Mohon tunggu...
neneng salbiah
neneng salbiah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada buku yang ingin kau baca, namun kau tak menemukannya, maka kaulah yang harus menulisnya!

Apa yang kamu lihat itu adalah berita. apa yang kamu rasakan itu adalah puisi dan apa yang kamu khayalkan itu adalah fiksi. saya berharap pembaca tidak menghakimi tulisan-tulisan yang ada di blog ini. karena saya penulis pemula. belum pandai dalam menata ide pokok cerita dalam sebuah paragraf yang sempurna. Seorang ibu rumah tangga yang sedang belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Itik Kecil Calon Menantuku

18 April 2024   10:16 Diperbarui: 20 April 2024   21:01 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: themuttonclub.com via style.tribunnews.com

"Baru satu tahun, bu," jawab Naila kalem dengan senyumnya.

Aku mengangguk. "Satu tahun? Wah! Itu belum cukup untuk saling mengenal, apa lagi sepakat untuk menjadi suami istri. Soal mencari pasangan hidup ada banyak sekali yang harus di pertimbangkan... ya... seperti, bebet, bibit, bobot, jadi jangan samapai salah pilih, iya, kan?" tuturku mantap, sambil berpura-pura sibuk dengan menata piring-piring.

"Memang betul, Bu... kata orang-orang, jangan seperti membeli kucing dalam karung," jawab Naila ringan.

Aku terkejut, mendengar nada suara itu. Rasanya terlalu ringan untuk seorang gadis yang sedang menghadapi benteng calon mertua.

"Kamu siap menjadi istri Mahesa?"

"Saya sayang dengan, Mahesa," Hmmm... aku rasa itu bukan jawaban.

"Tentu saja, siapa yang yang tidak sayang dengan laki-laki seperti Mahesa, baik, pintar, ganteng dan mapan lagi," ujarku sedikit gemes.

"Ya... Ibu juga tentunya, menginginkan calon istri Mahesa, seistimewa Mahesa, kan?"

Aku hampir terlonjak. Gadis cerdas! Dia membuka jalanku untuk bicara ke inti permasalahan.

"Tentu saja, Naila... susah payah Ibu membesarkannya sampai menjadi orang yang berhasil dan Ibu tidak ingin semua yang Ibu lakukan menjadi sia-sia."

"Sia-sia?" tanyanya heran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun