/4/
Enzo Fernandez sudah meminta maaf. Ia mengatakan bahwa nyanyian rasialnya adalah euforia sesaat tatkala mereka "lupa daratan" karena mabuk kemenangan. Ia menyatakan pula bahwa ia secara pribadi tidak rasialis.
Namun, pada sisi berbeda, sejarah telah menjadi saksi bagaimana Argentina terus berupaya menjadi "orang Amerika rasa Eropa". Untuk memenuhi hasrat itu, tiada beban mereka meminggirkan ras berkulit hitam dan cokelat.
Asosiasi sepakbola Argentina (AFA) tidak boleh membiarkan peristiwa rasisme ini begitu saja. Pembiaran akan membuat tindak dan tutur rasialisme terus terjadi. Lagi, dan lagi. Begitu selalu.
Jika kita sudahi rasisme dalam sepakbola berarti kita gigih menghadirkan sepakbola yang menenangkan, sepakbola yang saking menyenangkannya sampai-sampai, kata Sanchez, membuat suporter ingin memuja penemunya selayaknya Tuhan. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H