***
Malam itu, tiga minggu paska lebaran Idul Fitri 1434 Hijriah, Ibuku menelponku dan bercerita kepadaku tentang sesatu yang cukup menohok.
“Kau tahu Nak, guru SMP mu yang dulu suka mem-bully-mu sebagai manusia langka, kemarin mampir ke rumah” Aku masih terdiam. Ibu memang mengenal betul sosok guru Matematika sewaktu aku SMP itu.
“Mungkin ini sudah yang kedua kalinya” lanjut Ibuku
Aku masih belum merespon dengan sepatah katapun. Kaget itulah yang kurasakan.
“Buat apa coba?” batinku dalam hati
“Pak Wid mampir ke rumah dan minta maaf sama Bapak dan Ibu atas perbuatannya dulu” jawab Ibuku seolah paham apa yang akan ditanyakan anaknya.
“Sungguh?” tanyaku tak percaya
“Benar Inda, malahan Pak Wid nanya kapan bisa main ke rumahnya”
Aku masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan Ibu barusan. Semacam masih ada letupan – letupan kecil dalam batinku, otakku bekerja dengan cepat untuk melacak memoriku tentang guruku itu. Bahkan peristiwa itu terjadi 7 tahun silam. Kini aku sudah menjadi salah satu mahasiswa ekonomi semester 6 di sebuah kampus favorit di Ibukota.
***