Ada anggapan bahwa selama Ramadan kebutuhan semakin meningkat dan ini berpengaruh besar terhadap pengeluaran. Benar, kah? Hmm, bisa jadi benar di mayoritas keluarga di Indonesia. Tapi, saya sih yakin bahwa tidak semua keluarga eh orang mengalami pemborosan seperti itu.
Apalagi yang jomlo kayak saya. Uhuk. Rasa-rasanya sih tidak ada pengeluaran berarti yang harus saya lakukan saat Ramadan ini. Walau demikian, saya paham, bahwa ada beberapa aspek yang menjadikan orang harus keluar (sedikit) lebih banyak uang saat Ramadan. Apa saja, kah? Ini dia!
BUKA PUASA BERSAMA
Rasanya topik ini gak pernah bosan saya angkat haha. Eh tapi ini benar, loh! Buka puasa bersama saat Ramadan (terutama yang intensitasnya tinggi) memang menjadi salah satu pos pengeluaran yang lumayan saat Ramadan.
Untuk konsumsi sehari-hari di rumah saja, ada kecenderungan bahwa orang mengkonsumsi lebih banyak makanan saat Ramadan. Â Ya namana juga lagi puasa, kan? Pasti banyak keinginan. Ingin berbuka dengan makan inilah, itulah. Belum lagi jika berkunjung ke Pasar Beduk, uih, hati-hati, jika gak ditahan bisa kalap belanja di sana.
For Jomlo : Karena saya hidupnya masih menumpang sama orangtua dan saya gak doyan ikutan buka bersama, maka saya aman dari pengeluaran ini.
BAJU LEBARAN
Katanya, lebaran kurang terasa lengkap jika gak pakai baju baru. Iya kah? Haha, jadi keinget lagunya Trio Kwek-kwek sekian tahun lalu yang berbunyi, "baju baru Alhamdulillah, tuk dipakai di hari raya, tak punyapun taka pa-apa , masih ada baju yang lama." Ada yang tahu lagu ini? --pertanyaannya mengandung jebakan betmen.
Ya bener, mestinya tanpa baju baru pun gak masalah. Tapi, jikapun mau beli ya nggak apa-apa juga. Lha wong duit-duit sendiri, kan?
For Jomlo : Saya juga "aman" dari pengeluaran jenis ini. Saya biasanya beli baju baru saat akan pelesiran, bukan saat akan lebaran hehe. Lagipula, saya bukan pribadi yang brandoriented. Mau pakai baju yang murah(an) aja hayok, yang penting nyaman dan pas di badan.
PERSIAPAN MUDIK
Entah saya harus senang atau sedih di bagian ini buahaha. Saya lahir dan besar di Palembang. Begitupun dengan keluarga besar sehingga kami tidak mengenal dengan apa itu mudik. Alhamdulillah, kami gak harus sibuk nyari tiket murah dari jauh-jauh hari di mana menjelang Ramadan pasti harga tiketnya gila-gilaan.
For Jomlo : Saya belum ada (calon) mertua yang menjalankan prosesi mudik ini. Jadi saya aman sentosa jaya.
THR/TUNJANGAN HARI RAYA
Saya memang menjalankan usaha sendiri. Benar-benar sendiri sehingga saya tidak punya satupun pegawai di toko hehe. Jadi, dalam hal pemberian Tunjangan Hari Raya ini, saya lagi-lagi tidak dipusingkan seperti orang tua saya. Eh ngomongin THR, saya jadi ingat iklan kocak yang satu ini :)
Ya, masing-masing dari mereka menjalankan usaha dan punya pegawai. Jadi, pengeluaran mereka saat Ramadan tentu besar karena harus menyiapkan dana khusus ini. Berat? Ah setahun sekali ini. Kapan lagi kan kasih hadiah buat pegawai. Lagian, dengan adanya bagi-bagi THR buat pegawai, saya juga sering kecipratan. Hihihi
For Jomlo : Tetap ngeluarin THR buat keponakan dan anak-anaknya sepupu. Tapi ya nggak sampai memberatkan kok. Namanya juga bagi-bagi rezeki.
* * *
Mengenai apakah selama Ramadan pengeluaran cenderung lebih boros atau tidak itu sebetulnya tergantung sudut pandang. Ada orang-orang tertentu yang sengaja memanfaatka momen Ramadan ini untuk berbagi jauh lebih banyak yang tentu saja berbanding lurus dengan pengeluaran beliau.
Bos terakhir saya misalnya, saat Ramadan, biasanya mengeluarkan anggaran khusus untuk bagi-bagi THR dan minuman lebaran untuk anak buah yang tergabung dalam divisinya WALAUPUN masing-masing anak buah ini sudah mendapatkan THR sendiri dari perusahaan.
Toh rezekinya nggak berkurang, bahkan terlihat terus bertambah. Pun orang tua di rumah, saya tahu persis pengeluaran mereka cenderung lebih banyak saat Ramadan ini. Namun, saya tidak pernah mendengar mereka mengeluhkan itu. FYI, kami keluarga yang biasa saja ya. Bukan keluarga borjuis yang elap ingus aja pakai uang seratus ribuan hehe.
Yang penting, biaya yang dikeluarkan dipergunakan untuk hal yang semestinya. Ya untuk kebutuhan primer sehari-hari atau juga untuk amal. Sekali lagi, jika ngomongin gensi dan gaya hidup hedon sih, bhay-lah. Apalagi saya tahu, sebagian orang sengaja gali lubang tutup lubang untuk mewujudkan gaya hidup mewah.
Apalagi hari gini. Jika pergaulan gak dijaga, ya tenggelam. Beberapa orang yang saya kenal termasuk social climber kok, alias dengan berbagai cara ingin nampak hidup mewah walaupun cara yang ditempuh salah. Hidup mah qonaah atau merasa cukup saja. Insyaallah lebih nyaman dan barokah. Betul itu? Â Â Â
- "Regret No More" Berpuasa di Bulan Ramadan Juga Perlu Persiapan, Loh!
- Memaksimalkan Keberkahan di Bulan Ramadan, Pasang Target Aja!
- Berburu Takjir di Pasar Beduk, Yuk!
- "Yoga di Saat Sahur, Eh Bukannya Yoga Itu Diharamkan?"
- 5 Alasan untuk Menolak Ajakan Buka Bersama
- Gagal Menangis di Masjid Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang
- Inilah Tiga Rahasia agar Tetap "Strong" Bekerja Saat Ramadan
- Kocaknya Memperkenalkan Ibadah Puasa ke Seorang Bule
- Cara Jomblo "Merayakan" Romantisme Ramadan
- Inilah 2 Tempat Ngabuburit Asyik di Seberang Ulu dan Ilir Kota Palembang
- Jangan Jadi Muslim Cemen! Stop Aksi "Sweeping" Rumah Makan Saat Ramadan
- Ada (Banyak) Cinta di Meja Makan
- Jangan Lakukan 5 Hal Ini Saat Berbelanja di Pasar Beduk