Ranti tak habis akal. Dia menceritakannya pada keluarga walau dengan perasaan malu. Bukannya dapat solusi, dia malah diusir. Sudah bikin malu keluarga.
Sekali lagi wanita itu menemui Arlan, berharap pria itu iba dan mau menikahinya. Ternyata Ranti hanya mendapat hinaan.
"Aku tak sudi punya istri wanita murahan kayak kau," maki Arlan.
"Bajingan kau. Mau enaknya saja. Kau-nya yang terus merayuku. Kau bilang kau mau menikahiku."
"Aku gak mau nikah muda. Pergi kau dari sini," hardik Arlan.
Tak terima diperlakukan seperti itu, Ranti menangis sambil berteriak, mengundang perhatian para tetangga Arlan. Akhirnya rumah pria itu ramai. Orang-orang menanyakan apa yang terjadi. Ranti pun bercerita, tapi Arlan menyanggah, dia tidak mengaku.
Keluarga Ranti pun datang. Arlan tetap berkata ,tidak pernah melakukannya pada Ranti.
Ranti tidak punya bukti. Dia kalah. Wanita itu hanya menangis sepanjang hari. Jarang makan, dan kurang tidur hingga badannya kurus kering. Keluarga jadi khawatir. Mereka tak lagi marah pada wanita itu. Saat ini, marah bukan lagi solusi. Ranti butuh dukungan agar tidak berbuat nekat. Ibunya terus mendukung dan menuntunnya mendekatkan diri pada Tuhan. Meski sudah terlambat.
Arlan pun pergi merantau menjauhi Ranti, membuat wanita itu makin stres. Dia ingin bunuh diri tapi untung ada yang melihat dan menggagalkannya.
"Dari dulu, kubilang samamu, jangan pacaran kau sama si Arlan. Tak kau dengarkan. Rupanya jumpaan kalian diam-diam," ujar Ibu Ranti.
Benar saja, selama ini, Arlan dan Ranti bertemu diam-diam. Ranti selalu berbohong dengan alasan mengerjakan tugas untuk bertemu dengan Arlan.