Komite itu didominasi oleh Maximilien Robespierre (1758--1794). Ia pemimpin idealis Jakobin yang masyhur sebagai pemimpin tanpa kompromi.
Pada 2 Juni 1793, faksi politik moderat Girondin tersingkir dari Konvensi Nasional, majelis legislatif Republik Prancis. Kemudian pada 17 September, seperti dibabar oleh William Doyle dalam The Oxford History of the French Revolution (2018: 251), Undang-Undang Tersangka diberlakukan.
Undang-undang itu mengizinkan penangkapan siapa pun yang "melalui perilaku, kontak, kata-kata atau tulisan mereka menunjukkan diri sebagai pendukung tirani, atau federalisme, atau musuh kebebasan".
Dengan undang-undang itulah Robespierre menyingkirkan calon kontra-revolusioner dan pengkhianat. Robespierre, dalam Selected Writings and Speeches of Maximilien Robespierre (terj. Mitch Abidor, hlm. 21), mengatakan bahwa "teror tanpa kebajikan adalah fatal, sementara kebajikan tanpa teror tidak berdaya."
Jalan yang ditempuh Jakobin untuk menegakkan demokrasi di Prancis berupa "teror radikal" atas nama negara. Teror radikal itu dilakukan terhadap rakyatnya sendiri. Paris, yang disangka "kota romantik", tiada lain adalah kota yang berlumur darah.
Begitulah sejarah mencatat bagaimana kesetaraan, keadilan, dan kebebasan yang gaung dan gelegarnya amat kencang saat Revolusi Prancis ternyata sebatas aksioma. Beda pendapat bisa membuat nyawa melayang.
/4/
Prancis menyerukan peninggian martabat manusia dengan kebebasan, kesetaraan, dan kebersaudaraan. Bule Inggris menyebutnya liberty, equality, fraternity, sedangkan bulai Prancis menyebutnya liberte, egalite, fraternite.
Pada waktu yang sama, Prancis melakukan segresi terang-terangan, rasialisme sadis, dan diskriminasi terhadap warganya sendiri. Tidak ada alasan lagi Olimpiade Paris 2024 dipandang sebagai pesta olahraga yang terbuka, adil, dan demokratis.
Diaba Konate mesti mengubur mimpinya untuk meraih medali emas bola basket 3x3, sebab larangan berjilbab berlaku pula bagi atlet bola basket. Pada Olimpiade Buenos Aires 2018, Konate meraih medali perak untuk kontingan Prancis.