Mohon tunggu...
Zuni Sukandar
Zuni Sukandar Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru SLB

Lahir di Magelang, 20 Mei 1971, SD-SMP di kota yang sama, S-1 di Jogjakarta, saat ini mengajar di SLB Maarif Muntilan sebagai guru tunanetra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jurus Berutang

31 Juli 2020   12:07 Diperbarui: 31 Juli 2020   14:17 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"La tasih banget. Dhewe lak pun nate sekelas pas SD," timpalku menyambung sapaannya.

Perempuan yang bernama Marti memang pernah sekelas denganku ketika bersekolah SD, tetapi lama tidak terdengar kabarnya. Tahu-tahu ya sekarang ini, bertamu pagi-pagi dan pasti ada sesuatu yang hendak disampaikan. Ketika SD hampir teman sekelas semua akrab denganku, bukan hanya yang sebangku. 

Bahkan nama bapak, ibu, dan saudaranya pun hampir semua saling mengerti. Kami juga sering bermain di salah satu rumah teman sepulang sekolah, kadang bergiliran, hari ini di rumah A, besuk di rumah B. 

Ada saja acara yang dibuat, ternyata sampai sekarang kenangan itu membekas di hati. Senangnya  waktu itu, yang tahunya hanya bermain, tertawa, dan tidak memikirkan kebutuhan hidup.

"Mbak, nyuwun pangapunten, estune kula sowan mriki badhe onten perlu sekedhik," kata Marni memulai percakapan inti.

"Sae to, Mbak kabaripun panjenengan? Pripun Mbak, onten perlu napa kok ndingaren tindak mriki?"

"Ngeten, Mbak, kula niku lak sakit pun rada dangu, niki sakit gula," kata Marti sambil menunjukkan kakinya yang memang agak beda.

"Lajeng?"

"Nggih kula niki sowan mriki namung badhe nyuwun tulung ngampil arta, kangge ngobatke. Niki saben wulan kedah ngobatke."

"Oh ngoten."

Pikiranku kemudian tertuju pada suamiku. Aku ingin meminta pendapatnya tentang Marti ini benar nggak, barangkali suamiku tahu informasi tentangnya lebih banyak. Biasanya meski uangku sendiri yang kuberikan, aku pasti minta pendapatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun