Mohon tunggu...
Ade Surya
Ade Surya Mohon Tunggu... Guru - Saya Kuliah di IAIN CURUP

Jurusan Pendidikan Agama Islam

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pendidikan Islam Tradisional Konservatif

2 Januari 2020   10:19 Diperbarui: 2 Januari 2020   10:26 3358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan tradisional (konsep lama) sangat menekankan pentingnya penguasaan bahan pelajaran. Menurut konsep ini rasio ingatanlah yang memegang peranan penting dalam proses belajar di sekolah. dan menengah sejak paruh kedua abak ke-19, dan mewakili puncak pencarian elektik atas 'satu sistem terbaik'. Ciri utama pendidikan tradisional termasuk:

(1) anak-anak biasanya dikirim ke sekolah di dalam wilayah geografis distrik tertentu, (2) mereka kemudian dimasukkan ke kelas-kelas yang biasanya dibeda-bedakan berdasarkan umur, (3) anak-anak masuk sekolah di tiap tingkat menurut berapa usia mereka pada waktu itu, (4) mereka naik kelas setiap habis satu tahun ajaran, (5) prinsip sekolah otoritarian, anak-anak diharap menyesuaikan diri dengan tolok ukur perilaku yang sudah ada, (6) guru memikul tanggung jawab pengajaran, berpegang pada kurikulum yang sudah ditetapkan, (7) sebagian besar pelajaran diarahkan oleh guru dan berorientasi pada teks, (8) promosi tergantung pada penilaian guru, (9) kurikulum berpusat pada subjek pendidik, (10) bahan ajar yang paling umum tertera dalam kurikulum adalah buku-buku teks.

Kebutuhan akan ulama yang intelek dewasa ini sangatlah besar. Pasalnya, mayoritas cendekiawan muslim saat ini bukanlah ulama yang intelek, melainkan intelek yang mengerti tentang agama. Maksudnya, banyak umat Islam yang menjadi doktor, bahkan profesor di berbagai bidang ilmu pasti, menjadi peneliti di berbagai lembaga penelitian, menjadi dosen di perguruan tinggi terkemuka, dan lain sebagainya. 

Mereka mempunyai tingkat intelektualitas yang tinggi, tetapi di sisi lain tidak banyak menguasai ilmu agama. Akibatnya, agama bagi mereka terkesan hanya menjadi formalitas belaka, bukan menjadi petunjuk (hudan) bagi orang-orang yang berpegang teguh kepada agamanya.

Pesantren didukung oleh metode-metode pendidikan yang tidak hanya bertujuan untuk transformasi ilmu pengetahuan saja, tetapi juga meningkatkan dan meninggikan moral (budi pekerti), melatih dan mengajarkan sikap dan tingkah laku yang jujur dan bermoral, serta menyiapkan anak didik untuk hidup sederhana dan bersih hati.[32] Keadaan semacam ini belum bisa disamai oleh lembaga pendidikan di luar pesantren. Djubaidi juga melakukan penelitian tentang madrasah dan pesantren. 

Dalam hal ini dia menemukan bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan yang inklusif sehingga memungkinkan dirinya untuk membuka madrasah atau sekolah-sekolah lainnya. Dengan demikian dunia pesantren sudah tidak lagi ekslusif dan dianggap pinggiran, tetapi justru dianggap sebagai salah satu alternatif bagi pengembangan perguruan tinggi di masa mendatang.[33] Banyak lulusan pesantren yang telah memberikan kontribusi terhadap kemajuan bangsa dan negara dari segala bidang yang ditekuninya. Mulai dari bidang politik, ekonomi, kebudayaan hingga teknologi.

Contoh Pendidikan Islam yang tradisonal yaitu pesantren. Pesantren yang pada umumnya diidentikkan dengan tradisionalitas dan hanya fokus pada dimensi keagamaan. Namun, dalam perkembangannya, pondok pesantren mulai merespons dan mengapresiasi pendidikan formal, sehingga berdiri madrasah dan sekolah. Bahkan, sekitar satu dasawarsa terakhir telah dijumpai potret integrasi antara perguruan tinggi dan pesantren. Model yang paling awal dari integrasi pondok pesantren dan perguruan tinggi ini adalah model pesantren guna merespon pendidikan tinggi.[34] 

Jadi, Pendidikan Islam yang sering dianggap tradisional dan konservatif adalah terjadi oleh bberapa faktor yaitu, faktor yang berasal dari pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik itu sendiri. 

Jika dari guru, biasanya guru kurang memiliki kompetensi yang profesional dalam hal mengajar biasanya mereka ini mengajar tidak sesuai dengan bidang keprofesionalannya. Selanjutnya tenaga kependidikan memiliki peran yang sangat penting sebagai penunjang proses keberhasilan guru dalam mengajar, seperti diperlukan sarana dan prasarana, teknologi yang memadai dan mencukupi, dan lain-lainnya. 

Terakhir berasal dari dari siswa itu sendiri, hal yang biasa disebut oleh guru adalah titik jenuh siswa dalam belajar. Terkadang, walaupun banyak metode yang digunakan guru tapi siswanya tidak ingin belajar pastilah akan menjadi penghambat ini semua. Terkhusus dalam belajar pendidikan Islam. Sehingga, seorang guru banyak memiliki tugas dan PR penting untuk menghadapai suasana dan kondisi seperti ini untuk kedepannya.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun