Mohon tunggu...
Ade Surya
Ade Surya Mohon Tunggu... Guru - Saya Kuliah di IAIN CURUP

Jurusan Pendidikan Agama Islam

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pendidikan Islam Tradisional Konservatif

2 Januari 2020   10:19 Diperbarui: 2 Januari 2020   10:26 3358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Faham Ideologi konservatif memandang bahwa tidak adanya kesederajatan masyarakat merupakan sesuatu yang alami, sesuatu hal yang sangat mustahil untuk kita hindari. Perubahan dalam faham ini merupakan sesuatu hal yang tidak perlu diperjuangkan karena perubahan akan menciptakan sebuah kesengsaraan baru bagi manusia. Tokoh aliran konservatif yang terkenal adalah George Washington, Abraham Lincoln, Emile Durkheim, Arthur Bestor dan Hyman Rickover. 

Menurutnya, orang-orang yang miskin, buta huruf dan menderita merupakan kodrat Ilahi dan kesalahan mereka sendiri karena tidak bisa merubah dirinya sendiri. Orang miskin harus bersabar dan belajar menunggu nasib sampai giliran mereka datang, karena pada akhirnya semua orang akan mencapai kebebasan dan kebahagian.[19] Dalam perkembangannya, Ideologi pendidikan konservatif mempunyai tiga tradisi pokok, yaitu fundamentalisme pendidikan, intelektualisme pendidikan dan konservatisme pendidikan.

Konservatisme Pendidikan               

Ideologi Pendidikan Konservatif yaitu sistem pendidikan yang bersifat ortodok (lama) yang diterapkan di lembaga-lembaga sekolah. John Dewey menyatakan bahwa pendidikan konservatif merupakan suatu pembentukan pada diri anak dari luar. Mereka beranggapan bahwasanya kemampuan atau perkembangan diri anak tergantung gemblengan dari luar bukan dari dalam diri anak. Tujuan utama penganut konservatisme adalah untuk melestarikan dan menyalurkan pola-pola perilaku sosial konvensional. 

Bagi penganut konservatif, tujuan atau sasaran pendidikan adalah sebagai sarana pelestarian dan penerusan pola-pola kemapanan sosial serta tradisi-tradisi berciri "orientasi ke masa kini". Konservatisme menaruh hormat terhadap hukum dan tatanan sebagai landasan perubahan sosial yang konstruktif. Hal ini sejalan dengan dinyatakan oleh Freire bahwa "penganut konservatif tidak menyangkal bahwa teknologi menyuguhkan beragam persoalan, mereka hanya mengatakan sesuatu yang dapat menciptakan problema-problema yang lebih parah".[20] 

Penganut konservatisme, memandang pendidikan sebagai sebuah pembelajaran (sosialisasi) nilai-nilai sistem yang sudah mapan, sehingga manusia sebagai obyek pendidikan harus dibimbing secara ketat serta harus diarahkan sebelum ia menjadi orang yang berpendidikan (tersosialisasikan secara efektif sebagai warga Negara yang bertanggung jawab). 

Dengan demikian, konservatisme pendidikan Lebih menekankan pada kesamaan-kesamaan yang ada pada individu bukan perbedaan-perbedaannya, sehingga guru dapat dengan mudah mendidik mereka dan mengkondisikan mereka di kelas. Namun guru harus menekankan bahwa keberhasilan ditentukan oleh prestasi mereka, sehingga mereka harus berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik. [21]

Konsep kurikulum konservatif cenderung memusatkan perhatiannya kepada disiplin ilmu yang lebih praktis dan lebih baru seperti sejarah, biologi, fisika, yang dianggap sebagai bidang-bidang yang secara langsung relevan dengan berbagai problema masyarakat kontemporer yang paling mendesak dan harus segera diselesaikan. Materi pembelajaran lebih dipusatkan untuk mengajarkan peserta didik menjadi warga negara yang baik, mengajarkan juga budaya yang konvensional, pembentukan watak dan karakter, ilmu alam, ilmu kesehatan, sejarah, dan keterampilan dasar.[22]

Sedangkan metode yang digunakan juga tidak jauh beda dengan dua varian ideologi konservatif sebelumnya. Guru bebas memilih metode yang di gunakan untuk mengefektifkan pembelajaran di kelas. Namun, ia harus cenderung menggunakan tata cara yang konvensional seperti peragaan, studi lapangan, penulisan di laboratorium, dan lain-lain. 

Selain itu Metode pendisiplinan jasmani dan mental seperti metode baris berbaris, berhitung di luar kepala, menghafal, dan lain sebagainya juga tetap digunakan untuk pembentukan karakter siswa. Khusus bagi para siswa yang menggali problem-problem dalam kehidupan dan belajarnya, maka digunakan metode bimbingan dan penyuluhan personal serta terapi kejiwaan.[23]

Metode Pendidikan  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun