Mohon tunggu...
Silla Agustin
Silla Agustin Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar/Penulis/Juara lomba cerpen/SMA Negeri 1 Pandaan

Aku tidak sebaik kamu, pun dengan tulisanku. "Tidak perlu menjelaskan tentang dirimu kepada siapa pun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu. Dan yang membencimu tidak akan percaya itu." _Ali bin Abi Thalib

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Lentera Humaira

11 Februari 2024   16:35 Diperbarui: 11 Februari 2024   16:41 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

"Dokter, bagaimana dengan kondisi Anisa?" Suara itu membuat lamunannya terputus. Humaira menoleh menatap pria berjas putih dan Umi Zahra di belakangnya.

"Benturan keras di kepalanya membuat pasien belum juga sadarkan diri. Kemungkinan besar pasien harus mendapatkan tangan medis dengan operasi, tapi sebelum itu kami membutuhkan persetujuan dari keluarga pasien." 

"Suami saya sebentar lagi datang, Dokter. Saya mohon, tolong selamatkan anak saya." Suara wanita itu terdengar begitu parau dan pilu. Ia menangkupkan tangan di dada sembari terus meneteskan air mata.

"Kami akan berusaha semaksimal mungkin. Berdoa saja dan meminta kepada Yang Maha Kuasa. Satu lagi, pasien ...." Kalimat pria berjas putih itu terhenti. Dokter itu mengambil sesuatu dari dalam saku jasnya. Sebelum akhirnya ia memberikan sebuah amplop yang berisikan surat kepada Umi Zahra.

"Pasien menulis surat ini sebelum benar-benar tidak sadarkan diri." Umi Zahra membacanya dan beberapa detik setelah itu, tatapannya berubah.

Humaira mendekat, tapi ketika jaraknya hanya terpaut beberapa senti, atensi semua orang tertuju kepadanya. Sebenarnya apa yang terjadi? Ia tidak paham mengenai tatapan itu, ada sesuatu yang tidak bisa diartikan. Umi Zahra memberikan surat itu kepada pria yang sejak tadi hanya diam. Setelah mengetahui isi surat tersebut, apakah kalian bisa menebak bagaimana reaksinya? Mengapa semua mendadak bungkam? Di detik yang sama pula pria itu menatapnya. Tatapan elang ciri khas darinya yang begitu dalam serta menakutkan.

Humaira semakin tidak mengerti dengan semua ini. Sebenarnya apa yang Anisa tulis dalam surat itu? Mengapa semua mendadak membisu tanpa memberitahunya. Namun, di detik yang sama Humaira mendapatkan jawaban atas pertanyaannya, disaat ia membaca surat itu.

Mematung. Gadis itu membatu di tempat. Aliran darahnya mendadak membeku, bahkan denyut nadinya seolah berhenti berdenyut. Air mata itu sontak luruh bersama dengan perasaan hatinya yang seketika hancur lebur. Apa yang Anisa maksud? Mulutnya sedikit terbuka dan di detik selanjutnya surat itu terjatuh.

Humaira membalas tatapan pria itu. Binar mata yang dipenuhi dengan cairan bening membuat penglihatannya sedikit buram. Sungguh, hanya dengan satu kali kedipan bening itu akan runtuh.

Mas Arya. Di sini Anisa akan berjuang untuk kembali pulih seperti sedia kala, tapi Ninis mohon ... berjanjilah untuk menikah dengan Humai sebagai gantinya.

Ninis mohon, jangan buat semua orang kecewa dan malu karena pernikahan kita yang batal. Berjanjilah untukku. Sungguh, Ninis sangat ikhlas, Mas. Demi Allah ana uhibbuka fillah, Mas Arya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun