Mohon tunggu...
075_Renanda Ajeng Pramusti
075_Renanda Ajeng Pramusti Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

belajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Partisipasi Siswa SD dalam Pertunjukan Seni Jaran Kepang dalam Tradisi Upacara Bersih Desa

24 Mei 2024   16:24 Diperbarui: 24 Mei 2024   16:42 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis : Yesinta Dewi A dan Renanda A.P

Dosen pengampu : Ima Wahyu Putri Utami, S.Pd., M.Pd

PARTISIPASI SISWA SD DALAM PERTUNJUKAN SENI JARAN KEPANG DALAM TRADISI UPACARA BERSIH DESA

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji partisipasi siswa Sekolah Dasar (SD) dalam pertunjukan seni Jaran Kepang sebagai bagian dari tradisi upacara Bersih Desa. Pendekatan kualitatif digunakan untuk menyelidiki secara mendalam fenomena ini. Studi lapangan melalui observasi langsung dan wawancara dengan berbagai pihak terlibat dilakukan untuk memahami konteks budaya, sosial, dan pendidikan di mana partisipasi siswa terjadi. Data dianalisis secara kualitatif untuk mengidentifikasi pola, tema, dan peran partisipasi siswa dalam tradisi tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi siswa bervariasi, dipengaruhi oleh faktor seperti minat individu, dukungan dari guru dan orang tua, serta pemahaman akan nilai-nilai budaya. Dari perspektif pendidikan, partisipasi dalam tradisi budaya lokal tidak hanya memberikan pengalaman belajar, tetapi juga memperkuat identitas budaya siswa. Implikasi dari penelitian ini menekankan pentingnya memasukkan kegiatan budaya tradisional dalam kurikulum pendidikan untuk memastikan pelestarian warisan budaya dan pembangunan karakter siswa. Dengan demikian, penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang hubungan antara pendidikan, budaya, dan identitas lokal, serta implikasinya bagi pembangunan pendidikan karakter di tingkat dasar.

Kata Kunci: Budaya, Pendidikan, Jaran Kepang

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia memiliki kekayaan berupa beragam suku bangsa, Bahasa, dan budaya. Keanekaragaman ini tersebar di seluruh wilayah, dari Sabang hingga Merauke. Setiap daerah memiliki ciri khas dan budaya yang unik, membedakannya dari daerah lain. Dikenal secara luas bahwa Indonesia adalah negara yang kental dengan nuansa multikulturalisme. Budaya memiliki peran penting dalam membentuk identitas sebuah bangsa. Dengan kata lain, budaya menjadi cerminan dari kepribadian suatu bangsa (Peter & Simatupang, 2022). 

Secara umum, kebudayaan merujuk pada segala hal yang terkait dengan pemikiran dan kebijaksanaan manusia. Ini mencakup pandangan, sikap, nilai, moral, tujuan, dan tradisi. Kebudayaan juga dapat dijelaskan sebagai praktik atau kebiasaan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, baik yang sudah ada sejak zaman dulu maupun yang masih berlangsung secara turun-temurun. Kata "budaya" berasal dari Bahasa Sansekerta, "buddhayah", yang merupakan bentuk jamak dari "buddhi" (pemikiran atau kebijaksanaan) dan merujuk pada segala hal yang terkait dengan pemikiran dan kebijaksanaan manusia.

Kebudayaan memiliki peran dan fungsi yang signifikan dalam struktur kehidupan suatu bangsa dan negara karena kebesaran suatu bangsa tercermin dari seberapa kuat nilai-nilai budayanya mengakar dalam kehidupan sosialnya. Budaya merupakan serangkaian kebiasaan yang tumbuh dan berkembang di suatu wilayah, dijaga agar tetap lestari dari satu generasi ke generasi berikutnya (Chaer, 2004). Keanekaragaman budaya di setiap daerah di Indonesia menjadi sumber daya yang berharga dan memperkaya keragaman budaya nasional. Kondisi Indonesia sebagai negara yang kaya akan keberagaman suku, agama, bahasa, dan berbagai indikator lain yang mencerminkan keberagaman masyarakatnya, dapat dianggap sebagai potensi sekaligus tantangan (Duranti, 1997).

Pendidikan adalah proses yang terus-menerus bertujuan untuk mengembangkan manusia secara menyeluruh dan membantu siswa berintegrasi dengan masyarakat. Perubahan dalam masyarakat selalu mengikuti perkembangan dalam berbagai bidang kehidupan (Atmaja, 2020). Meskipun masyarakat mengalami perubahan, pendidikan tetap harus mempertahankan norma dan nilai-nilai yang ada. Individu akan terus mengikuti perkembangan dan berinteraksi dengan masyarakat, sehingga tidak akan terlepas dari kelompoknya(Maksum, 2013).

Proses pendidikan tidak hanya mengikuti kurikulum yang ada, namun proses pendidikan yang penting ialah pendidikan yang mengajarkan kebudayaan lokal dan bangsa sebagai fungsi edukasi. Kebudayaan seperti wayang kulit, warak ngendog, jaran kepang, dan lain sebagainya sudah harus diketahui sebagai wawasan umum oleh setiap siswa, terutama siswa Sekolah Dasar (SD). Oleh karena itu, penelitian ini akan mengkaji secara lebih dalam bagaimana siswa-siswi SD dapat berpartisipasi dalam pertunjukan seni jaran kepang dalam upacara bersih desa.

1.2. Rumusan Masalah

 Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijabarkan, maka rumusan masalah yang ada pada penelitian ini yakni:

Bagaimana suatu kebudayaan harus diajarkan kepada anak-anak sedari usia dini?

Bagaimana guru dapat memperkenalkan suatu kebudayaan lokal kepada siswa-siswi SD?

Bagaimana siswa SD dapat berpartisipasi dalam pertunjukan seni jaran kepang dalam upacara bersih desa?

1.3. Tujuan Penelitian

 Berdasarkan rumusan penelitian yang telah dijabarkan, maka tujuan daripada penelitian ini yaitu:

Mengetahui cara suatu kebudayaan harus diajarkan kepada anak-anak sedari usia dini.

Mengetahui cara guru dapat memperkenalkan suatu kebudayaan lokal kepada siswa-siswi SD.

Mengetahui cara siswa SD dapat berpartisipasi dalam pertunjukan seni jaran kepang dalam upacara bersih desa.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pendidikan

Pendidikan menjadi elemen kunci dalam kehidupan manusia, menandakan bahwa setiap warga Indonesia berhak mendapatkannya dan diharapkan untuk terus berkembang melalui proses tersebut. Pendidikan adalah proses tak berujung yang pada dasarnya memperluas potensi individu untuk hidup dan beradaptasi dengan kehidupan. Oleh karena itu, menjadi individu yang terdidik memiliki nilai penting (Alpian, 2019).

Pendidikan juga dapat diinterpretasikan sebagai proses mengarahkan manusia dari ketidaktahuan menuju pengetahuan, dari kegelapan menuju pencerahan (Brown, 200). Secara umum, pendidikan merupakan cara bagi manusia untuk memperluas pengetahuannya tentang dirinya sendiri dan dunia di sekitarnya. Metode pendidikan dapat dibagi menjadi tiga jenis: pertama, pendidikan yang didasarkan pada paksaan atau tekanan; kedua, pendidikan yang berbentuk pelatihan atau pembiasaan; dan ketiga, pendidikan yang dilakukan dengan penuh kasih sayang, bertujuan membentuk hati nurani yang baik (Ainul, 2005).

2.2. Budaya

Budaya adalah hasil gabungan antara "budi" dan "daya" yang mengandung makna cinta, usaha, dan perasaan (Koentjaraningrat, 1964). Asal-usul kata "budaya" dapat ditelusuri ke bahasa Sanskerta, Budhayah, yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa Inggris, kata "budaya" berasal dari "culture", sedangkan dalam bahasa Belanda disebut sebagai "cultur", dan dalam bahasa Latin, kata ini berasal dari "colera", yang artinya mengolah, merawat, menyuburkan, dan mengembangkan tanah (Ihromi, 2016). Pada dasarnya, manusia merupakan makhluk budaya yang dilengkapi dengan akal, budi, dan kemampuan untuk menghasilkan gagasan serta karya-karya seperti seni, moralitas, hukum, dan kepercayaan yang terus-menerus dipraktikkan. Hal ini akhirnya membentuk kebiasaan atau adat istiadat yang kemudian disampaikan secara sosial atau dalam konteks masyarakat (Abidin, 2014).

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini akan menggunakan pendekatan kualitatif untuk menyelidiki secara mendalam partisipasi siswa Sekolah Dasar (SD) dalam pertunjukan seni Jaran Kepang sebagai bagian dari tradisi upacara Bersih Desa. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Teknik pengumpulan data berasal dari wawancara dengan sumber data utama yaitu ketua panitia Tulaan dan anggotanya. Sedangkan data lainnya bersumber dari dokumentasi berupa foto-foto pelaksanaan upacara bersih desa, khususnya pertunjukan seni jaran kepang dan partisipasi anak Sekolah Dasar (SD). Teknik pengambilan sampling menggunakan teknik purposive sampling. Uji validitas data menggunakan trianggulasi sumber dan metode Teknik analisis menggunakan model analisis data interaktif yakni pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. 

Data studi kasus yang telah dikumpulkan akan dianalisis secara kualitatif. Analisis ini akan melibatkan pengumpulan, penyortiran, dan interpretasi data untuk mengidentifikasi pola, tema, dan peran partisipasi siswa dalam pertunjukan seni Jaran Kepang, serta bagaimana tradisi ini terintegrasi dalam konteks upacara Bersih Desa secara lebih luas. Penelitian ini akan memperhatikan pertimbangan etika dalam penelitian kualitatif, termasuk memastikan partisipasi sukarela dari responden, menjaga kerahasiaan data, dan memberikan atribusi yang tepat pada sumber informasi.

Prosedur penelitian akan mencakup identifikasi lokasi yang mempertahankan tradisi upacara Bersih Desa dengan pertunjukan seni Jaran Kepang, pengamatan, wawancara, analisis data, dan penyusunan laporan penelitian yang meliputi pendahuluan, metodologi, temuan, dan kesimpulan. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang peran partisipasi siswa dalam pelestarian budaya lokal melalui tradisi seni Jaran Kepang dalam konteks upacara Bersih Desa (Afifuddin & Ahmad, 2009).

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Setiap bulan besar dalam kalender Jawa, komunitas Desa Arjosari, Dusun Sumbertimo di Kecamatan Kalipare, Kabupaten Malang, merayakan tradisi bersih desa atau yang dikenal sebagai nyadran. Masyarakat Dusun Sumbertimo mengadakan kenduri dan campursari selama dua hari berturut-turut. Pada hari pertama, mereka membersihkan punden di Dusun Sumbertimo dan dilanjutkan di Dusun Kampungtengah. (Fitriana, 2017).

Bersih desa adalah sebuah ritual atau upacara tradisional Jawa yang bertujuan untuk memberikan sesaji kepada danyang desa, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan YME, dan sebagai doa perlindungan dari hal-hal negatif dalam kehidupan sehari-hari. Tradisi ini merupakan bagian dari warisan budaya yang turun-temurun di masyarakat Dusun Sumbertimo. Penentuan hari pelaksanaan bersih desa tidak dilakukan secara sembarangan, melainkan mengikuti tanggal-tanggal tertentu dalam kalender Jawa. Dengan kekayaan modal sosial dan budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi, tradisi bersih desa memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk paradigma Memayu Hayuning Bawana.

4.2. Pembahasan

Tradisi Bersih Desa atau Nyadran di Desa Arjosari Dusun Sumbertimo, Kecamatan Kalipare, Kabupaten Malang, merupakan contoh penting dari kelestarian budaya lokal yang diwariskan secara turun temurun. Setiap bulan besar dalam kalender Jawa, masyarakat Dusun Sumbertimo secara bersama-sama merayakan tradisi ini sebagai bagian integral dari kehidupan mereka. Ritual ini tidak hanya sekadar upacara keagamaan, tetapi juga menjadi momen penting untuk memperkuat jalinan sosial antarwarga dan menjaga keharmonisan dalam komunitas.

Kegiatan tradisi bersih desa dilakukan dalam dua hari berturut-turut, dimulai dengan membersihkan punden di Dusun Sumbertimo pada hari pertama dan dilanjutkan dengan kegiatan di sendang Dusun Kampungtengah. Proses ini merupakan bagian dari keseluruhan upacara yang bertujuan untuk memberikan sesaji kepada danyang desa, sebagai tanda syukur kepada Tuhan YME, serta sebagai permohonan perlindungan dari hal-hal negatif dalam kehidupan sehari-hari. Penentuan hari pelaksanaan tradisi bersih desa mengikuti penanggalan dalam kalender Jawa, menunjukkan kedalaman kultural dan spiritual dalam pengaturan kegiatan budaya ini.

Selain aspek keagamaan dan spiritual, tradisi bersih desa juga melibatkan unsur seni dan budaya. Salah satu contohnya adalah pertunjukan seni seperti seni jaran kepang yang menjadi bagian tak terpisahkan dari acara bersih desa. Dalam pertunjukan ini, bahkan siswa-siswi SD pun turut serta, tidak hanya sebagai penonton tetapi juga sebagai bagian dari pertunjukan itu sendiri. Keterlibatan anak-anak dalam pertunjukan seni tradisional seperti jaran kepang tidak hanya memberikan hiburan, tetapi juga mendidik mereka tentang keberagaman budaya dan warisan leluhur yang perlu dijaga dan dilestarikan.

