"Sekedhap, nggih, Mbak."
Aku meminta diri untuk ke belakang menemui suamiku yang kebetulan belum berangkat kerja.
"Mas, gimana, nih, dia minta pinjaman uang?"
"Ya sudah kasih saja, seikhlasmu, tapi jangan berharap dia mengembalikan. Sudah beri saja semampumu," kata suamiku tegas.
"Ya, baiklah."
"Mbak, nyuwun pangapunten, niki kok kula sagete namung ngaturi sementen, pun teka diasta mawon, mugi gerahipun enggal mantun," kataku sambil memberikan sejumlah uang.
Memang sudah beberapa kali suami maupun aku sering mendapat tamu yang sebenarnya ingin menipu dengan dalih bermacam-macam alasan.
Kali ini aku juga yakin mendapatkan tamu semacam itu.Â
Namun suamiku sering mengatakan, hal yang membuatku tidak membebaniku meski ditipu orang dengan sejumlah uang.
"Rasah dipikir, la wong dhewe diparani lak ya berarti dheweke ki gek butuh dhuwit."
Kupikir benar juga, terserahlah mau menipu atau tidak itu menjadi urusannya dengan yang Kuasa.