Mohon tunggu...
Aqib Maulana
Aqib Maulana Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Tadris biologi di IAIN Kudus

Mahasiswa Tadris Biologi di IAIN Kudus

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berpikir Cerdas dalam Menghadapi Pandemi Covid-19 Demi Kemaslahatan Umat

4 Juni 2020   12:29 Diperbarui: 4 Juni 2020   17:44 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber gambar: https://akcdn.detik.net.id/community/media/visual/2020/04/15/a4cbe21b-2558-42bd-a914-c6bc06ec0a00_169.jpeg?w=600&q=90)

Namun, kebijakan tersebut banyak dari masyarakat awam yang masih salah mengartikan. Seharusnya bukan saja pemerintah yang memberikan penyuluhan tentang masalah itu. Namun kesadaran dari diri sendiri juga sangat penting. Mereka yang melakukan kegiatan diluar dirumah  untuk keluarga sepertinya kurang tepat. Karena dalam kondisi ini seharusnya masyarakat berfikir secara terbuka. Dan kebayakan yang melanggar aturan dari pemerintah adalah masyarakat yang beragama islam. Padahal islam mengajarkan untuk taat dan patuh terhadap ulil amri atau pemerintah.

Ada beberapa ayat al-Quran yang menjelaskan tentang ketaatan kepada pemerintah atau di dalam bahasa arab disebut dengan ulil amri sebagaimana yang terdapat dalam QS. an-Nisa ayat 59. Kata "ulil amri" dalam ayat tersebut menunjukan kepada penguasa yang bertanggung jawab atas wilayahnya (pemerintah). Ayat ini menjelaskan bahwa bukan saja diwajibkan taat kepada Allah dan Rasul melainkan kepada pemerintah.

Sebagaimana yang dikatakan Abul A'la al Maududi bahwa taat kepada ulil amri (pemimpin) berarti taat kepada Rasulallah dan taat kepada Rasulallah berarti taat kepada Allah SWT.

Ketaatannya berarti dalam rangka menegakan al-Qur'an dan as Sunah sehingga bila tidak sesuai dengan al-Qur'an dan sunnah maka tidak aada ketaatannya terhadap pemimpin dikutip dari ( Abul A'la al Maududi. Political Theory of Islam dalam John. J Donokof and John h. Esposto. Islam in Transition Muslim Perspective, (Newyork: Oxford University, 1982) hlm. 22). Kepatuhan dalam hal ini bukan hanya untuk dirinya sendiri melainkan untuk kemaslahatan umum. Seharusnya masyarakat berfikir cerdas menaggapi kepatuhan akan hal tersebut yang diniatkan untuk kebaikan bersama.

Contoh lain, pemerintah sudah meliburkan para siswa dan mahasiswa untuk tidak berkuliah atau bersekolah yang nantinya kegiatan belajar mengajar dilakukan dari rumah yang sering disebut dengan belajar online. Namun kondisi ini malahan dimanfaatkan oleh banyak masyarakat untuk berlibur. Hal tersebut akan membuat penyebaran virus tak terhindarkan yang semakin hari akan bertambah banyak dan luas penyebarannya.

Perilaku yang tidak semestinya diharapkan pemerintah itu akan semakin menjalar dikalangan masyarakat awam yang notabenya minim pendidikan. Serta mereka yang yang notabenya bekerja diluar ruangan pasti banyak dari mereka yang melakukan penyimpangan terhadap hal yang sudah di himbau oleh pemerintah. Oleh karena itu berbagai peristiwa diatas membuat penulis untuk menganalisa lebih jauh tentang sebenarnya apa yang mereka fikirkan sedangkan hal tersebut terjadi di saat kondisi negara sedang dalam keadaan yang darurat Covid-19 dan bagaimana solusinya agar masyarakat berfikir secara cerdas dalam menghadapi masalah pandemi ini.

Selain itu penulis juga akan memaparkan teori-teori psikologi cara berfikir masyarakat yang keliru yang dimana kondisi bukan malah mencegah penyebaran virus melainkan akan menyebabkan meluasnya wilayah yang terkena virus ini dan kekeliruan berfikir masyarakat yang akan menyebabkan kesalah pahaman terhadap pemerintah.

Masalah ini bukan hanya untuk personalitas namun untuk kelangsungan hidup masyarakat Indonesia secara univeral. Karena virus ini termasuk pandemi yang seharusnya cara berfikir setiap indivdu itu di fokuskan terhadap manusia secara umum. Namun dengan kekeliruan dan kebodohan dalam berikir, masyarakat banyak yang mementingkan diri masing-masing namun tidak memikirkan kemaslahatan umum. Yang dimana itu merupakan suatu keharusan karena kita hidup di Indonesia yang banyak penghuninya. Oleh karenanya yang mendorong penulis untuk mengungkap seberapa pentinya kemaslahatan umat menurut islam  dan bagaimana dampaknya . selain itu juga peneliti akan memaparkan teori bersikap cerdas itu seperti apa menurut beberapa tokoh psikologi, dan menurut islam. Sehingga penulis nantinya akan menyimpulkan mana yang terbaik untuk masyarakat dalam pandemi ini dengan sikap yang cerdas.

Jadi ada beberapa kekeliruan masyarakat menurut penulis untuk penting dibahas  dalam masalah menghadapi pandemi covid-19 ini. Pertama,  Menurut Dana Raksa Buana dalam jurnalnya mengakatakan bahwa konsep yang dapat diangkat untuk menjelaskan perilaku masyarakat Indonesia dalam menghadapi wabah virus Covid-19 ini adalah bias kognitif. Bias kognitif adalah kesalahan sistematis dalam berpikir yang secara otomatis akan memengaruhi keputusan dan penilaian yang dibuat seseorang. Beberapa bias ini terkait dengan memori.

Cara seseorang mengingat suatu peristiwa dapat menjadi bias karena sejumlah alasan tertentu, dan pada gilirannya dapat menyebabkan pemikiran dan pengambilan keputusan yang bias. Bias kognitif lainnya mungkin terkait dengan masalah perhatian. Karena perhatian adalah sumber daya yang terbatas, maka seseorang harus selektif tentang apa yang mereka perhatikan di dunia sekitar mereka. Karena itu, bias-bias halus yang tidak disadari dapat merayap masuk dan memengaruhi cara manusia memandang dan berpikir tentang dunia dikutip dari (Dana Riksa Buana, Analisis Perilaku Masyarakat Inonesia dalam Mengahadapi Pandemi Virus Corona (Covid-19) dan Kiat Menjaga Kesejahteraan Jiwa, 2020).

Bias kognitif ini dibagi menjadi beberapa jenis. Namun, menurut Dana Raksa Buana yang cocok untuk menggambarkan perilaku masyarakat pada masa pandemi ini bias yang pertama adalah optimism bias. Bias optimisme adalah bias kognitif yang membuat seseorang percaya bahwa mereka sendiri cenderung tidak mengalami peristiwa negatif. Ini juga dikenal sebagai optimisme tidak realistis atau optimisme komparatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun