Mohon tunggu...
Della Anna
Della Anna Mohon Tunggu... Blogger,Photographer,Kolumnis -

Indonesia tanah air beta. Domisili Belanda. Blogger,Photographer, Kolumnis. Berbagi dalam bentuk tulisan dan foto.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Novel] Labirin Waktu (10)

9 Desember 2017   18:00 Diperbarui: 9 Desember 2017   18:02 735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover Novel Labirin Waktu foto DellaAnna.

Sebelumnya, pada teks terakhir bagian ke 9,

''Misteri itu menyeret mereka berdua ke alam yang juga misteri. Pertemuan tak sengaja ini seakan-akan menghanyutkan pikiran mereka pada suatu ketika, dalam relung ingatan yang penuh rahasia.

Entah itu di mana, ...''

--

''Hentikan Oxazepam!'' Tulis dokter pada kertas dokumen pasien Elona.

''So, tiga kali bertemu kalian belum juga saling kenal siapa nama masing-masing?'' tanya dokter Herman.

Elona menggelengkan kepalanya, sementara pandang matanya ke arah luar jendela kamar dokter.

''Kenapa?''

Elona hanya menjawab dengan menarik pundaknya, pertanda tak tau.

Kini, bagi Elona sesi rutin pemeriksaan di rumah sakit akhirnya sangat menjemukan, karena pertanyaan mereka hanya sekitar topik itu-itu saja.

Pertanyaan itu sama membosankan dengan kehadiran co-assistant dokter dengan bungkusan nama tim. Seakan-akan mereka yang hadir memang mahasiswa tingkat akhir untuk tesis mereka.

Satu hal yang menyenangkan bagi Elona hari ini, yaitu tak perlu lagi menelan Oxazepam. Pil ini hanya menggiringnya lebih cepat terkapar di tempat tidur daripada memberi kepercayaan diri.

-

Kamis, hari yang ceria.

Dua minggu yang lalu Elona sudah mencoba membaca sebuah buku puisi. Memberanikan dirinya mencoba membuka jendela pikiran untuk mengetahui apa isinya.

Bait kata serta diksi pada puisi terkadang menyapa dirinya, terkadang bertanya dan sesekali sengaja mengorek rahasia siapa dirinya.

Semula Elona terkejut, takut. Namun, perlahan keberanian menuntunnya untuk tetap menatap lantang makna diksi kata-kata. Pikir Elona, ah itu kan cuma kata-kata di atas kertas.

Tak seluruh bait puisi meluruhkan perasaannya, masih ada kata-kata yang memberinya inspirasi dukungan untuk tetap berteriak '' hei inilah aku, seperti apa adanya!''

Kini, hari ini, Kamis, Elona merasakan dirinya bahagia.

Bukan karena bait-bait puisi, atau bisa juga pengaruh Oxazepamyang tidak lagi menguasainya.

Hari ini, kepala perpustakaan memanggilnya. Hasil pertemuan yang membuahkan Elona boleh bekerja lima hari seminggu. Inilah yang ia tunggu, lebih baik sibuk bekerja daripada duduk memandang wajah dokter Herman dan manusia co-assistant.

''Hai,'' terasa hembusan nafas lembut menerpa pipi kanan Elona.

Elona mengenal betul siapa pemilik suara ini. Perlahan dibalikkan wajahnya.

Empat mata menatap seakan bercerita kisah yang retas. Empat mata yang sarat hasrat, kerinduan yang hanya mereka berdua yang pernah merasakan.

Perasaan itu sangat hebat, mengilukan sendi tulang kenangan.

Perasaan itu misteri, mempermainkan sejuta pertanyaan yang mereka sendiri belum kuasa membukanya.

Di sana, sepasang mata yang sejuk, yang sampai detik ini Elona belum tau siapa nama pemiliknya. Berwarna biru campur hijau, persis warna yang pernah dilihatnya tetapi entah itu di mana dan milik siapa.

Untuk ke sekian kalinya mata ini datang memoles warna lukisan pada wajah Elona akibat perasaan yang tak menentu.

Tak perlu sentuhan, hanya tatapan mata.

Tak ada sebutan nama, cukup kehadiran.

Mulut mereka terbuka bersamaan hendak bertanya sesuatu, sampai akhirnya mereka tertawa kecil keheranan.

''Mau cari buku apa?'' tanya Elona sambil tersenyum ke arahnya membuka percakapan.

''Nope!''

Kerut dahi Elona pertanda bertanya.

''Ntar aku traktir makan malam, mau gak?'' tanya pria seraya matanya terus menatap mata Elona.

''Gratis, malah pake diantar ke rumah,mau gak?'' pria menambahkan.

Elona tak kuasa menolak. Anggukan kepalanya sudah cukup sebagai  jawaban ''ya.''

-

Meja kecil itu menjadi saksi mati dari sebuah perjalanan kehidupan dua anak manusia. Pertemuan yang memang hanya diizinkan oleh sang misteri.

Dan, lima orang pengunjung yang juga berada tidak jauh dari meja mereka, yang asyik  menyantap hidangan pesanan mereka juga menjadi saksi mati peristiwa ini.

Sayup, terdengar denting panci dan sendok serta piring. Sayup terdengar klakson mobil di luar sana.

Senyap menyelimuti keduanya. Empat mata menyisir daftar menu.

''Pasta, pastinya enak!'' sahut pria.

''Mm, kentang goreng, ayam goreng dan saus'' sela Elona.

Ketika mengucapkan kentang goreng, tiba-tiba darah Elona berdesir. Pipinya merona merah, dan cepat ia menutup mulutnya dengan telapak tangan.

Ada apa dengan kentang goreng? Kata ini sanggup membuat Elona menjadi panik.

Pelayan cepat menghilang dari sisi meja mereka.

Lagi-lagi mata pria lembut menatap matanya. Tatapannya tajam menembus relung pikiran dan perasaan Elona. Bergetar jemari Elona dibuatnya. Terlihat jemari pria pun gemetar.

Sekejap tangan pria menggenggam tangan kanan Elona.

''Frits, Frits namaku.'' Pria menyebut  duakali namanya sendiri.

Tiba-tiba Elona merasakan aliran hangat menguasai tubuhnya melalu genggam tangan pria. Kehangatan yang penuh kerinduan, yang selama ini menghilang.

Dengan sekuat tenaga Elona membuka mulutnya untuk mengucapkan namanya sendiri,

''Elona''

Pada si biru hijau, Elona menangkap sejuta pertanyaan, mata itu tajam, lurus menatap matanya.

Tiba-tiba Elona merasa sesuatu membasahi kedua pipinya, panas dan sedikit perih, bagai air garam. Air mata itu mengalir begitu saja.

Pria semangkin menguatkan genggam tangannya, ditariknya sedikit tubuhnya ke depan mendekati Elona.

''Pernahkah kita jumpa?'' tanya Frits sambil kedua matanya menari mengenali wajah Elona.

Lidah Elona kelu, sekelu ingatannya.

Bersambung

(da091217nl)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun