Mohon tunggu...
Aqib Maulana
Aqib Maulana Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Tadris biologi di IAIN Kudus

Mahasiswa Tadris Biologi di IAIN Kudus

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berpikir Cerdas dalam Menghadapi Pandemi Covid-19 Demi Kemaslahatan Umat

4 Juni 2020   12:29 Diperbarui: 4 Juni 2020   17:44 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber gambar: https://akcdn.detik.net.id/community/media/visual/2020/04/15/a4cbe21b-2558-42bd-a914-c6bc06ec0a00_169.jpeg?w=600&q=90)

Mereka percaya dengan keyakinan penuh bahwa doa dapat menyelamatkan mereka, dan mereka berpendapat harusnya kita takut kepada Tuhan bukan kepada virus corona. Situasi ini juga dapat dikatakan kognitif bias dalam beragama sehingga memunculkan dogmatisasi dalam beragama.

Penganut agama yang dogmatis dapat dikatakan sebagai seseorang yang menerima dengan mentah-mentah begitu saja sesuatu yang ditulis, disampaikan, dan diceritakan dari kitab suci tanpa mau menelaah dan berpikir lebih jauh apa makna yang sesungguhnya terkandung dalam Buku Suci tersebut. Para pemeluk agama yang dogmatis juga terkadang tidak sadar dengan menjadikan agama sebagai sebuah tujuan tetapi bukan sebagai alat untuk menuju tujuan yang sebenarnya yaitu kebenaran sejati dan Tuhan itu sendiri. Ini dapat ditandai dengan banyaknya umat beragama yang menyalahkan individu lainnya dan merasa paling benar.

Selain itu seseorang yang beragama secara dogmatis akan sulit untuk merubah paradigma yang telah dipercayainya, walaupun hal tersebut belum tentu merupakan kebenaran yang sejati dikutip dari (Dana Riksa Buana, op.cit,.) Ditambah lagi mereka gampang untuk menghakimi individu yang berbeda dengan pemahamannya dan dengan mudahnya memberikan pernyataan sesat ataupun rkafir.

Adapun solusi atau konsep menurut penulis yang dapat mengatasi stigma yang keliru dari masyarakat menhyimpang tersebut sebagai berikut.
Pertama, perlunya sikap kehati-hatian dalam bertindak. Mengambil keputusan haruslah dengan kehati-hatian dan kepala dingin agar menghasilkan keputusan yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat. Kedua, berfikir dan berpendapat berdasarkan data dan fakta.

Dengan mengerti data-data ataupun fakta yang ada pada kondisi yang sedang dihadapi maka secara kognisi seseorang dapat melihatnya dalam kondisi yang lebih tajam dan luas, sehingga kesalahan dalam mengambil keputusan tidak terjadi. Ketiga, penalaran akan pentingnya kesehatan.

Banyak sekali masyarakat yang menghiraukan akan pentingnya kesehatan. Yang jelas jika tubuh tidak dalam keadaan sehat pastilah tidak akan bisa melakukan aktivitas yang mereka jalani. Dan pentingnya masyarakat mengetahui apa itu pandemi. Dikarenakan virus ini bersifat pandemi seharusnya masyarakat meminimalisir kegiatan diluar ruangan seperti berkerumun bersama orang banyak, bepergian tanpa ada kepentingan, memakai masker ketika bepergian keluar rumah, dan selalu cuci tangan sebelum atau sesudah makan.

Dalam hal ini, penalaran kesehatan dan sikap ilmiah dari pemerintah dan kesadaran masyarakat sendiri sangat penting. Agar masyarakat tidak membebani kerja dari pemerintah karena ketidak pahamannya akan pentignya kesehatan. Keempat, melakukan sesuatu berdasarkan sudut pandang agama yang maslahat.

Banyaknya kekeliruan masyarakat dalam berfikir untuk menghadapi masa pandemi ini. Maka perlunya pendekatan agama dalam mendalaminya sebagai petunjuk keputusan yang nantinya diambil oleh masyarakat demi kemaslahatan umum.yang dimaksud peneliti adalah agama islam yang mempunyai pedoman berupa kitab suci Al-Qur'an.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan dijalankan tentang persepsi yang salah dikalangan masyarakat dalam menyikapi masa pandemi ini. Untuk mewujudkan sikap cerdas kepada masyarakat demi kemaslahatan umat pada masa pandemi ini Al-Quran telah menjawabnya semua problematika yang dialami masyarakat saat ini semua ilmu ada di dalam Al-Qur'an dikutip dari (Hibbi Farihin, SEMUA ILMU ADA DALAM AL-QUR'AN:Telaah Pemikiran al-Suythiy dalam al-Itqn f 'Ulmal-Qur'an, jurnal kontemplasi, Vol. 4(1), 2016, IAIN Tulungagung). Karenanya maka perlunya masyarakat mengerti kandungan ayat suci al-Quran karena al-Quran itu sebagai petunjuk bagi umatnya untuk menuju jalan yang benar. serta menenangkan hati. Itulah yang dinamakan rahmat dari Allah swt dikutip dari (Muhammad Thalib, Fungsi dan Fadhilah Membaca Al-Qur'an, ( Surakarta : Kaffah Media, 2005), hlm. 11-12).

Setelah peneliti melakukan survei terkait kekeliruan berfikir masyarakat dan melanggar peraturan atau himbauan dari pemerintah pada masa pandemi ini. Maka semua problematika yang ada di masyarakat bisa dijawab dengan isi kandungan Ak-Qur'an. seperti sebagian masyarakat khususnya ojek online dan para pedagang kaki lima. Mereka memikirkan bagaimana jika usahanya tutup pasti tidak akan mendapatkan penghasilan. Dan disini Al-Qur'anpun menjawab pada surah Al-"Ankabut ayat 60.

Makna ayat ini adalah dan di dunia terdapat banyak hewan yang tidak mampu memikul rezekinya atau menyimpan rezekinya karena ia sangat lemah, namun Allah-lah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepada kalian dari karunia-Nya. Lalu mengapa kalian tidak bertawakkal kepada Allah yang Maha Kuat dan Maha Kuasa dalam mencari penghidupan sebagaimana tawakkal hewan-hewan yang lemah itu kepada Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun