Sabda merengut. "Maksudmu?"
"Siapa gadis yang tadi bersamamu di mobil ambulans?" tanya Willy.
"Tidak ada hubungannya dengan Kana," jawab Sabda.
"Kana melihatmu tadi," tukas Willy. "Dia melihat gadis itu turun dari mobil dan memegang lenganmu."
Sabda tertawa. "Aku bahkan tidak tahu siapa nama gadis itu!"
"Sudahlah," kata Sam sembari tertawa sinis seakan-akan tidak percaya pada kata-kata yang Sabda ucapkan. Sambil menggeleng-geleng, ia berkata, "Lakukan apa saja yang ingin kamu lakukan. Itu hakmu. Tetapi, jangan gantung perasaan Kana." Ia berhenti sejenak dan menoleh kepada Willy. "Lebih baik kita tarung catur, Willy."
Perdebatan tentang musibah dan anugerah akhirnya terhenti dengan sendirinya. Malam yang dingin bersiap menidurkan cemas, sedangkan ingatan Sabda kembali tertuju pada mata Si Gadis Penuh Cinta. []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H