Partisipasi siswa-siswi SD dalam pertunjukan seni jaran kepang di tradisi bersih desa juga mencerminkan peran pendidikan budaya yang dimiliki oleh tradisi ini. Anak-anak diajak untuk belajar dan mengapresiasi seni tradisional, serta mengenali pentingnya menjaga dan memelihara warisan budaya lokal mereka. Dalam konteks ini, tradisi bersih desa bukan hanya sekadar upacara tradisional, tetapi juga menjadi lembaga pendidikan informal yang berperan dalam pembentukan karakter dan identitas budaya generasi muda.

Selain itu, tradisi bersih desa juga menjadi momen penting untuk mempererat hubungan antargenerasi dalam masyarakat Dusun Sumbertimo. Keterlibatan semua lapisan masyarakat, mulai dari orang dewasa hingga anak-anak, dalam kegiatan bersih desa menunjukkan kesadaran kolektif akan pentingnya menjaga dan merayakan warisan budaya bersama-sama. Dalam proses ini, terjalinlah hubungan yang kuat antara nenek moyang dan generasi penerus, serta antara sesama anggota masyarakat.

Keberadaan tradisi bersih desa di Dusun Sumbertimo juga menunjukkan betapa pentingnya modal sosial dalam menjaga keberlangsungan budaya lokal. Adanya kerjasama dan solidaritas di antara warga Dusun Sumbertimo menjadi landasan kuat dalam pelaksanaan tradisi ini setiap bulannya. Selain itu, tradisi bersih desa juga menjadi wadah untuk memperkuat rasa kebersamaan dan solidaritas sosial di tengah-tengah tantangan dan perubahan zaman yang terus berkembang.

Dengan demikian, tradisi bersih desa di Dusun Sumbertimo tidak hanya merupakan warisan budaya yang perlu dijaga dan dilestarikan, tetapi juga menjadi sumber kekuatan bagi keberlangsungan komunitas lokal. Melalui upacara ini, nilai-nilai keagamaan, kebersamaan, pendidikan budaya, dan solidaritas sosial terus ditanamkan dan dipelihara, menjadi fondasi yang kokoh bagi pembentukan identitas budaya dan pembangunan masyarakat Dusun Sumbertimo ke depannya.

Implikasi dari hasil penelitian ini untuk pendidikan adalah pentingnya memasukkan kegiatan budaya tradisional dalam kurikulum pendidikan sebagai bagian integral dari pendidikan karakter. Dukungan dari guru dan sekolah dalam memfasilitasi partisipasi siswa dalam tradisi budaya lokal juga menjadi penting untuk memastikan pelestarian warisan budaya yang kaya. Selain itu, temuan ini juga menegaskan perlunya menghormati dan melestarikan budaya lokal sebagai bagian dari identitas nasional yang kaya dan beragam (Omeri, 2013).

Dengan demikian, hasil penelitian ini memberikan kontribusi yang berharga dalam pemahaman tentang hubungan antara pendidikan, budaya, dan identitas lokal, serta implikasinya bagi pembangunan pendidikan karakter dan pelestarian budaya di tingkat dasar.

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Penelitian ini menggarisbawahi pentingnya pelestarian budaya lokal dalam konteks pendidikan karakter di Indonesia, khususnya dalam tradisi Bersih Desa atau Nyadran di Desa Arjosari ,Dusun Sumbertimo, Kecamatan Kalipare, Kabupaten Malang. Hasil penelitian menyoroti bahwa tradisi budaya seperti pertunjukan seni Jaran Kepang dalam upacara Bersih Desa tidak sekadar menjadi ekspresi keagamaan, tetapi juga menjadi sarana penting untuk memperkuat hubungan antargenerasi, memperkaya pengalaman siswa, dan memupuk rasa kebersamaan dalam masyarakat. Melalui partisipasi siswa Sekolah Dasar (SD) dalam tradisi ini, nilai-nilai budaya lokal terus ditanamkan dan dipelihara, yang pada gilirannya memperkaya identitas budaya dan memperkuat jalinan sosial di tingkat lokal.

Dalam menghadapi tantangan modernisasi dan globalisasi, pelestarian budaya lokal menjadi semakin penting sebagai fondasi pembentukan identitas budaya dan karakter masyarakat. Oleh karena itu, integrasi praktik budaya tradisional seperti pertunjukan seni Jaran Kepang ke dalam kurikulum pendidikan di tingkat Sekolah Dasar (SD) perlu ditingkatkan secara sistematis. Dukungan dan fasilitasi yang kuat dari pihak sekolah dan guru dalam memperkenalkan, mengajar, dan melibatkan siswa dalam tradisi budaya lokal menjadi kunci keberhasilan dalam menjaga warisan budaya yang kaya.

Kolaborasi antara sekolah, komunitas lokal, dan pemerintah daerah juga menjadi aspek penting dalam memperkuat implementasi pelestarian budaya lokal. Dengan berkolaborasi dalam pengembangan program-program pendidikan karakter yang mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal, serta mengadakan kegiatan-kegiatan budaya bersama, dapat memastikan keberlanjutan dan keberhasilan dalam memperkuat identitas budaya dan jalinan sosial di tingkat lokal dan nasional. Inisiatif kolaboratif ini juga memungkinkan partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga dan memelihara warisan budaya mereka.

Penelitian lanjutan dan evaluasi berkala diperlukan untuk memahami dampak dan efektivitas program pelestarian budaya lokal dalam pendidikan karakter. Dengan mengembangkan penelitian yang lebih mendalam tentang pengaruh partisipasi siswa dalam tradisi budaya lokal terhadap pembentukan identitas budaya, karakter, dan kontribusi terhadap pembangunan masyarakat, kita dapat lebih memahami dinamika dan tantangan dalam pelestarian budaya di Indonesia. Dengan demikian, upaya pelestarian budaya lokal dapat lebih terarah dan berdampak positif bagi pembangunan masyarakat yang berlandaskan pada nilai-nilai budaya dan kearifan lokal.

5.2. Saran

Untuk memastikan keberlangsungan dan efektivitas pelestarian budaya lokal dalam pendidikan karakter, penting untuk mengintegrasikan praktik budaya tradisional seperti pertunjukan seni Jaran Kepang ke dalam kurikulum pendidikan secara lebih sistematis dan menyeluruh. Dukungan dan fasilitasi yang kuat dari pihak sekolah dan guru dalam memperkenalkan, mengajar, dan melibatkan siswa dalam tradisi budaya lokal juga menjadi kunci dalam menjaga warisan budaya yang kaya dan memperkuat identitas budaya masyarakat.

Selain itu, kolaborasi aktif antara sekolah, komunitas lokal, dan pemerintah daerah juga penting untuk memperkuat implementasi pelestarian budaya lokal. Dengan bekerjasama dalam pengembangan program-program pendidikan karakter yang mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal, serta mengadakan kegiatan-kegiatan budaya bersama, dapat memastikan keberlanjutan dan keberhasilan dalam memperkuat identitas budaya dan jalinan sosial di tingkat lokal dan nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Ainul, Y. (2005). Pendidikan Multikultural Cross-cultural Understanding untuk Demokrasi dan Keadilan. Yogyakarta: Pilar Media.

Alpian, Y. (2019). Pentingnya Pendidikan Bagi Manusia. Jurnal Buana Pengabdian. Universitas Buana Perjuangan, Karawang., 1(1).

Abidin, S. (2014). Pengantar Sistem Sosial Budaya Di Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.

Brown, H. (2000). Principles of Language Learning and Teaching (fourth edition). San Francisco University: Longman, Inc.

Ihromi, T. (2016). Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Pustaka Obor Indonesia.

Koentjaraningrat. (1964). Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.

Afifuddin., & Ahmad, B. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.

Nasution, A. (2023). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Harfa Creative

Chaer, A. dkk. (2004). Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Duranti, A. (1997). Linguistic Anthropology. Cambridge: Cambridge University Press.

Atmaja, I. (2020). MEMBANGUN TOLERANSI MELALUI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha, 8(1), 113--121.

Fitriana, R. (2017). KESENIAN RAKSASA DALAM UPACARA BERSIH DESA DI DESA SALAMREJO KECAMATAN BINANGUN KABUPATEN BLITAR. GREGET, 16(2), 138--151.

Maksum, A. (2013). SOSIOLOGI PENDIDIKAN Government of Indonesia (GoI) and Islamic Development Bank (IDB).

Omeri, N. (2013). PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DALAM DUNIA PENDIDIKAN. Manajer Pendidikan, 9(3), 464--468.

Peter, R., & Simatupang, M. S. (2022). KEBERAGAMAN BAHASA DAN BUDAYA SEBAGAI KEKAYAAN BANGSA INDONESIA. DIALEKTIKA Jurnal Bahasa, Sastra, Dan Budaya.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun