"kita naik motor aja biar cepet" Mina menolak naik mobil bersama Faren.
"Nggak, yang ada bukan sampai sekolah, malah sampai alam barzakh" Tolak Faren.Â
"Ih nggak bakalan, kan elu yg bawa" Mina.
"Nggak, gue gak mau orang-orang pada tau kalo elu adek gue" Faren.
"Idih jelek bener lu" Mina sinis.
"Apa lu bilang?" Faren.
"Eeekkkhhemmmm" Deheman keras dari Rafa yang entah telah sejak kapan menyaksikan drama pagi ini bersama papa di garasi.
"Kita nggak berantem" Ucap Faren mengelus kepala Mina lembut sambil melempar senyum semanis mungkin.
Sedangkan Mina menatap kakak pertamanya itu penuh emosi.
"Berapa lama tugas ayah kali ini? " Rafa melanjutkan langkahnya bersama ayah menuju mobil.Â
"Mereka berdua kek fotocopian  banget gak sih" Bisik Mina pada Faren.
"Freezer + freezer = kutub utara" Balas Faren.
"Hihihihi"
Mereka berdua terkekeh dengan berbisik.
"Kalian berdua" Panggil papa lewat jendela mobil.Â
"Siap pa! " Mina dan Faren bersamaan terkejut, padahal suara papa biasa saja.
"Kapan mau berangkat sekolah? Ini sudah jam berapa? " Papa.
"Siap pa ini udah mau Assalamu'alaikum" Ucap Mina kemudian berjalan munuju mobil yang akan dikendarai Rafa, ia menyalami ayahnya lewat jendela mobil begitupun dengan Faren.
Baru setelah itu merekapun berangkat menuju sekolah menggunakan mobil Faren diikuti oleh papa dan Rafa di belakang.
________
"Akh! " Varhan meringis merasakan seluruh tubuhnya remuk.
"Akhirnya Elo sadar" Zonk dengan wajah lega.Â
Varhan berusaha bangkit dari tidurannya meski sakit di sekujur tubuh bagai di cabik-cabik.
"Jangan, jangan, istirahat aja. Adam udah ngasih kamu waktu istirahat selama satu pekan" Zonk panik namun Varhan tetap nekat bangkit.
"Si Adam, gue gak habis pikir. Bisa-bisanya si bajingan itu melakukan pelatihan kek gini ke elo yang masih dibawah umur" Omel Zonk sibuk membantu Varhan.
Setelah acara sambutan berupa serangan keroyokan, Ujian Varhan belum cukup sampai disitu.
Ia langsung  diberi pelatihan anggota baru tingkat 1 yang bukan main-main. Bahkan Varhan berkali-kali jatuh sekarat gara-gara pelatihan itu.
"Tapi bro, meski Adam sekeras itu dalam melatih ia sebenarnya punya maksud baik" Nasehat Zonk pada Varhan.
Varhan meletakkan gelas kosong di nakas setelah meneguk habis isinya. Ia bangkit dari tempat tidur.
"Elo mau kemana?" Tanya Zonk sambil terus mengikuti Varhan.
"Gue mau keluar sebentar" Jawab Varhan.
"Keluar kemana? " Zonk panik, pasalnya Varhan terus jalan menuju jalan keluar markas.
"Jalan-jalan" Varhan.
"Ikuti saja dia, kemanapun dia pergi" Ucap Adam yang entah sejak kapan ada dibelakang Zonk.
"B-baik" Zonk sampai sedikit terjungkal karena terkejut.
________
Hari Jum'at janjian Mina dan Abdullah pun tiba. Kini Mina sudah siap dengan pakaian terbaiknya dan riasan terbaiknya.
"Hmmm cantiknya aku" Mina memuji diri sendiri.
"Minaaa!!!!! Buruan gue ada urusan setelah ini" Teriak Faren dari bawah.
Mina pun segera turun dari kamar menuju asal suara.
"Ayo kita berangkat" Ucapnya penuh semangat menghampiri Faren.
"Huahahahahahaha" Faren tertawa terbahak-bahak melihat penampilan Mina.
"Hahaha emang mau kemana lu? Hahaha" Faren sampai sakit perut karena tertawa.
"Ada, spesial" Jawab Mina masih dengan kepercayaan dirinya setinggi langit.
"Hahahahah" Faren tak bisa berhenti tertawa.
"Apasih ayo cepat berangkat takut dia nunggu" Protes Mina, melihat Faren gak jelas.
"Hahahaha" Faren terus tertawa meski sudah menaiki mobilnya.
"Ke mushola yang dulu itu" Mina.
"Hahahahah" Faren mengangguk dengan masih tertawa.
Bahkan mobil sudah melaju sekalipun, ia masih terkekeh pelan melihat penampilan adik perempuannya itu.
Alih-alih cemas akan diapa-apain, Faren malah lebih cemas takut Mina ngapa-ngapain anak orang, apalagi dengan penampilannya yang sudah sangat mirip dengan preman itu.
Lipstik hitam, celak mata tebal, celana jims longgar penuh kantong, dan switer jims kebesaran, rambut di kepang dengan sedemikian rupa, imut sih tapi hahahahahahaha.
"Apasi lu, penampilan ini adalah penampilan terbaik gue tau" Protes Mina pada Faren yang masih tak hentinya tertawa terbahak-bahak walau sudah sampai di tujuan.
"Masalahnya ini elo ke mushola, gimana ceritanya dengan penampilan itu, gak ilfil tuh nanti crush lo" Faren.
"Dia tuh pangeran yang akan menerima segala kekurangan putrinya, nggak dia lebih ke akan mengajariku untuk jadi bidadari nanti. Dengan kelembutannya ia akan menjadikan ku bidadari surga kelak " Mina dengan segala ekspektasinya.
"Hahh takut gue liat ekspektasi setinggi menara Eiffel lu tuh" Faren merasakan hawa-hawa mengerikan.
"Udah ah, gue turun dulu takut dia nunggu lama" Mina turun dari mobil.
Ia jalan menuju mushola dan ketika sampai, ia seketika terpesona dengan sekeliling mushola yang dipenuhi  buket bunga, dan bahkan jalan masuk mushola pun dipenuhi kelopak bunga. Ekspektasi Mina semakin meninggi karenanya.
Dari kejauhan Faren memerhatikan gerak-gerik adiknya itu "ngapain bocah itu" Gumamnya, ia tersadar akan sesuatu.
Seluruh mata yang ada di mushola itu seketika tertuju pada sosok Mina, bahkan mata cicak sekalipun.
Mina mencari keberadaan Abdullah dengan berbagai ekspektasi tingginya yang sudah tak tertolong.
Hingga akhirnya matanya tertuju pada sosok laki-laki dengan jas putih dan peci berbunga duduk bersama beberapa orang di depan sana "Abdullah" Ucapnya mengenali Abdullah.
Abdullah yang menyadari kehadiran Mina sempat terkejut saat melihat penampilan wanita itu, namun seketika ia mengubah ekspresinya menjadi senyum.
Mina melambaikan tangan pada Abdullah girang, Abdullah mengatakan sesuatu padanya dengan isyarat.
"Oh katanya duduk disitu" Mina menerjemahkan. Ia pun duduk di antara barisan orang-orang di sana.
"Baiklah pengantin wanita dipersilahkan menemui suaminya" Ucap pembawa acara.
Abdullah berdiri dengan senyum merekah  diwajahnya, seorang wanita dengan gaun putih pun ikut berdiri dari tengah tengah para orang.
Pengantin wanita tersebut melangkah menuju Abdullah dengan anggun diantar oleh dua orang wanita paru baya.
"Tunggu sebentar" Mina mulai tersadar sesuatu.
"Pengantin wanita mencium tangan suaminya" Ucap pembawa acara lagi.
Wanita dengan gaun pengantin itu pun mencium punggung tangan Abdullah.
"H-hah!!! " Umina berdiri dari duduknya spontan bersuara keras.
Seluruh mata kembali tertuju padanya.
"Maksud aku wahhh prok prok prok" Ia mengalihkan perhatian dengan bertepuk tangan pura-pura memeriahkan.
Seluruh orang didalam mushola itu ikut bertepuk tangan memeriahkan.
Mina akhirnya tersadar secara total, ini adalah acara pernikahan Abdullah.
 Waaww sakit sekali rasanya.
Mina terdiam mencerna situasi, saat ini ia harus apa? Dia bukan siapa-siapa? Protes pada Abdullah akan membuatnya terlihat seperti orang gila. Tapi, ia....
"Umina! Mina ya? " Seorang wanita menghampirinya.
"I-iya saya" Mina canggung.
"Penampilan mu keren sekali, sini aku antar ke kak Abdullah" Ucap orang itu.
Mina sungguh merasa dirinya sangat memalukan.
"Sini, dia nyuruh aku buat manggil kamu tadi" Ucap orang itu menarik Mina menuju si pengantin baru.
Mina hanya mengikut saja, ia dipenuhi dengan kebingungan dan perasaan yang campur aduk.
"Mina" Abdullah menyambut Mina.
"Hai selamat atas pernikahan mu" Mina dengan canggung nya.
"Terimakasih, ini istri saya Nunun" Abdullah memperkenalkan istrinya.
Mina dengan berat hati menggapai jabatan tangan nunun "Umina" Ucapnya.
"Suamiku sudah cerita tentang mu, hahaha maaf saya jadi tertawa lagi mengingat ceritanya" Nunun, Mina hanya dapat cengengesan masam.
"Maaf aku gak sempat bilang kalo hari ini akad dan acara pernikahan ku, kamu pasti merasa gak enak dan canggung, tapi gak apa-apa kok nikmati aja pestanya" Abdullah.
"Hehe iya makasih udah ngundang aku" Mina.
"Aku yang makasih karena kamu udah mau datang" Nunun.
Mina hanya tersenyum sebagai balasan. Setelah itu beberapa tamu langsung menyibukkan kedua mempelai pengantin itu.
Dengan secepat mungkin Mina melarikan diri dari acara itu, air mata mulai membanjiri wajahnya saat keluar dari musholah.
Mina lari di jalanan entah mau kemana, ia hanya merasa ingin menghilang dari dunianya.
"Hiks... Hiksss... Tega sekali" Ucapnya entah pada siapa.
Tiba-tiba seseorang menariknya masuk ke sebuah mobil.
"Ayo kita pulang" Ucap Faren.
Mina hanya menurut ia meringkuk dalam tangis di mobil kakaknya itu.
Sunyi melanda mobil, padahal tidak biasanya.
Yang terdengar hanya suara isakan tangis Mina, jujur itu sangat menyayat hati mendengarnya. Faren tidak tega namun ia tidak tau harus apa.Â
Sesampainya di rumah, Mina langsung berlari menuju kamar dan mengurung diri di sana.
"Kamu berantem lagi sama adekmu?" Tanya mama pada Faren.
"Dia patah hati ma, dia ditinggal nikah sama pangerannya" Faren.
"Hah?" Mama menutup mulutnya dengan tangan.
Faren hanya mengangguk untuk meyakinkan mamanya.
"Ma aku berangkat ke kampus assalamu'alaikum" Pamit Faren setelah menghabiskan satu gelas air mineral.
"Iya hati-hati waalaikumsalam" Mama.
"Ditinggal nikah?" Mama menatap pintu kamar Mina dari lantai bawah khawatir. Masalahnya Mina baru kelas 1 SMA, dan udah ditinggal nikah? Dia sukanya bukan sama om-om kan?
"Stop stop pikiran negatif mu, anakmu sedang sakit hati, harusnya aku bantu dia sembuh dulu" Mama.
"Mina boleh mama masuk" Mama mengetok pintu kamar Mina.
Tidak ada suara balasan.
"Mina kok kamarnya di kunci? " Mama mencoba menerobos masuk.
"Ma Mina lagi ngerjain PR, gak mau diganggu" Ucap Mina dengan suara  terdengar jelas sembab.
"Jangan bohong sama mama" Mama membuka kamar Mina dengan kunci cadangan.
"Maaaa" Mina dengan manjanya merentangkan tangan pada mamanya.
"Eh sejak kapan anak cantik mama jadi cengeng gini" Mama memeluk anak perempuannya itu.
Mina dengan puas melepaskan seluruh kesedihannya di pelukan sang mama.
"Nangis aja sayang gak papa" Mama menepuk pelan punggung Mina.
Sebenarnya niat awalnya mendatangi kamar Mina adalah untuk ngomel, namun niat itu seketika hilang saat melihat betapa berantakannya anaknya sekarang.
Apakah sesakit itu patah hati anaknya ini, padahal selama ini Mina tidak pernah menangis sampai seperti ini.
Sejak Kecil Mina selalu berlagak paling kuat meski jatuh dari pohon sekalipun.
Bersambung...Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H