Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Argentina, Sepak Bola, dan Rasisme Tanpa Ujung

17 Juli 2024   22:38 Diperbarui: 18 Juli 2024   11:45 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tim Tango mengangkat Piala Dunia 2022 (Foto: Getty Images/BSR Agency)

Whoever invented football should be worshipped as a God. ~ Hugo Sanchez

/1/

Siapa pun yang menemukan sepak bola, kata Hugo Sanchez Marquez, harus dipuja seperti Tuhan. Pesohor lapangan hijau asal Meksiko itu menggambarkan betapa banyak kegembiraan yang bisa kita dapatkan dari permainan sepak bola.

Sayang sekali, kegembiraan bersepak bola dapat meredup akibat beberapa ulah konyol pemain. Rasisme atau rasialisme di antaranya. Jika seorang pemain sudah menyerang ras pemain lain, alamat muncul ketidaknyamanan dalam sepak bola.

Itulah yang kini tengah melanda Tim Tango--sebutan untuk tim nasional Argentina. Sepulang dari Copa Amerika, semasa pemain larut dalam perayaan titel juara ke-16, beberapa pemain kedapatan bertindak rasial melalui nyanyian yang tayang langsung di media sosial.

Konyol. Itulah kata yang tepat untuk disodokkan ke jidat anak-anak didik Lionel Scaloni. Juara, ya, juara saja. Pesta, ya, pesta saja. Tidak usah membawa-bawa perkara rasisme dalam euforia kesenangan atas kemenangan. Itu tolol.

Lebih konyol lagi, nyanyian berbau rasial itu tayang langsung di akun medsos pemain muda, Enzo Fernandez. Sontak beberapa rekan Enzo di Chelsea, terutama yang berasal dari Prancis, meradang dan tidak terima.

Okelah, ada pendapat Mbappe yang menyebut Euro jauh lebih sulit dibanding Piala Dunia. Itu pendapat Mbappe. Itu sah-sah saja, sebab faktanya Mbappe dan kolega belum mengangkat trofi tarung bola antarbangsa Eropa. Tidak ada sindiran di situ. Kecuali kuping Enzo dan sekutu tipis dan gampang panas.

Namun, fakta yang tidak bisa disangkal terpampang di depan mata. Tim sepak bola negeri Maradona memang jarang dihuni pemain bola yang berkulit hitam.

Maka, jangan mencari pemain berkulit hitam di tim nasional Argentina. Percuma. Tidak akan ada. Pernah ada dalam sejarah La Albicelestes (putih dan biru langit)--sebutan untuk timnas Argentina, tetapi tidak seberapa. Sekarang, dalam komposisi timnas Argentina saat ini, sama sekali tidak ada. Ya, tidak ada dari zaman Mario Kempes hingga Lionel Messi, dari era Diego Armando Maradona sampai Enzo Fernandez.

Argentina, dengan sejarah sepak bola yang begitu panjang, identik dengan pemain berkulit putih. Dari dulu sudah begitu. Hingga sekarang masih begitu. Tidak sama dengan tetangganya, Brazil, yang masih diperkuat oleh pemain Afro-Brazilian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun