Mohon tunggu...
Fz
Fz Mohon Tunggu... Buruh - Adventurer

The greatest pleasure in life is doing something that people say you can't do it, believe in yourself and Allah because we're who we chose to be.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Manusia Langka

10 Oktober 2016   17:23 Diperbarui: 10 Oktober 2016   17:36 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Inda, inikah yang membuatmu menangis pulang sekolah tadi?”

(Inda adalah panggilanku di rumah, karena sewaktu kecil tidak fasih untuk mengucapkan huruf “L” dan “R”, dan nama panggilan itu berlanjut hingga aku dewasa).

Akupun hanya mengangguk sebagai pertanda jawaban “Iya

Ibu belum menjawab pertanyaanku.” sanggahku

Karena Allah menyanyangimu, Inda. Maka Allah menciptakan Inda sebagai anak yang sangat special. Apakah Inda tidak ingin menjadi anak yang special di mata Allah?

***

Dua pekan ini, aku memasuki kelas baru, kelas 2-A SMP Harapan Negeri, kelas baru, teman baru, suasana baru, dan juga para pahlawan tanpa jasa yang baru pada tahun ajaran baru 2005. Seolah langkahku selalu berat memasuki ruang kelas. Bagaimana tidak jika selalu disambut dengan olok – olokkan rambut keriting dan kulit hitam. Awalnya aku hanya diam saja, tak terlalu memperdulikan apa kata mereka, mungkin mereka hanya ingin bercanda denganku. Toh tidak semua teman baruku memperlakukanku demikian, dan memang aku terlahir sebagai gadis bertubuh kecil, pendek, berkulit hitam, dan lengkap dengan rambut kritingku. Tidak ada yang salah dengan apa yang mereka katakan kepadaku. Semua itu memang benar adanya. Tapi, haruskah itu menjadi bahan bully-an setiap hari?

Apalah daya, kenyataanpun juga berkata lain, salah seorang guruku juga terkena demam pem-bully-an terhadapku, tak hanya secara lisan baik di kondisi sepi maupun di khalayak ramai para siswa, namun juga secara tertulis melalui SMS, Beliau orang yang sangat kuhormati, ikut – ikutan mem-bully fisikku. Tidak salah jika aksi tersebut akhirnya diikuti oleh sebagian teman – teman sejawatku, sesuai dengan filosofi Guru yaitu “Digugu lan Ditiru”.

***

“Hei, manusia langka. Kamu kayak ikan laut yang di panggang di tepi laut, pantes ya hitam gosong”

Begitulah kurang lebih bunyi SMS yang dikirim guru Matematika ku malam itu. SMS yang serupa dan setopik itu tidak hanya sekali, sudah hampir lima kali mampir di folder inbox message ku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun