Murid Kesatu geleng-geleng kepala. Kemudian ia melangkah ke arah Sang Gadis. Menyapanya dengan lembut, menenangkan hatinya, lalu meminta maaf karena harus menggendongnya. Sang Gadis mengiya dan segera bergelayut ke tubuh Murid Kesatu. Murid Kedua memejamkan mata. Sepanjang jalan mulutnya komat-kamit memohonkan ampun bagi kesalahan saudara seperguruannya.
Setelah susah payah melewati kubangan lumpur sejauh 70 meter, mereka tiba di kaki bukit. Si Gadis turun dari gendongan. Sinar matanya menyiratkan ucapan terima kasih yang sangat tulus. Murid Kesatu dan Murid Kedua pun melanjutkan perjalanan.
***
HINGGA AKHIRNYA mereka tiba di perkampungan di balik bukit. Lantas menyampaikan kepada penduduk kampung ihwal gadis yang mereka selamatkan, lalu mereka teruskan perjalanan. Karena hari mulai gelap, mereka sepakat istirahat.
"Bertobatlah, Saudaraku!" kata Murid Kedua.
"Apa kesalahanku?"
"Perbuatan maksiat!"
"Maksiat apa?"
"Menggendong gadis berpakaian acak-acakan!"
Murid Kesatu tersenyum lembut. "Aku menggendong gadis itu cuma sejauh 70 meter. Kamu menggendongnya dalam pikiranmu sepanjang tujuh kilometer. Siapa sebetulnya yang mesti bertobat?"
Murid kedua terdiam.