Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Argentina, Sepak Bola, dan Rasisme Tanpa Ujung

17 Juli 2024   22:38 Diperbarui: 18 Juli 2024   11:45 739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tim Tango mengangkat Piala Dunia 2022 (Foto: Getty Images/BSR Agency)

/3/

Tersebutlah kisah penyambutan Tim Tango yang diarak bagai pahlawan yang baru menang di medan perang. Lawatan selama lima bulan ke Negeri Kincir Angin, Belanda, berbuah cerita indah.

Tim Tango pulang dengan mengantongi medali perak Olimpiade 1928. Hanya medali perak, tetapi warga Argentina menganggap itu adalah medali emas. Manuel Ferreira dan konco-konconya merasa kalah hanya karena Uruguay bermain kasar dan wasit cenderung memihak Uruguay.

Ketika itu, Tim Tango tidak dapat dianggap mewakili populasi nasional. Hampir seluruh anggota skuad berasal dari wilayah Pampas. Dari 20 pemain, 17 di antaranya berasal dari ibukota negara dan sekitarnya. Hanya tiga pemain yang berasal dari luar ibukota.

Mereka adalah Manuel Ferreira, penyerang bintang Estudiantes de la Plata, lahir di ujung barat Buenos Aires, tetapi sejak awal 1920-an bermain di Estudiantes; Luis Weihmuller yang lahir di Provinsi Santa Fe; dan kiper pengganti Octavio Daz berasal dari Rosario dan bermain untuk Rosario Central.

Jika ditilik dari warna kulit, semuanya berkulit putih. Patut diketahui, sejak awal 1910, ideologi rasial sudah mulai berkembang di Argentina. Ideologi rasial utama Eropa--supremasi kulit putih, rasisme ilmiah, dan eugenika--terus memberikan pengaruh di Argentina.

Pada saat yang sama, pers di Argentina berperan unik dalam menyampaikan ide-ide rasial kepada jutaan pembaca kelas pekerja. Tidak semua wacana olahraga bertujuan menjelek-jelekkan masyarakat nasional lainnya, tidak semuanya bersifat rasial, tetapi pers Argentina menyediakan forum unik untuk menyebarkan secara masif gagasan bahwa Argentina adalah negara kulit putih keturunan Eropa.

Pada sisi lain, negara-negara tetangga Argentina di Amerika Latin dengan populasi keturunan Afro yang signifikan--Kolombia, Brazil, Haiti, atau Kuba, misalnya--gagal membangkitkan gairah rasial serupa di Argentina.

Sejak zaman kolonial, Argentina memang telah menjadi rumah bagi populasi keturunan Afrika. Begitu papar George Reid Andrews dalam The Afro-Argentines of Buenos Aires, 1800--1900 (1980: 3--9).

Bahkan dalam dunia sepak bola, pada 1910-an dan 1920-an, setidaknya hanya dua pemain Afro-Argentina menjadi pesohor karena sempat bermain untuk timnas Argentina. Mereka adalah Jose Manuel Durand Laguna dan Alejandro Nicholas de los Santos.

Siapakah Jose Manuel Durand Laguna? Ia adalah penyerang klub Huracan, Buenos Aires. Tatkala turnamen perdana Campeonato Sudamericano 1916 digelar, ia duduk di tribune sebagai penonton. Ia ingin menonton pertarungan antara Argentina versus Brasil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun