Mohon tunggu...
Zuni Sukandar
Zuni Sukandar Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru SLB

Lahir di Magelang, 20 Mei 1971, SD-SMP di kota yang sama, S-1 di Jogjakarta, saat ini mengajar di SLB Maarif Muntilan sebagai guru tunanetra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Beda Frekuensi

18 Maret 2021   14:33 Diperbarui: 18 Maret 2021   14:39 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belum sampai tangga terakhir dirinya sudah terguling, dan nyawanya tidak tertolong. Spontan kejadian itu membuat seluruh kampus tegang dan histeris. Berita kematian Fadli pun pun masuk dalam berita koran daerah.

Aku menyimak cerita Fadli dengan saksama. Tidak terasa, bulir bening pun mengalir di pipiku.

"Win, aku tidak pernah mau bercerita pada siapa pun. Hanya kepadamulah aku beranikan diri. Kamu tahu, mengapa? Karena aku telah jatuh cinta sejak pertama kali melihatmu. Kamu adalah Aryatiku, yang kini telah menikah dengan Hans. Wajahmu mirip sekali dengan Aryati, Win. Aku pun yakin hatimu pasti semanis senyummu."

"Fadli ... tapi kita beda dunia, 'kan? Sadar nggak kamu? Nggak mungkinlah aku mencintaimu."

Tidak terasa tangisku pun makin sulit ditahan. Entah tangis bahagia atau sebaliknya.

"Aku yakin, kamu pun merasakan hal yang sama. Jangan bohongi dirimu. Sekarang terserah padamu,  yang penting aku sudah menyampaikan isi hatiku."

"Jangan Fad, jangan teruskan perasaanmu. Cobalah berpikir rasional," kataku masih sesenggukan.

Tak kuasa menahan luapan rasa yang terasa aneh. Secepat kilat aku berlari menjauh dari Fadli, meski tanganku ditahannya.

Maafkan aku, Fad, jika harus membohongi perasaanku sendiri.

Selesai

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun