''He, bangsat, ... pergi dari sini!''
Byurrrr! ... satu ember air disiramkan.
Gubraaak! Terdengar gerobak sampah terguling, isinya tumpah ruah dan sebagian jatuh masuk selokan.
''Awas, coba kembali kutangkap kalian!''
Bertiga mereka berlari sekuat tenaga. Pada persimpangan jalan setelah melewati warung penjual pisang, mereka mengaso. Nafas mereka tersengal-sengal.
''Knapa lagi, kena disambit orang?'' sapa pemain ukulele.
Anto, Ari dan Arwan, tiga sekawan, menjawab hanya dengan anggukan kepala. Mata mereka terbiasa liar, karena memang tak terbiasa belajar bagaimana santun memandang.
Nama mereka terkenal, persis seperti nama grup band. Cukup tanya ''di mana A?'' maka jari telunjuk dan tips akan menjelaskan.
Sebut saja ''A,'' dan itu sudah cukup mewakili nama Anto, Ari dan Arwan, persis seperti The Three Musketeers.
A memiliki ketangkasan masing-masing. Mereka namakan rezeki. Selayak restoran, ada tukang masak, pelayan dan tukang cuci.
A tak pernah mau menerima anggota baru. Mereka anggap tiga sudah  cukup, tak perlu empat atau lima atau pemimpin.